Negara Kaya Bernama Indonesia

Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi yang paling menarik di dunia. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar.

Indonesia diapit 3 lempeng tektonik besar, lempeng2 inilah yang menjadi segala sebab ilmiah kebencanaan Geologi di Indonesia, tapi 3 lempeng inilah yang menyebabkan alasan Indonesia disebut sebagai Negara Kaya akan sumber daya dan kesuburan.

Mereka adalah lempeng Indo-Australia yang bergerak cenderung mengarah ke utara dengan kecepatan rata-rata 6,8 cm per tahun hingga 7,5 cm per tahun; kemudian Lempeng Eurasia yang cenderung pasif (tidak bergerak); dan Lempeng samudera Pasifik yang cenderung bergerak kearah barat dengan kecepatan rata-rata 12 cm per tahun. Lajur tumbukan bagian selatan ini menyebabkan adanya deretan gunung api yang seperti berjajar berurutan rapi mulai dari gunung Agam di Aceh, Kerinci di Jambi, Krakatau di Selat Sunda, menyebrang ke pulau Jawa; gunung Gede Pangrango di Bogor, Merapi di Yogya, Semeru dan Raung di Jawa Timur, gunung Agung di Bali, terus hingga ke timur gunung Rinjani di Lombok, Tambora di Sumbawa.

Indonesia punya 127 gunung api aktif dengan 5 juta populasi yang tinggal di sekitarnya. Jumlah ini membuat Indonesia jadi negara terkaya potensi energi panas bumi. 40% potensi panas bumi dunia ada di Indonesia.

Kementerian ESDM (2013) memperkirakan kapasitas seluruh cadangan dan sumber daya energi panas bumi di Indonesia mencapai 28.994 MWe (megawatt listrik). Jumlah energi tersebut, jika menggunakan BBM, setara lebih dari 200 milyar barrel minyak.

Sayangnya dari potensi besar energi panas bumi di Indonesia, baru kurang dari 4 persen saja yang telah dimanfaatkan. Tidak banyak pembangkit listrik tenaga panas bumi yang telah beroperasi di Indonesia. Dari yang sedikit tersebut antara lain : PLTP Sibayak di Sumatera Utara, PLTP Salak (Jawa Barat), PLTP Dieng (Jawa Tengah), dan PLTP Lahendong (Sulawesi Utara).

Memang sungguh disayangkan jika potensi panas bumi yang sedemikian besarnya, belum dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh Indonesia. Indonesia masih memilih keukeuh  dengan sumber energi berbahan bakar fosil yang berdampak besar pada pemanasan global, itupun belum mencukupi kebutuhan energi nasional.

Renungan Bagi Yang Ulang Tahun

Rasulullah mengatakan bahwa umur rata-rata umatnya berkisar antara 60-70 tahun. Itu artinya, bila seseorang sudah berumur di sekitar 30-35 besar kemungkinan separuh umurnya sudah berlalu. Itu pun kalau dia diberi jatah umur sebanyak itu. Bila jatahnya kurang dari sekian tentu umur yang tersisa lebih sedikit dari yang sudah berlalu.

Dengan demikian, tidak sepantasnya lagi seseorang menghitung maju usianya bila angka 30 sudah terlewati. Seharusnya dia mulai menghitung mundur umurnya. Yang ada di dalam ingatannya adalah tinggal berapa lagi jatah yang tersisa?

Bila kita sadar hal ini, perayaan ulang tahun itu hanya indah bagi anak-anak yang belum mencapai usia baligh. Karena sampai saat itu Allah memberikan nikmat hidup kepadanya tanpa ada catatan dosa yang akan memberatkannya di akhirat.

Sedangkan bagi yang sudah lewat usia baligh, atas dasar apa dia berbahagia hingga harus merayakannya. Umur semakin berkurang, dosa semakin menumpuk, sementara bekal untuk kembali tidak seberapa.

Dari pada berbahagia dengan membakar lilin dan bernyanyi di saat bertambahnya usia, lebih baik bermandikan air mata mengenang dosa dan kesalahan, serta mengingat-ingat semakin dekatnya pertemuan dengan Malaikat Maut.

Agaknya lebih indah dan syahdu hari ulang tahun kita renungkan dengan mentadabburi ayat-ayat berikut ini:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS. An Nisa': 78)

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al Anbiya': 35)

"Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati." (QS. Al Mu'minun: 15)

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al 'Ankabut: 57)

Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan". (QS. As Sajdah 11)

Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja". (QS. Al Ahzab: 16)

"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)." (QS. Az Zumar: 30)

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." (QS. Qaf: 19)

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al Jumu'ah: 8)

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Munafiqun: 11)

Seraya berdo'a dengan do'anya Nabi Isa:
"Dan salam kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (Maryam: 33)

Dan do'a Nabi Yusuf:
"(Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS. Yusuf: 101)

Wallahu a'lam.

Al Maidah 51, Mu'jizat Al Quran

Al Quran memiliki nama lain yaitu Al Furqon yang artinya Pembeda. Melalui kasus Al-Ma'idah ayat 51, Allah SWT benar-benar telah menunjukkan kepada umat Islam perbedaan jatidiri setiap orang; siapa yang termasuk Muslim yang benar, dan siapa yang termasuk golongan munafik.

Allah SWT berfirman:
"Kalau Kami menghendaki, niscaya Kami menunjukkan mereka (kaum munafik) kepada kamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dari tanda-tanda mereka dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka." [QS. Muhammad : 30]

Imam Al-Tabari dalam tafsirnya menjelaskan, "Sungguh kamu akan mengetahui mereka dari tanda-tanda Nifaq (sifat kemunafikan) yang tampak dari mereka dalam konteks ucapan dan perbuatan lahiriah mereka."

Terkait kasus ini, setelah larangan menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin dalam QS al-Maidah ayat 51, berikutnya Allah SWT menjelaskan bahwa sikap terhadap larangan itu akhirnya mengungkap jatidiri kaum munafik.

"Lalu kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hati mereka (kaum munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata; 'Kami takut akan mendapat bencana.' Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka." [QS al-Maidah: 52]

Menurut Imam Al-Qurtubi, juga Ibn Katsir, yang dimaksud dengan penyakit dalam hati adalah keraguan, kebimbangan dan kemunafikan. Ayat ini menunjukkan bahwa sejak awal posisi orang munafik memang berada di pihak kaum kafir.

Allah SWT juga menegaskan sifat orang munafik ini:
"Kabarkanlah kepada kaum munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) kaum yang menjadikan kaum kafir sebagai teman-teman penolong dengan meninggalkan kaum Mukmin." [QS An-Nisa': 138-139]

Melalui kasus Al Maidah 51 ini, umat Islam harus mencatat dengan huruf tebal siapa saja orang, tokoh, cendekiawan, kelompok atau organisasi—melalui pendapat, sikap, perbuatan dan keberpihakan mereka—yang lebih rela membenarkan atau bahkan membela sang penista; termasuk siapa saja yang tidak merasa terusik sama sekali dengan penistaan oleh pihak tertentu; juga siapa saja yang melecehkan sikap umat Islam, nyinyir memberikan komentar negatif, rajin memberikan ragam cap negatif terhadap sikap dan gerakan umat Islam. Umat harus mencatat bahwa mereka itu—siapapun mereka—adalah kaum munafik yang telah memusuhi Islam dan kaum Muslimin.

Dengan peristiwa tersebut, mudah-mudahan Allah akan memenangkan umat Islam dan akan membongkar serta mempermalukan orang-orang munafik. Insya allah.

Fathul Makkah, Nasib Hindun dan Abu Sufyan

Fathul Makkah (penaklukan kota Mekah) merupakan peristiwa penting untuk kemajuan Islam. Peristiwa di mana kaum muslimin berhasil kembali ke kota pertama dakwah Islam dijalankan nabi Muhammad SAW. Dapat dibayangkan perasaan bahagia mendalam para sahabat Nabi. Belum lekang dari ingatan mereka suasana duka yang mendalam saat terpaksa harus keluar dari Mekah. Terusir, terpisah dengan sanak keluarga, menempuh gersangnya sahara, melangkah menjauh dari tempat mereka menghabiskan hari demi hari. Setiap jengkal kota Mekah teramat memberikan kenangan mendalam.

Apa yang dilakukan Nabi Muhammad sungguh jauh dari sangkaan. Tidak ada pertumpahan darah karena kesemena-menaan, tidak ada satu hatipun yang dipaksa untuk masuk Islam, justru sebaliknya keselamatan dan perlindungan yang mereka dapatkan. Satu hal yang sangat di luar sangkaan adalah penyataan Nabi bahwa barang siapa yang berhimpun di Abu Sofyan kala itu maka mereka termasuk yang “selamat”.

Hati kecil seolah-olah tak dapat menerima. Bukankah Abu Sofyan begitu memusuhi Islam! Bukankah Abu Sofyan telah memusuhi Nabi dengan hebatnya. Kenapa tak diperintahkan saja untuk membunuhnya? Lupakah Rasulullah ketika Hindun binti ’Utbah istri Abu Sufyan mengunyah-ngunyah jantung Hamzah paman yang teramat dicintainya setelah ditikam tombak seorang budak bayaran Hindun! Lupakah Rasulullah betapa pilunya peristiwa bukit Uhud itu.

Simaklah sekelumit peristiwa Fathul Makkah :

Abu Sufyan segera berlari menuju Makkah. Setibanya di sana, ia langsung berteriak sekuat tenaga, ”Wahai segenap kaum Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah tiba di sini. Ia membawa pasukan yang tidak mungkin kalian lawan, maka menyerahlah. Dan, siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, berarti dia selamat.”

Mendengar teriakan suaminya, Hindun segera mendekat dan memegang kumis suaminya, seraya berkata, ”Bunuh saja orang yang sama sekali tidak berguna ini. Engkau adalah seorang tokoh yang sungguh memalukan!”

Abu Sufyan membalas, ”Wahai segenap orang Quraisy, jangan termakan oleh ucapan wanita ini. Aku tidak main-main. Muhammad datang dengan pasukan yang tidak mungkin kalian lawan. Siapa yang masuk rumah Abu sufyan, maka dia selamat.”

Orang-orang Quraisy berkata, ”Celakalah engkau! Bagaimana mungkin rumahmu cukup menampung kami semua?”

Abu Sufyan berkata lagi, ”Siapa yang masuk ke dalam rumahnya masing-masing, maka dia selamat. Dan siapa yang masuk ke dalam masjid, maka dia selamat.”

Mendengar keterangan tersebut, orang-orang Quraisy segera berhamburan menuju rumah masing-masing dan masjid.

Di saat-saat seperti itulah, Islam masuk ke dalam hati Abu Sufyan. Ia menemui Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam dan berkata, ”Wahai Rasulullah, hancurlah sudah Quraisy. Besok, yang tersisa dari Quraisy tinggal namanya saja.”

Rasulullah berkata, ”Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, maka dia selamat. Siapa yang meletakkan senjata, maka dia selamat. Dan siapa yang masuk ke dalam rumahnya, maka dia selamat.”

Dan demikianlah, Rasulullah sudah memaafkan Abu Sufyan. Salah satu tokoh yang berperan besar dalam menyakiti kaum muslimin di permulaan dakwah Rasulullah. Dan bagaimanakah nasib Hindun. Bagaimanakah nasib perempuan yang telah mengunyah jantung Hamzah paman kesayangan Muhammad yang syahid ditombak budak hitam atas suruhan Hindun di perang Uhud. Berikut petikan peristiwa setelah fathul makkah :

Tak lama berselang setelah pasukan muslimin memasuki kota Makkah, Hindun mengutarakan keinginannya untuk memeluk Islam pada Abu Sufyan,

Abu Sufyan menjawab, ”Kemarin, aku melihat engkau sangat benci mengucapkan kata-kata seperti itu.”

Hindun berkata, ”Demi Allah, aku tidak pernah melihat pemandangan manusia menyembah Allah dengan sebenar-benarnya di dalam masjid, seperti yang kulihat tadi malam. Demi Allah, mereka datang ke sana, lalu menunaikan shalat; berdiri, ruku’, dan sujud.”

Setelah membai’at kaum laki-laki, Rasulullah membai'at kaum wanita. Di antara wanita-wanita yang berbai’at, terdapat Hindun binti ’Utbah. Ia datang memakai pakaian yang tertutup. Ia takut dikenali oleh Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam karena tindakannya terhadap Hamzah di masa lalu.

Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam berkata, ”Aku meminta kalian berjanji untuk tidak menyekutukan apapun dengan Allah (syirik).” Umar menyampaikan yang dikatakan Rasulullah kepada kaum wanita dan memastikan jawaban mereka.

Rasulullah melanjutkan, ”Dan tidak boleh mencuri.”

Tiba-tiba Hindun menyela, ”Sesungguhnya Abu Sufyan sangat kikir. Bagaimana jika aku mengambil sebagian hartanya tanpa dia ketahui?”

Abu Sufyan yang berada tidak jauh dari tempat tersebut menimpali, ”Semua yang engkau ambil telah kuhalalkan.”

Mendengar dialog tersebut, Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam tersenyum dan langsung mengenalinya. Beliau berkata, ”Engkau pasti Hindun?”

Hindun menjawab, ” Benar. Maafkanlah segala kesalahanku di masa lalu, wahai Nabi Allah. Semoga Allah mengampunimu.”

Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam melanjutkan, ”Dan tidak boleh berzina.”

Hindun menyela, ”Apakah wanita merdeka suka berzina?”

Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam berkata lagi, ”Dan tidak boleh membunuh anak-anak kalian.”

Hindun berkata, ”Kami telah bersusah payah membesarkannya, tapi setelah besar, kalian membunuhnya. Kalian dan mereka lebih mengetahui tentang hal ini.”

Mendengar pernyataan tersebut, Umar tertawa sampai berbaring, sedangkan Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam tersenyum.

Rasulullah berkata lagi, ”Dan tidak boleh membuat tuduhan palsu.”

Hindun berkata, ”Demi Allah, tuduhan palsu adalah perbuatan yang sangat jelek. Engkau menyuruh kami untuk melakukan perbuatan baik dan akhlak yang mulia.”

Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam melanjutkan, ”Dan tidak boleh mendurhakaiku dalam perkara yang baik.”

Hindun berkata, ”Demi Allah, saat kami datang di tempat ini, kami sama sekali tidak menyimpan niat untuk mendurhakaimu.”

Itulah sekelumit dari peristiwa fathul makkah, secara emosi sangat sulit kita menerima perlakuan Rasulullah terhadap Abu Sufyan dan Hindun. Tapi begitulah Rasulullah mengajarkan kita, bahwa emosi tidak boleh mengalahkan iman. Walaupun memang sangat sulit untuk kita lakukan. Dan lihatlah buah dari kebijakan Rasulullah terhadap Abu sufyan dan Hindun. Sejarah telah mencatat Abu Sufyan termasuk pejuang Islam dan perawi hadist yang diperhitungkan. Dan Simaklah sepenggal jejak Hindun pada perang Yarmuk:

Ibnu Jarir menyatakan, ”Pada hari itu, kaum muslimin bertempur habis-habisan. Mereka berhasil menewaskan pasukan Romawi dalam jumlah yang sangat besar. Sementara itu, kaum wanita menyemangati setiap tentara muslim yang terdesak dan mundur dari medan laga. Mereka berteriak, ’Kalian mau pergi ke mana? Apakah kalian akan membiarkan kami ditawan oleh pasukan Romawi?’ Siapa pun yang mendapat kecaman yang pedas seperti itu, pasti kembali menuju kancah pertempuran.”

Tentara muslim yang sebelumnya hampir melarikan diri, kemudian bertempur kembali membangkitkan semangat pasukan yang lain. Mereka benar-benar terbakar oleh kecaman pedas yang diteriakkan oleh kaum wanita, terutama Hindun binti ’Utbah. Dalam suasana seperti itu, Hindun menuju barisan tentara sambil membawa tongkat pemukul tabuh dengan diiringi oleh wanita-wanita Muhajirin. Hindun membaca bait-bait puisi yang pernah dibacanya dalam perang Uhud.

Tiba-tiba, pasukan berkuda yang berada di sayap kanan pasukan muslim berbalik arah, karena terdesak musuh. Melihat pemandangan tersebut, Hindun berteriak, ”Kalian mau lari ke mana? Kalian melarikan diri dari apa? Apakah dari Allah dan surga-Nya? Sungguh, Allah melihat yang kalian lakukan!” Hindun juga melihat suaminya, Abu Sufyan, yang berbalik arah dan melarikan diri. Hindun segera mengejar dan memukul muka kudanya dengan tongkat seraya berteriak, ”Engkau mau ke mana, wahai putra Shakhr? Ayo, kembali lagi ke medan perang! Berjuanglah habis-habisan agar engkau dapat membalas kesalahan masa lalumu, saat engkau menggalang kekuatan untuk menghancurkan Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.”

Zubair bin Al-’Awwam yang melihat semua kejadian itu berkata, ”Ucapan Hindun kepada Abu Sufyan itu mengingatkanku kepada peristiwa Perang Uhud, saat kami berjuang di depan Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.”

Zubair melanjutkan, ”Saat itu juga, Abu Sufyan membelokkan kudanya dan kembali menuju medan laga. Langkahnya segera diikuti oleh pasukan muslim lainnya. Aku juga melihat kaum wanita bergabung dengan mereka, bahkan bergerak lebih dulu. Aku terkejut ketika ada seorang wanita yang menyerang tentara Romawi yang perawakannya tinggi besar dan menunggang kuda. Wanita itu menarik tubuh tentara tersebut hingga berhasil menjatuhkannya, lalu ia membunuhnya sambil berteriak, ’Inilah bukti yang nyata pertolongan Allah kepada kaum muslimin’.”

Kita terkadang terlanjur memberikan cap si fulan buruk seperti ini. Si fulanah buruk seperti itu. Dan itu berlaku terus menerus. Seolah-olah si fulan takkan berubah. Dan si fulanah akan berlaku seperti itu selamanya.

Ya. Begitulah emosi terkadang dominan menguasai penilaian. Hingga kesalahan seseorang di masa lalu menjadi faktor dominan penilaian. Atau mungkin menjadi “faktor mati” dalam menilai. Sehingga seolah-olah orang itu takkan pernah berubah. Jika hitam, maka hitamlah selamanya. Jika buruk maka buruklah selamanya. Walaupun orang tersebut telah menyadari keburukannya, berupaya untuk memperbaiki dirinya sehingga mungkin dia lebih mulia dan lebih baik daripada kita dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya.

Astaghfirullah, seharusnya kita bisa melihat apa yang ingin Rasulullah sampaikan lewat perlakuan dia terhadap Abu Sufyan dan Hindun.

Astaghfirullah hal adzhim, ampuni dosa hambaMu ya Allah untuk semua hilaf dan dengki dalam hati.

Astaghfirullah hal adzhim, untuk semua emosi yang kadang lebih dominan dari keimanan pada Mu ya Allah.

Aamiin...

Rasulullah Wafat

Sekitar tiga bulan sepulang menunaikan haji wada’, beliau shallallaahu ’alaihi wasallam menderita sakit yang cukup serius.[1]

Beliau pertama kali mengeluhkan sakitnya di rumah Ummul-Mukminin Maimunah radliyallaahu ’anhaa[2]. Beliau sakit selama 10 hari,[3] dan akhirnya wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul-Awwal[4] pada usia 63 tahun.[5]

Dan telah shahih (satu riwayat yang menyatakan) bahwa sakit beliau tersebut telah dirasakan semenjak tahun ketujuh pasca penaklukan Khaibar, yaitu setelah beliau mencicipi sepotong daging panggang yang telah dibubuhi racun yang disuguhkan oleh istri Sallaam bin Masykam Al-Yahudiyyah. Walaupun beliau sudah memuntahkannya dan tidak sampai menelannya, namun pengaruh racun tersebut masih tersisa.[6]

Beliau shallallaahu ’alaihi wasallam meminta ijin kepada istri-istrinya agar diperbolehkan untuk dirawat di rumah ’Aisyah Ummul-Mukminiin.[7] Ia (’Aisyah) mengusap-usapkankan tangan beliau pada badan beliau sambil membacakan surat Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas).[8].

Ketika beliau shallallaahu ’alaihi wasallam dalam keadaan kritis, beliau berkata kepada para shahabat :

هلموا أكتب لكم كتابًَا لا تضلوا بعده

”Kemarilah, aku ingin menulis untuk kalian yang dengan itu kalian tidak akan tersesat setelahnya”.

Terjadi perselisihan di antara mereka. Sebagian berkeinginan memberikan alat-alat tulis (sebagaimana permintaan beliau), sebagian yang lain tidak setuju karena khawatir hal itu justru akan memberatkan beliau. Belakangan menjadi jelas bahwa perintah untuk menghadirkan alat tulis itu bukan merupakan hal yang wajib, namun merupakan sebuah pilihan.

Ketika mendengar ’Umar bin Al-Khaththab radliyallaahu ’anhu mengatakan : (حسبنا كتاب الله) ”Kami telah cukup dengan Kitabullah”; maka beliau tidak mengulangi permintaannya tersebut. Seandainya hal itu merupakan satu kewajiban, tentu beliau akan menyampaikannya dalam bentuk pesan.

Sebagaimana pada saat itu beliau berpesan secara langsung kepada mereka agar mengeluarkan orang-orang musyrik dari Jazirah ’Arab dan agar memuliakan rombongan delegasi yang datang ke Madinah.[9]

Beliau shallallaahu ’alaihi wasallam memanggil Fathimah radliyallaahu ’anhaa yang kemudian membisikinya yang dengan itu kemudian Fathimah menangis. Beliau memanggil kembali dan membisikinya yang dengan itu kemudian Fathimah tersenyum.

Setelah wafat, Fathimah menjelaskan bahwa ia menangis karena dibisiki bahwa beliau akan wafat, dan ia tersenyum karena dibisiki bahwa ia merupakan anggota keluarganya yang pertama yang akan menyusul beliau.[10]

Dan salah satu tanda nubuwwah tersebut akhirnya terbukti.
Sakit yang beliau derita semakin bertambah berat sehingga beliau tidak sanggup keluar untuk shalat bersama para shahabat. Beliau shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :

مروا أبا بكر فليصل بالناس

”Suruhlah Abu Bakr agar shalat mengimami manusia”.
’Aisyah berusaha agar beliau shallallaahu ’alaihi wasallam menunjuk orang lain saja karena khawatir orang-orang akan berprasangka yang bukan-bukan kepada ayahnya (Abu Bakr). ’Aisyah berkata :

إن أبا بكر رجل رقيق ضعيف الصوت كثير البكاء إذا قرأ القرآن

”Sesungguhnya Abu Bakr itu seorang laki-laki yang fisiknya lemah, suaranya pelan, mudah menangis ketika membaca Al-Qur’an”.[11]

Namun beliau tetap bersikeras dengan perintahnya tersebut. Akhirnya Abu Bakr maju menjadi imam shalat bagi para shahabat.[12] Pada satu hari, Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam keluar dengan dipapah oleh Ibnu ’Abbas dan ’Ali radliyallaahu ’anhuma untuk shalat bersama para shahabat, dan kemudian beliau berkhutbah. Beliau memuji-muji serta menjelaskan keutamaan Abu Bakr radliyallaahu ’anhu dalam khutbahnya tersebut dimana ia (Abu Bakr) disuruh memilih oleh Allah antara dunia dan kahirat, namun ia memilih akhirat.[13]

Khutbah terakhir yang beliau sampaikan tersebut adalah 5 hari sebelum wafat beliau. Beliau berkata di dalamnya :

إن عبدًا عرضت عليه الدنيا وزينتها فاختار الآخرة

”Sesungguhnya ada seorang hamba yang ditawari dunia dan perhiasannya, namun justru ia memilih akhirat”.

Abu Bakr paham bahwa yang dimaksud adalah dirinya. Ia pun menangis. Melihat hal tersebut, orang-orang merasa heran karena mereka tidak paham apa yang dirasakan oleh Abu Bakr.[14]

Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam membuka tabir kamar ’Aisyah pada waktu shalat Shubuh, hari dimana beliau wafat, dan kemudian beliau memandang kepada para shahabat yang sedang berada pada shaf-shaf shalat. Kemudian beliau tersenyum dan tertawa kecil seakan-akan sedang berpamitan kepada mereka.

Para shahabat merasa sangat gembira dengan keluar beliau tersebut. Abu Bakr pun mundur karena mengira bahwa Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ingin shalat bersama mereka. Namun beliau memberikan isyarat kepada mereka dengan tangannya agar menyelesaikan shalat mereka.

Beliau kemudian kembali masuk kamar sambil menutup tabir.
Fathimah masuk menemui beliau shallallaahu ’alaihi wasallam dan berkata : ”Alangkah berat penderitaan ayah”. Maka beliau menjawab :
ليس على أبيك كرب بعد اليوم

”Setelah hari ini, tidak akan ada lagi penderitaan”.[15]

Usamah bin Zaid masuk, dan beliau memanggilnya dengan isyarat. Beliau sudah tidak sanggup lagi berbicara dikarenakan sakitnya yang semakin berat.[16]

Pada saat-saat menjelang ajal, beliau bersandar di dada ’Aisyah. ’Aisyah mengambil siwak pemberian dari saudaranya yang bernama ’Abdurrahman. Ia lalu menggigit siwak tersebut dengan giginya dan kemudian memberikannya kepada beliau shallallaahu ’alaihi wasallam. Beliaupun lantas bersiwak dengannya.[17]

Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana yang berisi air dan membasuh mukanya. Beliau pun bersabda :

لا إله إلا الله إن للموت سكرات

”Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya pada setiap kematian itu ada saat-saat sekarat”.[18]

Dan ’Aisyah samar-samar masih sempat mendengar sabda beliau :
مع الذين أنعم الله عليهم

”Bersama orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah”.[19]

Lalu beliau pun berdoa :
اللهم في الرفيق الأعلى

”Ya Allah, pertemukan aku dengan Ar-Rafiiqul-A’laa (Allah)”.
’Aisyah mengetahui bahwasannya beliau pada saat itu disuruh memilih, dan beliau pun memilih Ar-Rafiiqul-A’laa (Allah).[20]
__________________________________________________
Foot Note

[1] [Al-Bidaayah wan-Nihaayah, 5/101].
[2] [Fathul-Baariy, 8/129].
[3] [Fathul-Baariy, 8/129].
[4] [Fathul-Baariy, 8/130].
[5] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/150).
[6] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/131).
[7] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/141)
[8] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/131).
[9] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/132).
[10] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 1/208).
[11] Siirah Ibni Hisyaam, 4/330 dengan sanad shahih
[12] Lihat Al-Bidaayah wan-Nihaayah oleh Ibnu Katsir, 5/232-233.
[13] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy 8/141).
[14] Musnad Ahmad (Fathur-Rabbaaniy, 21/222)
[15] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/149).
[16] Sirah Ibni Hisyaam, 4/329 dengan sanad shahih.
[17] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/139).
[18] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/144).
[19] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/136).
[20] Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/136); dan Siirah Ibni Hisyaam, 4/329 dengan sanad shahih.

#Sumber Abul-Jauzaa.blogspot.com
Yusuf Abdi Alfarabi

Hukuman yang Tidak Terasa

Hukuman yang Tidak Terasa

Seorang murid mengadu kepada gurunya:
"Ustadz, betapa banyak kita berdosa kepada Allah dan tidak menunaikan hak-Nya sebagaimana mestinya, tapi saya kok tidak melihat Allah menghukum kita?"

Sang Guru menjawab dengan tenang:
"Betapa sering Allah menghukummu tapi engkau tidak terasa"

"Sesungguhnya salah satu hukuman Allah yang terbesar yang bisa menimpamu wahai anakku, ialah: Sedikitnya taufiq (kemudahan) untuk mengamalkan ketaatan dan amal amal kebaikan."

Tidaklah seseorang diuji dengan musibah yang lebih besar dari "kekerasan hatinya dan kematian hatinya."

Sebagai contoh:
Sadarkah engkau, bahwa Allah telah mencabut darimu rasa bahagia dan senang dengan munajat kepadaNya, merendahkan diri kepadaNya, menyungkurkan diri di harapannya?

Sadarkah engkau tidak diberikan rasa khusyu' dalam shalat?

Sadarkah engkau, bahwa beberapa hari-harimu telah berlalu dari hidupmu, tanpa membaca Al-Qur'an, padahal engkau mengetahui firman Allah:
"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini ke gunung, niscaya engkau melihatnya tunduk, retak, karena takut kepada Allah"

Tapi engkau tidak tersentuh dengan Ayat Ayat Al-Qur'an, seakan engkau tidak mendengarnya...

Sadarkah engkau, telah berlalu beberapa malam yang panjang sedang engkau tidak melakukan Qiyamullail di hadapan Allah, walaupun terkadang engkau begadang...

Sadarkah engkau, bahwa telah berlalu atasmu musim musim kebaikan seperti: Ramadhan.. Enam hari di bulan Syawwal.. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dst.. tapi engkau belum diberi taufiq untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya?

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari itu?
Tidakkah engkau merasakan beratnya mengamalkan banyak ketaatan (amal ibadah)?

Tidakkah Allah menahan lidahmu untuk berdzikir, beristighfar dan berdo'a kepadanya?

Tidakkah terkadang engkau merasakan bahwa engkau lemah di hadapan hawa nafsu?

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari semua itu?

Sadarkah engkau, yang mudah bagimu berghibah, mengadu domba, berdusta, memandang ke yang haram?

Sadarkah engkau, bahwa Allah membuatmu lupa kepada Akhirat, lalu Allah menjadikan dunia sebagai perhatian terbesarmu dan ilmu tertinggi?

Semua bentuk pembiaran ini dengan berbagai bentuknya ini, hanyalah beberapa bentuk hukuman Allah kepadamu, sedang engkau menyadarinya, atau tidak menyadarinya...

Waspadalah wahai sahabatku, agar engkau tidak terjatuh ke dalam dosa dosa dan meninggalkan kewajiban kewajiban.

Karena hukuman yang paling ringan dari Allah terhadap hambaNya ialah:
"Hukuman yang terasa" pada harta, atau anak, atau kesehatan.

Sesungguhnya hukuman terberat ialah: Hukuman yang tidak terasa ada kematian hati, lalu ia tidak merasakan nikmatnya ketaatan, dan tidak merasakan sakitnya dosa.

Karena itu wahai sahabat-sahabatku, perbanyaklah di sela sela harimu, amalan taubat dan istighfar, semoga Allah menghidupkan hatimu...

Sumber: Diterjemahkan dari Taushiyah Syaikh Abdullah Al-'Aidan di Masjidil Haram

Tertipu Waktu



Waktu berlalu begitu halus menipu. Tadi pagi belum sempat dzikir, tahu-tahu waktu sudah menjelang siang. Belum sempat sedekah pagi, matahari sudah meninggi.

Rencananya jam 9.00 mau sholat Dhuha, tiba-tiba adzan Dzuhur sudah terdengar. Inginnya setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur'an, menambah hafalan satu hari satu ayat,  tapi ya itu, "keinginannya itu" sudah setahun yang lalu dan kebiasaan itu belum terlaksana.

Ada sebenarnya komitmen diri, tidaklah berlalu malam kecuali dengan tahajud dan witir, sekalipun hanya 3 rakaat singkat saja. Dan komitmen itu belum dilaksanakan sejak 2 tahun lewat.

Dulu juga pernah terpikir punya anak asuh, entah yatim apa miskin yang disantuni tiap bulannya. Ya karena kesibukan lupa merealisasikannya, dan itu sudah berlangsung sekitar 3 tahunan yang lalu.

Akan terus beginikah nasib "hidup" kita menghabis-habiskan umur?! Berhura-hura dengan usia?! Tiba-tiba masuklah usia di angka 30 sebentar kemudian 40 tahun. Tak lama terasa kemudian orang memanggil kita dengan sebutan "Kek... Nek..." pertanda kita sudah tua. 

Uban yang mulai menghias kepala, keriput yang menghias kulit, tenaga yang tidak lagi seberapa. Menunggu ajal tiba. Sejenak mengintip catatan amal yang pernah kita berbuat. 
Astaghfirullah, tak seberapa, sedekah dan wakaf juga sekedarnya.

Jika demikian, apakah ruh tidak melolong menjerit saat harus berpisah dari tubuh?! Tambahkan usiaku, ya Allah! Aku butuh waktu untuk beramal dan berbekal. Belum cukupkah menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun? Butuh berapa tahun lagi untuk mengulang pagi, sore, hari, minggu, bulan, dan tahun yang sama, tanpa pernah merasa kehilangan kesempatan untuk menghasilkan pahala di setiap detiknya. Tidak akan pernah cukup 1000 tahun bagi yang terlena.

Astaghfirullah...

Sejarah Kristen Dalam Novel "Da Vinci Code"


Banyak orang menjual angan-angan
dan mukjizat-mukjizat semu, mengelabui orang-orang bodoh
Kelalaian membuta menyesatkan kita
O! Makhluk hidup celaka, buka mata kalian.

-LEONARDO DA VINCI


Alkitab (Bible) tidak datang dengan cara difaks dari surga. Alkitab adalah buatan manusia, Bukan Tuhan. Alkitab tidak jatuh secara ajaib dari awan. Orang membuatnya sebagai catatan sejarah dari hiruk-pikuk zaman, dan melibatkan penerjemahan, penambahan, dan revisi yang tak terhitung. Sejarah tidak pernah punya versi pasti buku itu.

Yesus Kristus merupakan tokoh sejarah dengan pengaruh luar biasa, mungkin pemimpin yang paling membingungkan dan paling melahirkan inspirasi yang pernah ada di dunia. Seperti Messiah yang diramalkan, Yesus melebihi raja-raja, memberi inspirasi kepada jutaan orang, dan mendirikan filosofi baru. Sebagai keturunan Raja Salomo dan Raja David, Yesus berhak mewarisi takhta Raja Yahudi. Dapat dimengerti, kehidupan-Nya dicatat oleh ribuan pengikut di seluruh bumi ini. Lebih dari delapan puluh kitab Injil telah dipertimbangkan untuk masuk dalam Perjanjian Baru, namun akhirnya hanya relatif sedikit yang dipilih untuk dicantumkan­di antaranya Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.

Siapa yang memilih kitab Injil mana untuk dicantumkan?

Ironi mendasar dari Kristen! Alkitab yang kita kenal sekarang ini disusun oleh kaisar Roma yang pagan (penyembah berhala), Konstantin Agung. Dia seorang pagan seumur hidup. Dia dibaptis pada ranjang kematiannya, ketika dirinya terlalu lemah untuk melawan. Di masa Konstantin, agama resmi Romawi adalah pemujaan matahari -kelompok pemujaan Sol Invictus, atau Matahari Tak Tertandingi- dan Konstantin adalah pendeta kepalanya. Celaka baginya, sebuah guncangan religius tumbuh dan mencengkeram Roma. Tiga abad setelah penyaliban Yesus Kristus, para pengikut Kristus tumbuh berlipat-lipat. Kaum Kristen dan pagan mulai berperang, dan konflik itu tumbuh sedemikian besar sehingga mengancam akan membelah Roma menjadi dua. Konstantin memutuskan bahwa sesuatu harus dilakukan. Pada tahun 325 Masehi, ia memutuskan untuk menyatukan Romawi dalam sebuah agama tunggal. Kristen.

Mengapa seorang kaisar pagan memilih Kristen sebagai agama resmi?

Konstantin adalah pebisnis kawakan. Dia dapat melihat bahwa Kristen sedang bangkit, dan ia sekadar bertaruh pada kuda pemenang. Para sejarawan masih memuji kecemerlangan Konstantin yang mengalihkan kaum pagan pemuja matahari menjadi Kristen. Dengan meleburkan simbol-simbol, tanggal-tanggal, serta ritus-ritus pagan ke dalam adat-istiadat Kristen yang sedang tumbuh, dia telah menciptakan sejenis agama hibrid yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Transmogrifikasi, jejak-jejak agama pagan dalam simbologi Kristen tak terbantahkan. Cakram matahari kaum Mesir kuno menjadi lingkaran halo para santo Katolik. Berbagai piktogram Isis yang sedang menyusui putranya yang lahir karena mukjizat, Horus, menjadi cetak biru bagi berbagai penggambaran modern akan Perawan Maria yang sedang menyusui Bayi Yesus. Dan, nyaris semua unsur dalam ritus Katolik-mitra, altar, doksologi, dan komuni, atau tindakan "makan Tuhan"--- diambil langsung dari agama-agama misteri pagan di masa awal.

Tak ada yang asli dalam Kristen

Mithra, Tuhan pra-Kristen-disebut Putra Tuhan dan Cahaya Dunia-lahir dan mati pada 25 Desember, dikubur dalam sebuah makam batu, dan kemudian dibangkitkan dalam tiga hari. Omong­omong, 25 Desember juga hari lahir Osiris, Adonis, dan Dionysus. Krishna yang baru lahir dihadiahi emas, dupa, dan kemenyan. Bahkan hari suci mingguan orang Kristen dicuri dari kaum pagan.

Kristen menghormati Sabat Yahudi pada hari Sabtu, tapi Konstantin menggesernya agar bertemu dengan hari kaum pagan memuliakan matahari. Hingga hari ini, kebanyakan jemaat gereja menghadiri layanan Gereja pada Minggu pagi tanpa sadar sama sekali bahwa mereka sedang melakukan penghormatan mingguan pada dewa matahari kaum pagan ---Sun-day, hari matahari.

Selama fusi agama-agama itu, Konstantin perlu memperkuat tradisi Kristen baru, dan dia mengadakan sebuah pertemuan ekumenikal termasyhur, yang dikenal dengan nama Konsili Nicea 325 Masehi.

Dalam pertemuan ini, banyak aspek dari Kristen diperdebatkan dan ditetapkan berdasarkan voting-tanggal Paskah, peranan para uskup, administrasi sekramen, dan, ketuhanan Yesus."

Hingga saat itu dalam sejarah, Yesus dipandang oleh para pengikut-Nya sebagai nabi yang dapat mati, seorang lelaki agung yang punya kekuatan, tapi tak lebih dari seorang manusia. Seorang fana, manusia biasa. Bukan Putra Tuhan.

Penetapan Yesus sebagai `Putra Tuhan' secara resmi diusulkan dan ditetapkan melalui voting oleh Konsili Niicea.

Walau begitu, menetapkan keilahian Kristus penting sekali bagi penyatuan lebih jauh kekaisaran Romawi dan bagi basis kekuatan Vatikan yang baru. Dengan secara resmi memuja Yesus sebagai Putra Tuhan, Konstantin mengubah Yesus menjadi dewa yang berada di luar cakupan dunia manusia, sebuah entitas dengan kekuatan yang tak tertandingi. Ini bukan hanya menyisihkan tantangan selanjutnya dari kaum pagan terhadap Kristen, tapi membuat para pengikut Kristus kini dapat menebus diri mereka hanya melalui pembuatan sebuah saluran suci - Gereja Katolik Roma.

Semua ini masalah kekuasaan

Kristus sebagai Juru Selamat adalah amat penting bagi berfungsinya Gereja dan negara. Banyak sarjana mengklaim bahwa Gereja masa awal benar-benar mencuri Yesus dari para pengikut asli-Nya, dengan membajak pesan-pesan manusiawi-Nya, mengaburkannya dalam jubah ketuhanan yang tak tertembus, dan menggunakannya untuk meluaskan kekuasaan mereka. Aku telah menulis beberapa buku mengenai topik ini.

Mengapa mereka mau melakukan itu?

Mayoritas besar orang Kristen terdidik mengetahui sejarah iman mereka. Yesus memanglah seorang manusia agung dan berkuasa. Manuver politik bawah tangan dari Konstantin tidak memupuskan keagungan hidup Kristus. Tak ada yang mengatakan bahwa Kristus adalah tokoh gadungan, atau menyangkal bahwa Dia berjalan dimuka bumi dan mengilhami jutaan orang untuk memperbaiki hidup mereka. Konstantin mengambil keuntungan dari pengaruh dan arti penting Kristus yang besar. Dan dalam melakukan itu, dia telah membentuk wajah Kristen seperti yang dikenal sekarang.

Karena Konstantin meningkatkan status Yesus hampir empat abad setelah kematian Yesus, ribuan dokumen yang mencatat kehidupan-Nya sebagai manusia biasa sudah terlanjur ada. Untuk menulis ulang buku-buku sejarah, Konstantin tahu bahwa ia perlu mengambil sebuah langkah berani. Dari sinilah timbul sebuah momen paling menentukan dalam sejarah Kristen. Konstantin menitahkan dan membiayai penyusunan sebuah Alkitab baru, yang meniadakan semua kitab Injil yang berbicara tentang segala perilaku manusiawi Yesus, serta memasukkan kitab-kitab Injil yang membuat-Nya seakan Tuhan. Kitab-kitab Injil terdahulu dianggap melanggar hukum, lalu dikumpulkan dan dibakar.
Siapa pun yang memilih kitab-kitab Injil yang terlarang dan bukannya versi Konstantin akan dianggap sebagai kaum bidah, heretic. Kata heretic diambil dari momen sejarah tersebut. Kata Latin haereticus berarti `pilihan'. Mereka yang `memilih' sejarah asli dari Kristus adalah kaum heretic pertama di dunia.

Untungnya bagi para sejarawan, beberapa kitab Injil yang dicoba untuk dimusnahkan oleh Konstantin berhasil diselamatkan. Dead Sea Scrolls, Gulungan-Gulungan Laut Mati, ditemukan pada tahun 1950-an tersembunyi di sebuah gua dekat Qumran di gurun Yudea. Dan, tentu saja, Gulungan Koptik pada tahun 1945 di Nag Hammadi. Sebagai tambahan dari penuturan kisah Grail sejati, dokumen-dokumen ini berbicara tentang kependetaan Kristus dalam keadaan-keadaan yang amat manusiawi. Tentu saja Vatikan, dalam memelihara tradisi misinformasi mereka, mencoba amat keras untuk menekan pengabaran gulungan-gulungan naskah ini. Mengapa tidak? Gulungan-gulungan itu menggaris bawahi ketidakcocokan dan pemalsuan sejarah yang mencolok, jelas-jelas membenarkan bahwa Alkitab modern disusun dan diedit oleh manusia yang memiliki sebuah agenda politis untuk mempromosikan keilahian seorang lelaki bernama Yesus Kristus dan memanfaatkan pengaruh-Nya untuk mengukuhkan basis kuasa mereka sendiri.

Namun hasrat Gereja modern untuk menekan dokumen­dokumen ini datang dari kepercayaan tulus yang lahir dari pandangan mapan mereka akan Kristus. Vatikan terbangun dari orang­orang yang teramat saleh, yang sungguh-sungguh percaya bahwa dokumen-dokumen yang bertentangan ini tak bisa lain adalah kesaksian palsu.

Alkitab versi Konstantin telah menjadi kebenaran mereka selama berabad-abad. Tiada seorang pun yang lebih terindoktrinasi kecuali pendoktrin itu sendiri.

GEOSPARITUAL‬: Spiritual Dalam Teori Relativitas



Prof. Fahmi Amhar
Kepala Riset Bakosurtanal

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. 32:5)

Apa yang saya pelajari di bangku sekolah tidak ingin semuanya hanya memuaskan secara akademis maupun bermanfaat secara praktis. Saya juga ingin semua yang saya pelajari itu memiliki makna secara spiritual, karena setelah saya mati nanti, hanya nilai kedekatan dengan Tuhanlah yang akan meninggalkan makna.

Pada 1905, Albert Einstein pada usianya yang baru 26 tahun, telah berani memunculkan sebuah teori fisika yang aneh. Salah satu dari tulisan Einstein itu membahas relativitas waktu. Menurutnya, waktu itu relatif. Sebuah makhluk yang memiliki kecepatan mendekati cahaya, atau dia berada di dekat pusat gravitasi yang besar, maka waktu baginya akan mulur.

Kalau seorang astronot melesat dengan roketnya mendekati kecepatan cahaya, maka ketika dia merasa baru menjalani penerbangannya 1 jam, orang yang di bumi mungkin sudah menghitungnya 2 jam. Bahkan bila kecepatannya semakin tinggi, atau dia mendekati black-hole, bisa-bisa dia baru merasa 1 jam, sementara orang yang di bumi sudah menghitungnya 7 tahun.

Di bulan Ramadhan ini Allah sedang mendekatkan diri-Nya pada hamba-hambanya yang terpilih. Mereka yang terpilih ini baru merasakan beramal 1 jam, tetapi nilainya sama dengan 70 jam bagi mereka yang tidak terpilih, atau bagi yang bersangkutan di luar bulan Ramadhan. Bahkan ada malam yang sangat khusus (Lailatul Qadar). Orang yang terpilih, ketika beribadah di malam tersebut, nilainya sama dengan 30.000 malam (1000 bulan, atau 83 tahun).

Di surat Al-Kahfi bahkan Allah mengisahkan sekelompok pemuda, yang mengalami dilasi waktu lebih ekstrim lagi. Mereka baru merasakan tidur di dalam gua sehari atau bahkan setengah hari. Tetapi orang-orang di luar gua mencatatnya 309 tahun. Ketika mereka keluar dari gua, semua orang durhaka yang pernah ingin membunuh mereka sudah meninggal lama, tergantikan dengan orang-orang yang bertaqwa.

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang diantara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Rabb kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (QS. 18:19)

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. 18:25)

Para malaikat bahkan naik ke langit dalam sehari (membawa doa yang kita panjatkan) yang lamanya 1000 tahun atau 50.000 tahun dalam ukuran manusia.

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. 32:5)
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (QS. 70:4)

Karena itu marilah kita menjadikan bulan Ramadhan ini bulan latihan mendekatkan diri kepada-Nya. Allah telah berjanji, "Barangsiapa mendekati-Ku satu jengkal, Aku akan mendekatinya satu hasta. Barangsiapa mendekati-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari".

Waktu hidup kita yang sebenarnya, tergantung dari sedekat apa kita kepada Sang Pemilik Waktu, yaitu Allah SWT, atau secepat apa kita berusaha mendekati-Nya, yakni dengan bersegera memenuhi segala seruan-Nya, menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Mayit Memilih BERSEDEKAH Jika Bisa Kembali Hidup ke Dunia

Sebagaimana firman Allah:
"Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah." {QS. Al Munafiqun: 10}

Kenapa dia tdk mengatakan,
"Maka aku dapat melaksanakan umroh" atau
"Maka aku dapat melakukan sholat atau puasa" dll?

Berkata para ulama,
Tidaklah seorang mayit menyebutkan "sedekah" kecuali karena dia melihat besarnya pahala dan imbas baiknya setelah dia meninggal.

Maka, perbanyaklah bersedekah, karena seorang mukmin akan berada dibawah naungan sedekahnya.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,
“Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskan perkara-perkara di antara manusia.” (HR. Ahmad)

Dan, bersedekahlah atas nama orang-orang yang sudah meninggal diantara kalian, karena sesungguhnya mereka sangat berharap kembali ke dunia untuk bisa bersedekah dan beramal shalih, maka wujudkanlah harapan mereka.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya ada seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia mengatakan,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ibuku tiba-tiba saja meninggal dunia dan tidak sempat menyampaikan wasiat padaku. Seandainya dia ingin menyampaikan wasiat, pasti dia akan mewasiatkan agar bersedekah untuknya. Apakah Ibuku akan mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya?"
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya”.
{HR al-Bukhari no. 1388, Muslim no. 1004}

Dakwah Dengan Lembut

Telah menjadi tabiat manusia menyukai perkataan yang lembut dan membenci perkataan yang kasar. Untuk itu seorang mukmin hendaknya selalu berusaha bertutur kata yang baik pada yang didakwahinya.

Dengar tutur kata yang lembut diharapkan yang didakwahi dapat menerima apa yang disampaikan sehingga tidak berpaling atau malah memusuhi.

Bukan sebaliknya, mudah menghakimi dengan istilah 'haram', 'kafir' 'bid'ah' dan istilah lain yang membuat alergi orang yang didakwahi.

Mari kita simak kisah Nabi Musa dan Harun ‘alaihimas salam saat mereka diutus untuk mendakwahi Fir’aun. Allah berfirman,
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS Thaha: 43-44)

Meskipun Fir’aun telah berbuat lancang yaitu mengatakan dirinya Tuhan, Allah tetap memerintahkan Nabinya Musa dan Harun untuk mendakwahinya dengan tutur kata yang lembut. Sebagian ahli tafsir mengatakan yang dimaksud perkataan lembut (qoulan thoyyiiban) dalam ayat diatas adalah FirmanNya,
Dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri dan kamu akan kubimbing ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” (QS An Nazi’at: 18-19)

Kalau kita cermati kalimat dalam ayat diatas kita, dapati kalimat tersebut cukup lembut, sederhana, tidak kasar dan mudah dicerna.

Pertama, kalimat tersebut dimulai dengan “Adakah keinginan bagimu..” yaitu berupa tawaran, bukan perintah atau paksaan. Jika berupa perintah atau paksaan tentu tidak mengenakkan dihati yang didakwahi.

Kedua, kalimat tersebut berisi ajakan untuk “membersihkan dan mensucikan diri” yang mana semua manusia tentu menginginkannya.

Ketiga, tidak mengatakan “saya hendak sucikan kamu”, tetapi mengatakan “sebaiknya kamu mensucikan diri”. Tentu yang kedua ini jelas lebih lembut dan yang didakwahi merasa dihormati.

Keempat, mengajak dan mengingatkan untuk kembali ke jalan Tuhannya. Tuhan yang telah menciptakan, memberi rizki dan kenikmatan, yang seyogyanya kita bersyukur padaNya.

Demikianlah Allah memerintahkan dan mengajari nabi dan utusanNya untuk berdakwah dengan perkataan yang lembut. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan teladan.

Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 12 Sya’ban 1434

Rizki Tak Pernah Tertukar


Namanya Adi Rosadi usia 35, asli Bumiayu Jawa Tengah. Kini tinggal di daerah Grogol bersama istri dan 2 anaknya. Lima tahun sudah menjadi supir taksi. Warna biru laut dengan nomor lambung EL 1980.

Taksi yang dikendarai berasal dari pool Cengkareng, di kaca belakangnya menempel stiker bertuliskan 'Taksi Bandara', dini hari tadi mendapatkan penumpang tujuan Cibubur. Waktu tempuh yang biasanya 2 jam di siang hari dituntaskan kurang dari 50 menit.

Setelah membeli sepotong roti dan segelas teh hangat di warung pinggir jalan sekedar untuk mengisi perut, sejatinya Adi akan kembali ke pool di Cengkareng.

Namun layar monitor seukuran kotak pensil yang tertanam di atas dashboard mobilnya berkedip, menunjukkan ada pelanggan di daerah tersebut yang membutuhkan jasa taksi.

Sekira jam empat kurang lima belas menit, taksi yang dibawanya sudah menunggu di depan rumah, siap mengantar ke bandara.

Alhamdulillah, rejeki memang tak pernah tertukar bagi hamba yang selalu berikhtiar dan tawakkal.

"Dan sesungguhnya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan." (QS. An-Najm:48)

Mencintai Saudaranya Seperti Ia Mencintai Dirinya

Dari Anas bin Malik radhiallahuanhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri." (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits :

1. Seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri.
2. Menjauhkan perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman.
3. Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Pembahasan

Ukhuwah Islamiyyah artinya persaudaraan sesama muslim, sebaiknya tidak hanya sebatas hiasan bibir saja, tapi diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ayat yang menganjurkan hal itu diantaranya surat Ali Imran 3:103 ''Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."

Yang berukhuwah sebenarnya bukan hanya muslim dan mukmin saja tapi ukhuwah itu memiliki level masing-masing yaitu; 

Ukhuwah Basyariyah; yaitu Persaudaraan antar sesama manusia. Yaitu persaudaraan lintas agama, suku dan ras. Persaudaraan ini terjalin karena sama-sama makhluk Allah yang hidup di bumi ini yang tentu saja terjadi interaksi dan transaksi selama, perbedaan agama, suku bangsa tidak menjadi masalah sehingga hidup saling tolong menolong secara kemanusiaan tidak jadi penghalang.

Ukhuwah Wathaniyah; yaitu Persaudaraan antar bangsa, adalah persaudaraan karena sebangsa dan se tanah air tanpa memandang agama, suku dan ras. Apapun hak dan kewajiban yang ditetapkan di tanah air itu oleh para pemimpinnya semuanya sama, tidak ada yang istimewa, sama semua derajatnya di hadapan bangsa itu.

Ukhuwah Islamiyah : Persaudaraan sesama muslim, adalah persaudaraan karena sama-sama beragama islam tanpa memandang bangsa, golongan dan ras. Apapun bangsanya, darimanapun  asalnya tidak menjadi persoalanasal dia seorang muslim, maka terjalinlah persaudaraan.

Ukhuwah Imaniyah : Persaudaraan sesama iman, adalah persaudaraan yang terbangun karena sama-sama menjalankan nilai-nilai iman sesama muslim yang terikat dengan kekuataan komitmen dalam iman dan da'wah. Ukhuwah tidak akan terujud bila kualitas iman antara satu dengan lainnya tidak selevel. 

Dalam Al Hujurat 49:10 dengan tegas menyebutkan bahwa persaudaraan mukmin itu sudah dipastikan sehingga harus dijaga sebaik-baiknya; "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."

Apa Itu Panama Papers?

Panama Papers sebetulnya hanya istilah saja. Sama seperti Wikileaks.

Kalau Wikileaks berupa bocoran data intelijen dari berbagai negara terutama negara barat. Sementara Panama Papers berisi confidential documents yang dimiliki oleh Mossack Fonseca & Co, Perusahaan hukum yang berpusat di Panama.

Dokumen ini berisi informasi rinci mengenai lebih dari 214.000 perusahaan luar negeri, termasuk identitas pemegang saham dan direkturnya.

Mossack Fonseca & Co jika di Indonesia mirip firma hukum atau notaris yang salah satu pekerjaannya mengesahkan pendirian perusahaan, jadi sebetulnya legal dan tak ada masalah.

Hanya saja di Indonesia salah satu syarat perusahaan baik PT maupun CV harus memiliki TDP (Tanda Daftar Perusahaan) dan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) -dokumen resmi dari pemerintah untuk kegiatan usaha dagang- dimana salah satu syaratnya adalah memegang NPWP untuk pembayaran pajaknya.

Yang jadi pertanyaan, kenapa banyak perusahaan didaftarkan melalui Mossack Fonseca & Co?

Mossack Fonseca & Co membantu membuat perusahaan di luar negeri untuk kepentingan bisnis yang memang butuh entitas bisnis Luar Negeri -baik untuk bisnis international maupun kepentingan merger dan akuisisi- dengan pajak transaksi yang minimal atau bahkan tidak ada pajak.

Hal yang biasa dilakukan di dunia bisnis. Sama halnya dengan membuat perusahaan di Indonesia melalui bantuan notaris dengan biaya 5-15 jutaan rupiah.

Panama Papers berisi daftar perusahaan yang pembuatannya dibantu oleh Mossack Fonseca untuk didaftarkan di BVI (British Virgin Island, negara bekas koloni Inggris yang terletak di laut Karibia) yang bebas pajak. Rata-rata tarif Mossack Fonseca itu 300-700 USD sekali daftar/urusan. Mempunyai perusahaan terdaftar di BVI belum tentu dan memang tidak harus punya rekening di BVI.

Soal Panama Papers itu sekarang sudah menjadi heboh viral dan makin banyak mis-interpretasi dan interpretasi tambahannya.

Sayangnya interpretasinya ditambah-tambahi seolah itu adalah daftar orang yang punya rekening di BVI (di luar negeri), atau lebih seru lagi itu adalah daftar orang atau perusahaan yang mengemplang pajak atau melarikan uang dari Indonesia ke negara asing. Dan viral dis-informasi ini diperparah oleh media massa yang memang mau mencari sensasi dengan tidak membedakan fakta berita dengan opini.

Dan sesungguhnya tidak ada hukum yang dilanggar dengan mendirikan perusahaan di BVI dalam kaitannya untuk memudahkan transaksi international dan memaksimalkan potensi pendapatan dengan pajak yang minim ataupun nihil di negara-negara bebas pajak. Hal itu normal legal business practice biasa saja.

Masalahnya: banyak koruptor atau pengemplang pajak atau penguasa dan pejabat dari berbagai negara yang menjalankan bisnis perusahaannya dengan melakukan transaksi "pencucian uang" lewat BVI.

Maka dengan sudut yang sedikit diubah, media memainkannya sedemikian rupa seolah-olah semua nama perusahaan dan individu yang ada dalam list itu "punya kecenderungan" melakukan hal yang sama (pencucian uang, ngemplang pajak dsb).

Selain itu yang bikin heboh: ternyata banyak pejabat berbagai negara (termasuk Indonesia tentunya) yang mempunyai perusahaan di BVI itu pada waktu mereka masih aktif menjabat dan itu umumnya bertentangan dengan etika bahkan illegal di berbagai negara jika pejabat juga terlibat berbisnis. Namun bagi pihak swasta adalah lumrah menjalankan bisnis, bahkan di luar negeri sekalipun.

Sebenarnya di webnya ICIJ yang memuat bocoran Panama Papers itu ditulis:
"There are legitimate uses for offshore companies and trusts. We do not intend to suggest or imply that any persons, companies or other entities included in the ICIJ Offshore Leaks Database have broken the law or otherwise acted improperly."

Namun dengan diskresi dan mungkin kesengajaan media: sudut pemberitaan diubah karena ada koruptor dan buronan tertera pada daftar Panama Papers kemudian diangkat menjadi "red alert" bahwa siapapun yang ada di situ disamakan dengan koruptor dan penggelap pajak.

Pengaruh Buruk Menonton TV Pada Anak-anak



Pengaruh media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya.

Dalam seminggu anak menonton TV sekitar 30 jam. Apa yang mereka pelajari selama itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh warna.

Faktanya:
  • Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV.
  • Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1.560-1.820 jam/tahun. Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1.000 jam/tahun.
  • Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi.
  • Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar per minggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.
  • Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak.
  • Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.
  • Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.
  • Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.

Kenapa Kita Harus Mengurangi Menonton TV?

- Berpengaruh terhadap perkembangan otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.

- Mendorong anak menjadi konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.

- Berpengaruh terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.

- Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.

- Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.

- Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.

- Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.

- Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung mempengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut.

Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.

- Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.

- Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial, moral & etika.


Jadi, Siapa yang Seharusnya Mengurangi Menonton TV?

Semua dan setiap orang. Karena akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV, orangtua, anak-anak, si kaya ataupun si miskin, si pintar dan si bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program ‘Hari Tanpa TV’ ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik.


Pertimbangkan Hidup tanpa TV

Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses di masa yang akan datang. Kalau menurut Anda hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan seksama tontonan anak Anda sepanjang tahun.

Mau melihat generasi anak yang lebih sehat? Keluarga yang lebih dekat? Masyarakat yang lebih madani? Matikan TV. Hal yang mungkin kecil tapi akan berdampak besar!

Bantu kami untuk menyebarkan bahaya TV kepada masyarakat, dengan meningkatkan kewaspadaan publik, membantu orang untuk menikmati hidup tanpa TV, membantu mereka melakukan aktivitas yang bebas-TV, dan menawarkan tips-tips sederhana tentang cara melakukannya, kita akan membantu jutaan anak untuk mematikan TV dan menyadari bahwa hidup tanpa TV itu lebih menyenangkan dan menenangkan.

Dengan mematikan TV, kita jadi punya waktu untuk keluarga, teman, dan untuk kita sendiri.


Apa Manfaat HARI TANPA TV?

Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita senangi.

Bagaimana Caranya?
    Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat,
    Bercocok tanam,
    Bermain,
    Menulis surat,
    Jalan-jalan,
    Berenang,
    Bersepeda,
    Mendengarkan radio atau membaca koran,
    Memasak bersama ibu,
    Bikin lomba antar RT,
    Berolahraga,
    Bakti sosial,
    Rapikan rumah dan halaman,
    Ambil les,
    Bercengkrama dengan keluarga,
    Belajar,
    Mengerjakan keterampilan tangan,
    Ke kebun binatang atau musium,
    Dan lain-lain...

Tidak punya waktu? Matikan saja TV-nya dulu. Mengurangi waktu menonton TV memang terkesan susah pada awalnya, tapi ternyata toh ada ribuan hal lain yang menarik untuk dilakukan, bukan?

Tips cara mematikan TV:

   Pindahkan TV ke tempat yang tidak begitu ‘mencolok’.
   Matikan TV pada waktu makan.
   Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV.
   Jangan gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah.
   Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll)
   Pindahkan TV dari kamar anak Anda.
   Sembunyikan remote controlnya.
   Tidak ada TV di hari sekolah.

Jangan terlalu khawatir bila anak mengaku bosan, karena kebosanan itu lama-lama akan menghilang dan biasanya justru menciptakan kreativitas. Karena anak banyak dipengaruhi dengan yang dilakukan orangtua mereka, adalah sangat penting untuk memperhatikan bahwa usaha apa saja, seperti lebih banyak berolahraga, mengonsumsi makanan yang lebih bergizi atau menonton TV lebih sedikit, dilakukan sebagai ‘acara keluarga’ sehingga mematikan TV adalah usaha yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga untuk menyisihkan waktu bercengkrama bersama.

Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia