Tertipu Waktu



Waktu berlalu begitu halus menipu. Tadi pagi belum sempat dzikir, tahu-tahu waktu sudah menjelang siang. Belum sempat sedekah pagi, matahari sudah meninggi.

Rencananya jam 9.00 mau sholat Dhuha, tiba-tiba adzan Dzuhur sudah terdengar. Inginnya setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur'an, menambah hafalan satu hari satu ayat,  tapi ya itu, "keinginannya itu" sudah setahun yang lalu dan kebiasaan itu belum terlaksana.

Ada sebenarnya komitmen diri, tidaklah berlalu malam kecuali dengan tahajud dan witir, sekalipun hanya 3 rakaat singkat saja. Dan komitmen itu belum dilaksanakan sejak 2 tahun lewat.

Dulu juga pernah terpikir punya anak asuh, entah yatim apa miskin yang disantuni tiap bulannya. Ya karena kesibukan lupa merealisasikannya, dan itu sudah berlangsung sekitar 3 tahunan yang lalu.

Akan terus beginikah nasib "hidup" kita menghabis-habiskan umur?! Berhura-hura dengan usia?! Tiba-tiba masuklah usia di angka 30 sebentar kemudian 40 tahun. Tak lama terasa kemudian orang memanggil kita dengan sebutan "Kek... Nek..." pertanda kita sudah tua. 

Uban yang mulai menghias kepala, keriput yang menghias kulit, tenaga yang tidak lagi seberapa. Menunggu ajal tiba. Sejenak mengintip catatan amal yang pernah kita berbuat. 
Astaghfirullah, tak seberapa, sedekah dan wakaf juga sekedarnya.

Jika demikian, apakah ruh tidak melolong menjerit saat harus berpisah dari tubuh?! Tambahkan usiaku, ya Allah! Aku butuh waktu untuk beramal dan berbekal. Belum cukupkah menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun? Butuh berapa tahun lagi untuk mengulang pagi, sore, hari, minggu, bulan, dan tahun yang sama, tanpa pernah merasa kehilangan kesempatan untuk menghasilkan pahala di setiap detiknya. Tidak akan pernah cukup 1000 tahun bagi yang terlena.

Astaghfirullah...

No comments:

Post a Comment