Kegemukan dalam Pandangan Islam

"...makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al Araf:31)

Di sekitar kita banyak ditemui orang-orang yang berbadan gemuk dan berat di atas batas normal. Mereka yang berbadan gemuk cenderung banyak makan, bertubuh kurang sehat, tidak maksimal bergerak, kurang beraktivitas, dan mudah sakit. Bahkan sebagian malas beribadah.

Banyak ibadah yang menjadi terganggu karena badan kegemukan. Oleh karena itu Islam cenderung memandang negatif terhadap orang yang kegemukan.

Dalam sahih Bukhari dan Muslim, dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang paling baik dari kalian adalah orang yang hidup di masaku, kemudian masa setelahnya, kemudian setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan."

Dalam riwayat Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum diminta bersaksi.”

Imam Al Qurthubi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah celaan bagi orang gemuk, karena gemuk yang disengaja disebabkan banyak makan, minum, santai, foya-foya, selalu senang, dan terlalu mengikuti hawa nafsu. Ia adalah hamba bagi dirinya sendiri dan bukan hamba bagi Tuhannya, orang yang hidupnya seperti ini pasti akan mudah terjerumus kepada yang haram, dan semua daging yang tumbuh di badannya dari yang haram maka neraka adalah tempat yang tepat yang layak baginya. Allah -subhanahu wa ta’aalaa- telah mencela orang kafir karena banyak makan, dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS Muhammad:12)

Maka jika seorang mukmin meniru mereka dan menikmati kenikmatan dunia setiap saat, lantas dimana hakikat keimanan dan pelaksanaan Islam pada dirinya? Barangsiapa yang banyak makan dan minum, maka ia akan semakin rakus dan tamak, bertambah malas dan banyak tidur di malam hari. Siang harinya dipakai untuk makan dan minum, sedangkan malamnya hanya untuk tidur. (Jami’ li Ahkam Al-Qur’an 13/394)

Dalam hadits lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya akan didatangkan seseorang yang sangat gemuk pada hari kiamat, akan tetapi timbangannya disisi Allah tidak seberat sayap lalat. Bacalah firman Allah: “Dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (Shahih Bukhari dan Muslim)

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertemu seseorang di jalan, dan bertanya kepadanya.
“Kenapa perutmu besar seperti ini?” tanya Umar bin Khattab radhiyallahu ‘Anhu.

“Ini karunia dari Allah,” jawab orang tersebut.

“Ini bukan berkah, tapi azab dari Allah!” seru Umar.

Ia pun melanjutkan, “Hai sekalian manusia, hai sekalian manusia. Hindari perut yang besar. Karena membuat kalian malas menunaikan shalat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat boros, dan lebih giat beribadah kepada Allah.”

Seburuk-buruk Manusia di Hari Kiamat

Diceritakan dari Aisyah –radliyallahu anha-, sesungguhnya Rasulullah –shallallahu alayhi wa sallam—bersabda:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَرَكَهُ أَوْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ

"Sesungguhnya sejelek-jelek kedudukan manusia di sisi Allah di hari kiamat ialah orang yang ditinggalkan manusia lain karena takut akan kejelekannya." (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Penjelasan Hadits
Setiap manusia di hari kiamat nanti mempunyai kedudukan sendiri-sendiri, sesuai dengan amal perbuatan mereka selama di dunia. Allah berfirman:
"Dan bagi setiap manusia, beberapa derajat dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-An'am: 132).

Manusia yang mempunyai amal yang paling baik, akan memperoleh derajat tertinggi nanti di akhirat. Dan sebaliknya, manusia yang mempunyai amal terburuk, akan mendapat derajat terendah. Di antara derajat tertinggi dan terendah terdapat derajat-derajat lain yang mempunyai selisih tingkat antara satu dengan yang lain, sesuai dengan amal yang dilakukan.

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam menjelaskan bahwa seburuk-buruk derajat manusia di hari kiamat ialah orang yang ditinggalkan orang lain, bukan karena ia tidak mempunyai kebaikan, atau manfaat yang dapat diambil, tetapi karena takut akan keburukan dirinya, dan khawatir akan sifat negatif yang timbul darinya.