Al Quran memiliki nama lain yaitu Al Furqon yang artinya Pembeda. Melalui kasus Al-Ma'idah ayat 51, Allah SWT benar-benar telah menunjukkan kepada umat Islam perbedaan jatidiri setiap orang; siapa yang termasuk Muslim yang benar, dan siapa yang termasuk golongan munafik.
Allah SWT berfirman:
"Kalau Kami menghendaki, niscaya Kami menunjukkan mereka (kaum munafik) kepada kamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dari tanda-tanda mereka dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka." [QS. Muhammad : 30]
Imam Al-Tabari dalam tafsirnya menjelaskan, "Sungguh kamu akan mengetahui mereka dari tanda-tanda Nifaq (sifat kemunafikan) yang tampak dari mereka dalam konteks ucapan dan perbuatan lahiriah mereka."
Terkait kasus ini, setelah larangan menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin dalam QS al-Maidah ayat 51, berikutnya Allah SWT menjelaskan bahwa sikap terhadap larangan itu akhirnya mengungkap jatidiri kaum munafik.
"Lalu kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hati mereka (kaum munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata; 'Kami takut akan mendapat bencana.' Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka." [QS al-Maidah: 52]
Menurut Imam Al-Qurtubi, juga Ibn Katsir, yang dimaksud dengan penyakit dalam hati adalah keraguan, kebimbangan dan kemunafikan. Ayat ini menunjukkan bahwa sejak awal posisi orang munafik memang berada di pihak kaum kafir.
Allah SWT juga menegaskan sifat orang munafik ini:
"Kabarkanlah kepada kaum munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) kaum yang menjadikan kaum kafir sebagai teman-teman penolong dengan meninggalkan kaum Mukmin." [QS An-Nisa': 138-139]
Melalui kasus Al Maidah 51 ini, umat Islam harus mencatat dengan huruf tebal siapa saja orang, tokoh, cendekiawan, kelompok atau organisasi—melalui pendapat, sikap, perbuatan dan keberpihakan mereka—yang lebih rela membenarkan atau bahkan membela sang penista; termasuk siapa saja yang tidak merasa terusik sama sekali dengan penistaan oleh pihak tertentu; juga siapa saja yang melecehkan sikap umat Islam, nyinyir memberikan komentar negatif, rajin memberikan ragam cap negatif terhadap sikap dan gerakan umat Islam. Umat harus mencatat bahwa mereka itu—siapapun mereka—adalah kaum munafik yang telah memusuhi Islam dan kaum Muslimin.
Dengan peristiwa tersebut, mudah-mudahan Allah akan memenangkan umat Islam dan akan membongkar serta mempermalukan orang-orang munafik. Insya allah.
No comments:
Post a Comment