Ciri Ilmu Yang Bermanfaat


SEBUAH hadits mengatakan bahwa ada tiga amalan yang ketika telah meninggal pahalanya terus mengalir kea lam kubur kita. Yang pertama shadaqah jariyah, yang kedua ilmu yang bermanfaat, dan ketiga doa anak yang soleh.

Terkait yang kedua, kita perlu tahu seperti apa ciri-ciri ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir pahalanya, ketika orang-orang mengamalkan ilmu yang dberikan oleh kita. Adapula ciri-ciri ilmu yang bermanfaat ketika kita masih hidup di dunia.

Imam Al-Ghazali menyebutkan 7 ciri ilmu yang bermanfaat di dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah:

1). Barang yang menambah takutmu akan Allah S.W.T

2). Dan menambah pula di dalam penglihatan hatimu pada kecelaan dirimu,

3). Dan menambah pula dalam pengenalanmu akan ibadah kepada Tuhanmu yang Maha Mulia dan Yang Maha Tinggi,

4). Dan mengurangkan akan gemarmu kepada dunia,

5). Dan menambah gemarmu kepada akhirat,

6). Dan membukakan ia akan mata hatimu dengan yang membinasakan akan amalmu hingga engkau memelihara diri daripadanya,

7). Dan melihatkan dia akan dikau atas tipu daya syaitan dan perdayanya.

Selain itu di dalam kitab Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali yang berjudul Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf. Ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang:

1). Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada Allah.

2). Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada Allah dan merasa hina di hadapan-Nya dan selalu bersikap tawaduk.

3). Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit yang itu merupakan bagian dari dunia.

4). Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia.

5). Senantiasa didengar doanya.

6). Ilmu itu senantiasa berada di hatinya.

7). Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan.

8). Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian.

9). Selalu mengharapkan akhirat.

10). Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian.

11). Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya.

12). Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.

13). Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak boleh menyaingi martabat mereka.

14). Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnhya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara,tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan takut pada Allah Taala.

Apakah ilmu yang bermanfaat itu telah tercermin dalam diri kita? [ds/islampos/ibadurrahman99]

No comments:

Post a Comment