Apakah Kau Terlalu Bebal

A. Mustofa Bisri

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Ketika mobilmu melanda seekor anjing di jalan
Dan kurasakan derak tengkoraknya yang remuk
Digilas ban radialmu aku ingin muntah dan kau ngakak
Sambil mengumpat “mampus kau, najis!”
Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Di depan layar datar televisi produk mutakhir di ruang keluarga
Yang lapang dan terang benderang
Kau dan keluargamu menyaksikan gelombang gelap melanda
Beberapa kawasan di dunia bahkan di negerimu sendiri
Sambil melalap pizza dan ayam goreng Amerika.

Di layar kaca dalam warna sesuai aslinya kalian lihat asap mengepul
Orang-orang berlarian tanpa arah bocah-bocah kurus berwajah pucat
Di pelukan ibunya yang meraung-raung di samping mayat lelaki yang terkapar
Berbantalkan sepotong paha kawannya
Terdengar dari speaker stereomu dentuman demi dentuman
Gelegar meriam berbaur dengan lengkingan tangis
Dan jeritan putus asa anak-anak manusia
Layar kaca terus menayangkan gambar hidup orang-orang mati dan yang berangkat mati.

Di Somalia, kerangka-kerangka hidup rakyat tanpa daya
Dikeroyok anjing-anjing dan dikerubuti lalat-lalat yang juga lapar
Puing-puing di Libanon, Palestina, Sarajevo, Kosovo dan Chechnya meruapkan bau bangkai dan mesiu
Di Turki potongan-potongan mayat bergelimpangan di antara reruntuhan bangunan
Seperti kena kutuk, kematian dan pembantaian terus berlangsung di berbagai belahan dunia.

Istrimu menyodorkan piring pizza ke mukamu
Kau menghirup sedap aromanya sebentar lalu menjejalkan sepotong ke mulutmu ).
Asap hitam mengepul di Ambon, asap hitam mengepul di Aceh
Asap hitam mengepul di mana-mana berlapis-lapis gelap
Melanda negerimu sendiri memedihkan mata dan hati.
Kekuasaan dengan dingin terus menggerus yang lemah
Keganasan dengan bangga melalap segala
Kekerasan mencabik-cabik persaudaraan
Dendam membakar sisa-sisa kemanusiaan
Kengerian mencekam di seantero kota dan desa
Ibu pertiwipun bersimbah darah
Air mata tak putus-putus pula mengalir di tanah air.
Dan kau sekeluarga bersendawa setelah mengeroyok makanan Amerika
Dan mereguk kaleng-kaleng coca cola
Pemandangan memilukan pun tak mampu mengusik seleramu
Apalagi kemudian sinetron yang seronok dengan cepat membawamu kembali ke duniamu.

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan ibu dan saudara-saudara perempuanmu
Diperkosa dan dilecehkan dan birahi kalian tega tegang seperti menonton film biru picisan
O, virus apa gerangan yang telah menyerang nurani kalian?
Pemandangan yang mengerikan sekalipun tak mampu mengganggu nafsumu
Apalagi segera datang tayangan gosip selebritis
Yang penuh gelak tawa mengasyikkan dan menghiburmu.

Bila kau sesekali membicarakan bencana kemanusiaan ini di cafe-cafe
Sambil mendengarkan para artis bernyanyi atau di hotel-hotel berbintang
Sambil mendengarkan para pakar berteori
Kau pun telah merasa ikut berjasa dalam upaya mencari solusi.
Dan setelah itu kehidupan pun kalian jalani seperti biasa
Dengan gaya yang sama dan irama yang sama seolah-olah kalian berada di luar masalah manusia.

No comments:

Post a Comment