"Dan Kami Turunkan Air dari Langit menurut Suatu UKURAN"

Hujan dan Musibah Banjir

“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu UKURAN; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya”. (QS. Al Mukminun[23] :18)

Allah Ta’alaa sebagai Dzat Pengatur alam semesta dan Pemberi rizki kepada penghuninya sesungguhnya menurunkan hujan dengan ukuran. Al Imam Al Suyuthi dalam kitab tafsir al-Jalalain memberikan tafsiran “dengan ukuran” yaitu dengan ukuran yang sesuai dengan kecukupan dan dan kemaslahatan (penghuni alam semesta). Allah Yang Maha Tahu berapa debit air yang diperlukan oleh penduduk bumi baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan dan sebanyak kebutuhan itulah yang Allah curahkan. Jadi hujan adalah benar-benar rahmat Allah bagi hamba-Nya dan bukan penyebab utama musibah banjir yang berkepanjangan.

Maka disini kita bisa mulai melacak akar permasalahan musibah banjir dari dalam lingkungan sosial kita :

1. Pembangunan infrastruktur sosial yang tidak ramah lingkungan.

2. Penutupan dan pengalih fungsi situ-situ resapan air untuk mall dan bangunan-bangunan mengakibatkan tidak terserapnya air hujan atau sebaliknya terjadi genangan banjir.

3. Kesadaran rendah terhadap arti kebersihan bagi sebuah lingkungan sosial yang sehat. Pembuangan sampah di sembarang tempat menjadi penyebab utama tersendatnya aliran air limbah maupun air hujan ke tempat semestinya.

4. Salah urus sistem pengaturan air yang mestinya membawa kemaslahatan ini diperparah oleh kenekatan penduduk yang beramai-ramai tinggal di kawasan bantaran sungai.

5. Penebangan dan bahkan penggundulan hutan yang membabi-buta untuk tujuan-tujuan ekonomis sesaat. Sehingga salah satu fungsi hutan sebagai tempat resapan airpun menjadi hilang.

Maka melihat hal-hal di atas musibah banjir adalah human and social error, kesalahan manusia dan kesalahan sosial, kesalahan lingkungan sosial yang tidak akrab dengan ekosistem dan bukan “God Error.” Curah hujan tetaplah sebagai rahmat Allah untuk alam semesta. Sayang penghuni alam semesta ini (utamanya manusia) menolaknya dengan berbagai cara.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar Rum [30] : 41)


Sebuah Solusi

Menarik sekali kita mencermati penghujung ayat di atas “agar mereka kembali”. Potongan ayat ini mengisyaratkan harus adanya solusi sosial atas musibah yang menimpa masyarakat (dalam hal ini musibah banjir). Menjalani kehidupan sosial yang sadar etika lingkungan alam dan lingkungan sosial serta pandai memahami ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat Allah) yang berlaku atas alam semesta ini sebagai wujud kembali kepada kebenaran Allah Ta’alaa.

Perilaku sosial yang merusak harus dihentikan, siapapun pelakunya. Sikap acuh terhadap perilaku, menyimpang ini hanya akan menebar bencana demi bencana yang mungkin akan menjadi sejumlah lingkaran setan persoalan sosial yang tidak teratasi.

Ustadz Muzayin Abdul Wahab
http://islampos.com/musibah-banjir-dan-rahmat-hujan-39022/

No comments:

Post a Comment