Oleh Remy Soetansyah
1 Mei 2012
Hari ini aku mati,
Perlahan,
Tubuhku ditutup tanah.
Perlahan,
Semua pergi meninggalkanku.
Masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka,
Aku sendirian,
Di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
Sendiri,
Menunggu pertanyaan malaikat.
Belahan hati,
Belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.
Sanak keluarga menangis,
Sangat pedih,
Aku pun demikian,
Tak kalah sedih.
Tetapi aku tetap sendiri,
Disini, menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Tobat tak lagi dianggap,
Dan maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar-benar harus sendiri.
Ya Allah…
Jika Engkau beri aku satu lagi kesempatan,
Jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milikMU,
Untuk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pada mereka.
Yang selama ini telah merasakan zalimku,
Yang selama ini sengsara karena aku,
Tersakiti karena aku.
Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yg telah kukumpulkan,
Yang bahkan kumakan,
Ya Allah beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
Untuk berbakti kepada Ayah dan Ibu tercinta.
Teringat kata-kata kasar dan keras yang menyakitkan hati mereka,
Maafkan aku Ayah dan Ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,
Beri juga ya Allah aku waktu untuk berkumpul dengan keluargaku,
Menyenangkan saudara-saudaraku.
Untuk sungguh-sungguh beramal soleh.
Aku sungguh ingin bersujud di hadapan-Mu lebih lama lagi.
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yang pernah kuraih dulu,
Tak ada artinya sama sekali.
Mengapa kusia-siakan waktu hidup yang hanya sekali itu?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu.
Aku dimakamkan hari ini,
Dan ketika semua menjadi tak termaafkan,
Dan ketika semua menjadi terlambat,
Dan ketika aku harus sendiri.
Untuk waktu yang tak terbayangkan sampai yaumul hisab dan dikumpulkan di Padang Mahsyar.
Puisi Almarhum Remy Soetansyah, wartawan senior wafat 30 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment