China sebagai ras, tak ada bedanya dengan ras di Indonesia. Sama2 manusia. Yang membedakan hanya beberapa karakter fisiknya.
Tak seorangpun punya hak meminta dari ras mana dia terlahir. Bisa saja ras China, Jawa, Sunda dan sebagainya. Semua menjadi takdir dari yang Maha Kuasa. Manusia tak punya wewenang sama sekali menentukannya.
Kebencian seseorang tidak selayaknya ditujukan kepada ras tertentu. Menjudge seseorang karena ras adalah perbuatan yang tak elok. Menilai seseorang seharusnya dari apa yang diperbuatnya, bukan dari ras mana dia berasal.
Polarisasi yang terjadi saat ini sangat rentan membuat generalisasi terhadap ras tertentu terutama saudara kita yang berdarah China.
Padahal kalau kita mau jujur, tidak semua dari mereka mempunyai sifat yang buruk. Sebagai contoh, ada koh Hanny seorang Tionghoa yang mengabdikan dirinya untuk pengembangan SDM para muallaf, ada Kwik Kian Gie, ahli ekonomi yang pernah menjadi menteri, ada Lieus Sungkharisma seorang aktivis yang kritis terhadap penguasa, ada Soe Hok Gie aktivis mahasiswa di jamannya.
Masih banyak lagi dari mereka yang tak kita kenal satu persatu.
Tuduhan bahwa etnik China identik dengan orang jahat tentu menyakitkan mereka. Padahal mereka tak pernah berharap untuk lahir dari ras ini.
Lebih bijak dalam menjudge seseorang. Hargai setiap perbedaan. Hukumi seseorang dari perbuatan pribadinya, bukan dari etniknya. Sebagaimana kita tak mau etniknya dihina orang dari etnik lain.
Seseorang dari ras manapun punya peluang yang sama untuk menjadi baik. Dan sebaik2nya manusia di mata Allah adalah yang paling bertaqwa.
Inna aqromakum indallahi atqokum.
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment