@TrioMacan2000
Nasionalis adalah julukan terhadap golongan aktivis pergerakan yang mengedepankan kebangsaan dalam filosofi dan ideologi perjuangannya. Bicara golongan nasionalis, tidak terlepas dari golongan aktivis pergerakan umat Islam Indonesia.
Saat pergerakan perjuangan kemerdekaan indonesia, ada 3 kelompok besar utama perjuangan: umat Islam, Komunis/Sosialis, Nasionalis. Kelompok non muslim, sangat sedikit terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Contoh : tidak ada gereja yang jadi pusat pergerakan. Tidak ada vihara yang menjadi pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Mayoritas adalah masjid yang menjadi pusat perjuangan kemerdekaan. Khusus di Bali, perjuangan kemerdekaan utamanya hanya dari kalangan Hindu Bali, Nasionalis Dan Sosialis/Komunis.
Umat Nasrani memiliki posisi gamang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Baru muncul setelah RI merdeka 17 Agustus 1945. Kenapa? Umat Nasrani (Katolik dan Protestan) sulit berhadapan dengan kolonial Belanda karena agama tersebut dibawa dan disebarkan oleh Belanda/Portugis. Ada AA Maramis, uskup Soegija Surjapranata dll, tapi itu setelah RI berdiri. Fakta sejarah membuktikan mayoritas Nasrani lebih pro Belanda. Dan umat Nasrani dan WNI keturunan saat penjajahan dan perjuangan kemerdekaan lebih memilih 'bekerjasama' dengan penjajah Belanda. Kenyataan sejarah menulis apa adanya. Tidak ada organisasi non Islam yang intens dalam perjuangan.
Perjuangan melawan kolonialisme secara terorganisir dan terstruktur hanya dilakukan ormas Islam/nasionalis (Muhammadiyah, NU, PSI, dll). Kaum Nasionalis terdiri dari kelompok Islam moderat yang ingin identitas perjuangannya lebih 'soft' dan kelompok Islam abangan (jawa). Berbeda dengan mayoritas umat Islam yang menganggap Belanda sebagai penjajah, kelompok Nasrani memiliki perspektif yang berbeda terhadap Belanda. Bagaimana dengan kelompok rakyat keturunan Timur Jauh (China dll) ? Mereka mayoritas komprador kolonial Belanda. Langka yang cinta Indonesia. Dapat dikatakan Republik Indonesia berdiri adalah karena kaum mayoritas Islam dan Nasionalis (yang mayoritas Islam juga). Oleh sebab itu, diawal perjuangan keindonesiaan sering diterjemahkan dengan keIslaman plus Nasionalisme Indonesia.
Umat Islam berjuang melawan penjajahan Belanda didasarkan pada perintah Allah dalam kitab suci Al Quran yang mewajibkan perang terhadap penjajahan. Kaum Sosialis/Komunis berjuang melawan penjajahan Belanda karena semangat dan jiwa ideloginya yang menentang kelas/strata dalam masyarakat. Militansi Islam yang melahirkan negara Indonesia. Peran umat Nasrani baru mulai ada paska proklamasi.
Sila pertama Pancasila, ketuhanan yang Maha Esa, adalah pengejewantahan Tauhid dalam Islam. Penghapusan 7 kata dalam sila pertama = toleransi. Kesediaan kelompok mayoritas Islam Indonesia menghilangkan 7 kata adalah demi NKRI. Implementasi keinginan berbangsa dan bernegara secara utuh.
Fakta sejarah itu jika kita bandingkan dengan realitas negara kita saat mulai merdeka sampai saat ini, sungguh mengenaskan. Kenapa? Siapa sesungguhnya penikmat kemerdekaan Indonesia yang diperjuangan oleh mayoritas Islam? Umat Islam? NO! Kenapa kesejahteraan rakyat RI malah lebih dominan dan menumpuk di tangan WNI keturunan, bukan umat Islam, sosialis, nasionalis? Adilkah? Umat Islam hanya sebentar merasakan "kemerdekaan politik dan ekonomi" ketika Suharto mulai dekat dengan Islam tahun 1990 s/d 1998.
Kini, umat Islam kembali 'tertindas' dengan rekayasa opini sesat yang dibangun kekuatan non Islam dan asing melalui penguasaan jaringan media. Terorisme diciptakan oleh elit terutama militer, yang berambisi jadi penguasa/presiden dengan mengharapkan dukungan AS paska WTC 11-9-2001.
Teroris diciptakan, anak-anak muda yang kurang pengetahuan agama disesatkan, dididik jadi 'pengantin bunuh diri', cuci otak dan doktrinasi. Elit-elit itu menciptakan terorisme berlabel Islam indonesia, membuat opini, adu domba, demi kepentingan pribadi mereka. Rekayasa itu lalu terbongkar, presiden Megawati menerima laporan dari panglima TNI. Teroris itu hanya rekayasa, lalu AS stop bantuan. Namun, peristiwa bom bali I, II, peledakan kedubes Sustralia, BEJ, JW Marriot dst, menewaskan banyak warga Australia. Akibat tekanan politik domestik Australia, dukungan pemerintah Australiapun diberikan kepada Indonesia.
Terorisme jadi proyek politik elit dengan bantuan opini dan oknum aparat yang 'salah memahami' Islam, teroris Indonesia seolah-olah jadi nyata. Anehnya semua terduga ditembak mati. Lagi, umat Islam Indonesia, mayoritas dan sebenarnya bebas, tidak mungkin menjadi teroris, tapi distigmakan sebagai teroris. Itulah sejarah yang sekarang masih kita tuliskan dan mungkin kita sendiri adalah bagian dari pelaku dan sejarah itu.
Umat Islam yang mayoritas, yang menjadi pendiri dan pejuang utama negeri malah kian terpinggirkan. Alangkah bahayanya negeri ini, seperti api dalam sekam, seperti bom waktu yang siap diledakan, jika kita semua tidak arif dan bijaksana. Umat Islam mayoritas, mayoritas miskin, mayoritas tertinggal, mayoritas pengangguran, mayoritas bodoh, mayoritas terhinakan.
Kaum nasionalis bernasib sama, mungkin lebih parah karena didiskriminasi hebat saat Orde Baru, sering distigmakan sebagai komunis. Dua anak kandung republik ini : Islam dan Nasionalis, malah menjadi tahanan dan sandera politik dan ekonomi paska RI merdeka. Umat Islam mayoritas tapi tenggelam dalam kebodohan, minder dan ketidaksadaran akan arti berbangsa dan bernegara, berhak dan berkewajiban.
Kenapa mereka yang dulu jadi kolaborator kolonial seperti warga keturunan yang malah menjadi penikmat terbesar kemerdekaan? Apa yang salah? Kenapa tidak ada tokoh dan pemimpin Islam indonesia yang berani bersuara melawan ketidakadilan? Sejarah mencatat, Umat Islam RI tidak pernah menzalimi saudara-saudaranya yang non muslim atau non pribumi, kecuali jika sudah terlalu dihinakan.
Mari renungkan arti kemerdekaan Indonesia buat mayoritas Muslim yang sedang terpinggirkan. RI ini untuk kita semua, bukan hanya untuk mereka. Negeri ini cukup untuk memenuhi dan membuat makmur dan kaya raya seluruh rakyatnya, tanpa kecuali.
Mayoritas umat Islam Indonesia sudah lama menjadi kaum paria, hanya jadi penonton ketika para konglomerat merampok negara yang mereka lahirkan. Islam itu Rahmatan Lil Alamin. KeIslaman dan Nasionalisme itu mengedepankan kebersamaan. Sesungguhnya manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling mengenal dan mencintai satu sama lainnya. Lalu kapan umat Islam dicintai di RI ini?
http://chirpstory.com/li/185171