Jadilah Penolong Dinullah

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang (QS al-Shaff [61]: 14).

Inginkah kita menjadi orang yang mulia di hadapan Allah dan berhak mendapat pertolongan-Nya? Berjuanglah sekuat tenaga untuk menjadi ansharul-Lah, para penolong agama Allah SWT. Untuk itu, kita perlu mendalami ayat di atas yang memerintahkan kita untuk menjadi para ‘penolong-Nya’ dan balasan kebaikan yang akan diberikan.

Penolong Agama Allah

Allah SWT berfirman: hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong [agama] Allah). Khithab atau seruan ayat ini ditujukan kepada orang-orang Mukmin. Seruan ini melengkapi seruan sebelumnya yang menawarkan iman dan jihad sebagai al-tijarah (perniagaan) dengan keuntungan berupa terselamatkan dari azab yang pedih dan berbagai ganjaran lainnya yang menggiurkan. Dalam ayat ini, mereka diserukan untuk menjadi ansharul-Lah.

Mengomentari ayat ini, Ibnu Katsir berkata, “Firman ini merupakan perintah terhadap hamba-Nya yang Mukmin untuk menjadi ansharul-Lah dalam semua keadaan, baik dengan ucapan, perbuatan, jiwa, dan harta mereka. Juga untuk memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya sebagaimana kesediaan al-Hawariyyin yang memenuhi panggilan Isa.”

Secara bahasa, al-hawariyy berarti al-nashih (pemberi nasihat), al-nashir (pembantu, penolong), dan al-hamim (sahabat karib). Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki al-hawariyy, dan hawariyy-ku adalah al-Zubair”. Sufyan berkata: “al-Hawariyy artinya al-nashir (penolong)” (HR al-Bukhari dari Jabir bin Abdul-lah, Ahmda dan al-Tirmidzi dari Ali).

Dalam Alquran, sebutan al-hawariyyin dilekatkan kepada para sahabat Nabi Isa AS (lihat QS Ali Imran [3]: 52, al-Maidah [5]: 111, 112. Menurut para mufassir, mereka adalah orang-orang yang pertama kali beriman kepada Nabi Isa. Jumlah mereka ada 12 orang. Ketika itu, Nabi Isa bertanya kepada mereka: Man anshari ilal-Lah (“siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku [untuk menegakkan agama] Allah?”). Pertanyaan bermakna: “Siapakah yang menjadi pembantuku dalam dakwah kepada Allah Azza wa Jalla?” Demikian penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Mendapat pertanyaan tersebut, mereka pun menjawab: Qala al-hawa-riyyina nahnu ansharul-Lah (pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”). Jawaban mereka sangat tegas. Mereka menyatakan kesediaannya menjadi penolong-penolong agama Allah. Menurut Ibnu Katsir, jawaban mereka itu berarti, “Kami menjadi penolong dan pembantumu atas perkara yang kamu diutusnya.” Dan oleh karena itu, Nabi Isa kemudian mengutus mereka sebagai pendakwah kepada manusia di negeri-negeri Syam, Bani Israel, dan Yunani.

Menjadi Pemenang

Demikianlah sikap Nabi Isa as beserta para sahabatnya. Mereka konsisten menolong agama-Nya. Sementara Bani Israel yang menjadi objek dakwahnya terbelah menjadi dua. Pertama: fa amanat thaifah min Bani Israil (lalu segolongan dari Bani Israel beriman). Di antara mereka ada yang mau beriman. Dalam hal Isa as, mereka meya-kininya sebagai hamba dan rasul-Nya. Meyakini risalah yang dibawanya dan keberadaannya sebagai nasakh atas risalah sebelumnya yang dibawa Nabi Musa as. Juga meyakini bahwa beliau tidak mati ditiang salib. Akan tetapi, diselamatkan dan diangkat ke langit.

Dan kedua: wa kafarat thaifah (dan segolongan [yang lain] kafir). Sebagian lainnya, ingkar terhadap kenabian Isa as dan menolak risalahnya. Bahkan melemparkan tuduhan tak berdasar kepadanya, seperti yang dilakukan kaum Yahudi. Atau memiliki keyakinan bathil yang menyebabkan mereka terjerumus kepada kesesatan, seperti kaum yang mengaku sebagai pengikutnya, yakni kaum Nasrani. Mereka mengklaim bahwa Nabi Isa adalah anak Tuhan, salah satu dari tiga oknum Tuhan, dan sebagainya. Semuanya termasuk dalam satu thaifah ini, yakni thaifah kafirah (kelompok kufur).

Apabila Nabi Isa memiliki al-hawariyyun yang bersedia menjadi para penolongnya, Rasulullah SAW juga memiliki para sahabat yang menjadi anshar. Ketika Rasulullah terjepit mengembangkan dakwahnya di Makkah, beliau bersabda, “Adakah orang yang akan menolongku sehingga aku dapat menyampaikan risalah Tuhanku karena orang Quraisy telah menghalangi jalanku untuk menyampaikan risalah Tuhanku”. Kemudian Allah SWT mendatangkan suku ‘Aus dan Khazraj penduduk Madinah. Mereka bersedia membaiat dan membantu Nabi SAW, serta berjanji untuk menjaganya ketika berhijrah kepada mereka. Setelah beliau bersama para sahabatnya berhijrah, mereka pun menepati janjinya. Dan oleh karena itu, Allah dan rasul-Nya menyebut mereka al-Anshar. Dan sebutan itu pun ditetapkan sebagai nama bagi mereka. Demikian tutur Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Mereka memang layak mendapatkan gelar sebagai kaum Anshar karena telah menolong agama-Nya dengan menyerahkan kekuasaan dan negaranya kepada Rasulullah untuk menjalankan Islam secara kaffah.

syiar-islam.web.id

No comments:

Post a Comment