Niat ibadahnya akan selalu terhalangi oleh hubbud dunya (cinta dunia).
Amal badahnya akan habis oleh sum’ah (senang publisitas) dan hubbudz dzikr (senang disebut-sebut).
Tauhidnya akan digerogoti oleh riya’.
Amal shalihnya akan dipindahkan kepada orang lain karena banyaknya ghibah (menggunjing), su’udzon (buruk sangka) dan merendahkan dan meremehkan orang lain.
Dirinya akan dijauhi orang, dakwahnya akan terhalang dan bahkan tertolak karena su’ul adab wal akhlak (buruk akhlak dan adabnya).
Jiwanya akan kering karena kurangnya Dzikrullah.
Pertolongan Allah akan jauh karena banyaknya maksiat.
Tajam lisannya akan menyakiti saudaranya, namimah (adu domba) yang dilakukannya akan memecah belah ukhuwwah.
Hasad (iri dan dengki) dalam dirinya akan membakar semua amal, bukan saja amalnya tetapi juga amal saudara-saudaranya.
Dzul wajhain (bermuka dua) akan dimanfaatkan oleh musuh untuk mengorek aib dan rahasia saudaranya.
Syahwat akan harta, wanita dan kedudukan akan membuatnya gelap mata dan menabrak apa saja yang di depannya.
Setan akan membantunya dan senantiasa mendorongnya agar selalu muamalahnya terkoyak-koyak.
Bisa jadi kita merasakan salah satu di antara ini semua?
Banyak di antara kita yang menyepelekan Tazkiyatun Nafs (pensucian jiwa) seakan hanya penganut tasawwuf dan tarekat saja yang memerlukannya. Padahal Allah Bersumpah dengan 7 (tujuh) makhluk-Nya yang luar biasa sebelum bersumpah dengan jiwa dan imbalan yang akan diperoleh oleh mereka yang mensucikan jiwanya
"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta pembinaannya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Asy Syams 1-10)
Allah Bersumpah dengan :
Matahari,
Cahaya matahari,
Bulan,
Siang,
Malam,
Langit dan proses penjagaannya,
Bumi dan penghamparannya,
Barulah Dia bersumpah dengan jiwa dan penyempurnaannya.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
"Ada empat hal jika keempatnya ada dalam dirimu maka apapun yang hilang darimu di dunia ini tak akan mencelakakanmu ; kejujuran dalam ucapan, menjaga amanah, akhlak yang mulia dan menjaga iffah (harga diri, kehalalan, kesucian) dalam mencari rizki." (HR. Ahmad dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani)
"Allah Melimpahkan Rahmat dan kasih sayang-Nya kepada orang yang jika ia berbicara membuat dirinya dan orang lain merasa beruntung, dan jika ia diam maka orang lain merasa selamat (dari mulutnya)." (HR. Baihaqi dg sanad Hasan)
Shahabat Abdullah bin Rawahah Rodhiyallohu ‘anhu berkata :
"Kita berjihad melawan musuh-musuh Allah bukan dengan mengandalkan kekuatan kita, bukan pula besarnya jumlah pasukan kita, kita berperang hanya berbekal Dienul Islam yang kita pegang sekuat tenaga dan penuh keteguhan jiwa, dengan Islam itulah Allah telah memuliakan dan memenangkan kita semua." (Shiroh Ibnu Hisyam)
Amirul Mukminin, Umar Bin Khattab Rodhiyallohu ‘anhu menasehati pasukan muslim :
"Jika kita tidak memperoleh kemenangan disebabkan ketaatan kita kepada Allah, pastilah musuh-musuh kita akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka."
Shahabat Abdullah Bin Abbas Rodhiyallohu ‘anhuma berkata :
"Wahai orang yang berbuat dosa, janganlah engkau merasa aman dari dosa-dosamu. Ketahuilah bahwa akibat dari dosa yang engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dari dosa dan maksiat itu sendiri. Ketahuilah bahwa hilangnya rasa malu kepada malaikat yang menjaga di kiri kananmu saat engkau melakukan dosa dan maksiat, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu sendiri.
Sesungguhnya ketika engkau tertawa saat melakukan maksiat sedangkan engkau tidak tahu apa yang akan Allah lakukan atas kamu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu. Kegembiraanmu saat engkau melakukan maksiat yang menurutmu menguntungkanmu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu. Dan kesedihanmu saat engkau tidak bisa melakukan dosa dan maksiat yang biasanya engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu sendiri.
Ketahuilah bahwa perasaan takut aib dan maksiatmu akan diketahui orang lain, sedangkan engkau tidak pernah merasa takut dengan Pandangan dan Pengawasan Allah, adalah jauh lebih besar dosanya dari aib dan maksiat itu.
Tahukah engkau apa dosa Nabi Ayyub sehingga Allah mengujinya dengan sakit kulit yang sangat menjijikkan selama bertahun-tahun, ditinggalkan keluarganya dan habis harta bendanya? Ujian Allah itu hanya disebabkan karena seorang miskin yang didzalimi datang meminta bantuan kepadanya, tetapi Nabi Ayyub tidak mau membantunya”. (Suwar Min Hayatis Shohabar)
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya) :
Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih mengetahui."
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam lalu berkata,
"Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah (orang) yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala-pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka." (HR. Muslim)
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya) :
"Barangsiapa yang memiliki kesalahan dengan saudaranya maka hendaklah diselesaikan sekarang, karena sesungguhnya di sana (di akhirat) tiada lagi harta untuk membayar, (yang ada hanyalah) diambil kebaikan yang ada padanya, kalau dia tidak mempunyai kebaikan, diambil keburukan orang itu lalu diletakkan ke atasnya." (Hadits Riwayat Bukhari)
"Ya Allah, Anugerahkanlah bagi jiwaku ketakwaan kepada-Mu, dan sucikanlah ia, Engkau lah Sebaik-baik Yang Mensucikannya, (dan) Engkau lah Yang Menjaga serta Melindunginya." (Shahih Muslim no. 2722)