Sistem penanggalan Lunar (Komariyah)



Sistem penanggalan Lunar (Qomariyah) yang mengacu pada perputaran bulan terhadap bumi, ditetapkan Allah sebagai dasar penentuan tanggal bahkan sejak alam semesta ini diciptakan. Sistem ini yang digunakan dalam kalender Islam karena terkait kegiatan ibadah rutin tahunan seperti puasa di bulan Ramadhan atau haji di bulan Dzulhijah. Sementara penanggalan Masehi mengacu pada perputaran bumi terhadap matahari, digunakan belakangan oleh bangsa Romawi.

Sistem penanggalan yang "diakui" Allah adalah sistem Qomariyah sebagaimana dalil:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah:36)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya zaman ini telah berjalan (berputar) sebagaimana perjalanan awalnya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, yang mana satu tahun itu ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram, tiga bulan yang (letaknya) berurutan, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab Mudhar yang berada diantara Jumada (Akhir) dan Sya'ban." (HR. Al Bukhari: 4385 dan Muslim: 1679)

Kenapa disebut bulan Haram:
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar." 

Wallahu a'lam.

Pembagian Hati

Firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan qalbun salim.” (Asy-Syu’araa’: 88-89)

1. HATI SEHAT

Salim artinya sehat. As-Salimul Qalbi adalah hati yang memiliki kesehatan sebagai sifat baku. Salim adalah antonim (lawan kata) dari maridh, saqim dan ‘alil yang berarti sakit.

Manusia menggunakan ungkapan yang berbeda-beda dalam menggambarkan hakikat hati yang sehat ini. Titik temunya adalah bahwa HATI YANG SEHAT adalah YANG TERBEBAS DARI SYAHWAT YANG KONTRADIKTIF DENGAN PERINTAH DAN LARANGAN ALLAH atau yang terbebas dari SYUBHAT.

Ia terbebas dari peribadatan kepada selain Allah dan dari pengambilan keputusan hukum kepada selain Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ia mencintai Allah dengan tulus dan mengikuti ketentuan Rasul-Nya dalam takut, harap, tawakal, dan ketundukan kepada Allah, MENGUTAMAKAN RIDHA-NYA DALAM SETIAP KEADAAN, dan MENJAUHI KEMURKAAN-NYA DENGAN SEGALA CARA. Inilah hakikat ‘ubudiyah yang hanya boleh diberikan kepada Allah.

Hati yang sehat tidak menyekutukan Allah dengan apapun dalam bentuk apapun.

‘Ubudiyahnya murni ditujukan kepada Allah Ta’ala, baik yang berupa kehendak, cinta, tawakal, ikhbat (ketundukan), khauf (takut), dan roja’ (harap).

Ia mengikhlaskan amal untuk Allah. Bila mencintai, ia mencintai karena Allah; bila membenci, ia membenci karena Allah; dan bila memberi, ia memberi karena Allah; dan bila tidak memberi, ia tidak memberi karena Allah.

Baik secara garis besar maupun rinci, YANG MENJADI PANUTAN adalah ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tidak mendahului beliau dalam berkeyakinan, berbicara, maupun beramal. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujuraat: 1)

Maksudnya:
“Jangan berkata (berpendapat) sebelum beliau berkata dan jangan berbuat sebelum beliau memerintahkan (jangan melakukan amal ibadah kecuali yang diperintahkan).”

Seorang salaf berkata:
“Setiap perbuatan, sekecil apapun, pasti akan ditanya dengan dua pertanyaan, yaitu: MENGAPA dan BAGAIMANA. Yakni, mengapa kamu berbuat dan bagaimana kamu berbuat?”

Pertanyaan pertama berkenaan dengan sebab, motivasi dan latar belakang perbuatan; apakah bertitik-tolak dari kepentingan dan ambisi si pelaku di dunia seperti kesenangan dipuji orang, ketakutan terhadap celaan mereka, keinginan untuk memperoleh sesuatu yang disukai, upaya menghindari sesuatu yang dibenci di dunia; atau perbuatan itu timbul dengan motivasi untuk menunaikan kewajiban beribadah, meraih cinta Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan mencari jalan menuju ridha-Nya?

Sasaran pertanyaan ini adalah: Anda melakukan perbuatan ini untuk Rabb anda ataukah untuk kepentingan dan hawa nafsu anda sendiri?

Adapun pertanyaan kedua adalah berkenaan dengan mutaba’ah (peneladanan) kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam ibadah tersebut. Artinya, perbuatan tersebut telah disyari’atkan-Nya kepadamu melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam ataukah tidak diperintahkan-Nya sehingga tidak diridhai-Nya?

Yang pertama adalah pertanyaan mengenai ikhlas sedangkan yang kedua adalah pertanyaan mengenai mutaba’ah (teladan dan tuntunan yang diikuti). Sebab, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima amal kecuali dengan keduanya (ikhlas dan sesuai tuntutan).

Antisipasi terhadap pertanyaan pertama adalah dengan memurnikan keikhlasan, sedangkan terhadap pertanyaan kedua adalah dengan merealisasikan mutaba’ah dengan sebenar-benarnya. Hati harus bersih dari keinginan yang kontradiktif dengan keikhlasan dan dari nafsu yang kontradiktif dengan mutaba’ah. Inilah hakikat kesehatan bagi hati yang dijamin selamat dan bahagia.”


2. HATI MATI

Ini kebalikan dari yang pertama. Ini adalah hati yang mati, tanpa kehidupan sama sekali. Ia tidak mengenal Rabb serta tidak beribadah kepada-Nya dengan melaksanakan apa yang diperintahkan, dicintai, dan dridhai-Nya.

Sebaliknya, ia SENANTIASA MENGIKUTI HAWA NAFSU sekalipun dimurkai dan dibenci Rabb-nya.

Ia TIDAK PEDULI apakah dengan mengikuti hawa nafsu, Rabb-nya ridha atau murka kepadanya. Ia menghambakan dirinya kepada selain Allah dalam kecintaan, ketakutan, pengharapan, keridhaan, kemurkaan, pengagungan, dan ketundukan.

Bila mencintai, ia mencintai karena nafsu; bila membenci, ia membenci karena nafsu; bila memberi, ia memberi karena nafsu; dan bila menolak, ia menolak karena nafsu juga. Jadi, hawa nafsu lebih diutamakan dan dicintainya daripada ridha Rabb-nya.

Hawa nafsu adalah imamnya, syahwat adalah komandannya, kebodohan adalah pengendalinya, dan kelalaian adalah kendaraannya. Ia senantiasa sibuk berpikir untuk memperoleh ambisi-ambisi duniawi serta DIMABUK OLEH HAWA NAFSU dan CINTA DUNIA.

DARI JAUH, IA DIPANGGIL UNTUK KEMBALI KEPADA ALLAH dan MENGUTAMAKAN KEBAHAGIAAN AKHIRAT, akan tetapi IA ENGGAN MENYAMBUT PANGGILAN SANG PEMBERI NASIHAT, bahkan mengikuti bujukan setan yang durhaka. Murka dan ridhanya tergantung oleh dunia. Hawa nafsu telah menulikan dan membutakannya.

“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga “ (HR. Bukhari)

Bergaul dengan orang yang berhati seperti ini adalah PENYAKIT dan RACUN. Bersahabat dengannya adalah KEBINASAAN.


3. HATI SAKIT


Hati jenis ini adalah hati yang mempunyai kehidupan, tetapi berpenyakit. Kadang-kadanag kehidupan tampak padanya, tetapi kadang-kadang yang tampak penyakitnya, tergantung yang mana di antara keduanya yang sedang dominan.

Dalam hati yang ini, terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah, yang semua ini merupakan bahan baku kehidupannya. Tetapi di dalamnya juga terdapat kecintaan kepada hawa nafsu, pengutamaan terhadapnya dan ambisi untuk memperolehnya, kedengkian, kesombongan, dan kebanggaan terhadap diri sendiri.

Ia dipengaruhi oleh dua penyeru; yang satu mengajaknya kepada Allah, Rasul-Nya dan negeri akhirat, sedangkan yang lain mengajaknya kepada dunia. Ia mengikuti salah satu dari kedua penyeru itu, (mana) yang pintu dan jaraknya lebih dekat kepadanya.

Hati jenis pertama (Hati Sehat) adalah hati yang khusyu’, lembut dan sehat.

Hati jenis kedua (Hati Mati) adalah hati yang kering dan mati.

Sedangkan hati yang yang sakit, yang bisa jadi lebih dekat kepada kesehatan atau sebaliknya lebih dekat kepada kematian (hati). Allah Ta’ala telah menyebutkan ketiga jenis hati ini dalm firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلا نَبِيٍّ إِلا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Al-Hajj: 52-54)

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala membagi hati menjadi tiga: dua di antaranya terkena fitnah dan hanya satu yang selamat. Dua jenis hati yang terkena fitnah adalah hati yang berpenyakit dan hati yang keras (mati). Sedangkan yang selamat adalah hati orang mukmin yang tunduk dan patuh kepada Rabb-nya. Diharapkan, hati dan anggota badan lain dalam keadaan sehat tanpa penyakit apapun, sehingga bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Hati yang terkena fitnah, senantiasa dalam keraguan disebabkan oleh bisikan setan, tetapi hati yang sehat tidak akan terkena mudharat darinya.

Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Fitnah-fitnah dibentangkan dan dilekatkan di hati, sebagaimana dibentangkannya serat-serat tikar satu persatu. Hati mana pun yang dirasukinya, niscaya padanya membekas sebuah noda hitam, sedang hati mana pun yang menolaknya, niscaya padanya membekas sebuah titik putih, sehingga seluruh hati akan terbagi menjadi dua: ada hati yang hitam berbintik putih dan seperti kendi yang terbalik, ia tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak menolak yang munkar, yang diketahuinya hanyalah hawa nafsu yang dirasukkan kepadanya. Ada pula hati yang putih, ia tidak terkena mudharat fitnah selama ada langit dan bumi.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Beliau menyerupakan pembentangan dan pelekatan fitnah di hati seperti serat-serat tikar yang dibentangkan dan dilekatkan satu persatu.

Beliau juga membagi hati pada saat pembentangan fitnah tersebut, menjadi dua yaitu: Ada hati yang ketika fitnah dibentangkan, terasuki olenya sebagaimana bunga karang yang diresapi air. Pada hati tersebut akan timbul sebuah titik hitam. Setiap fitnah yang dibentangkan akan terus meresap padanya, sehingga warnanya menjadi hitam dan posisinya terbalik. Inilah sabda beliau “seperti kendi yang terbalik”. Apabila hati menjadi hitam dan terbalik, maka ia terancam oleh dua penyakit yang berbahaya yang akan mencampakkannya ke dalam kebinasaan, yaitu:

1. Ia akan kabur dalam melihat yang ma’ruf dan yang munkar. Ia tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak menolak yang munkar. Bisa jadi penyakit ini semakin parah sehingga ia meyakini yang ma’ruf sebagai kemunkaran dan yang munkar sebagai yang ma’ruf; yang sunnah sebagi bid’ah dan yang bid’ah sebagai sunnah; serta kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran.

2. Ia lebih mengutamakan hawa nafsu daripada ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tunduk dan mengikuti hawa nafsunya.

Ada pula hati yang putih. Cahaya dan pelita-pelita iman memancar dan menyala di dalamnya. Apabila fitnah dibentangkan kepadanya, ia menolak, sehingga cahaya, pancaran dan kekuatannya semakin bertambah.

Fitnah-fitnah yang dibentangkan pada hati merupakan penyebab sakitnya. Itulah fitnah syahwat dan syubhat, atau fitnah al-ghayy (penyimpangan) dan adh-dhalal (kesesatan), atau fitnah maksiat dan bid’ah, atau fitnah kezhaliman dan kebodohan.

Fitnah pertama (fitnah syahwat) mengakibatkan rusaknya maksud dan kehendak. Sedangkan fitnah kedua (fitnah syubhat) mengakibatkan rusaknya lmu dan keyakinan.

Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Hati itu ada empat: ada hati yang bersih, di dalamnya terdapat pelita yang menyala, itulah hati orang mukmin. Ada hati yang tertutup, itulah hati orang kafir. Ada hati yang terbalik, itulah hati orang munafik, yang telah mengetahui tetapi kemudian menolak dan telah melihat tetapi kemudian buta. Ada pula hati yang terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keimanan dan kemunafikan. Keadaannya tergantung kepada salah satu dari kedua unsur tersebut yang paling dominan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Abdullah bin Imam Ahmad. Syaikh Al-Albani berkata: “Hadits ini mauquf shahih.”)

Perkataan beliau “hati yang bersih”, maksudnya adalah hati yang bersih dari selain Allah dan Rasul-Nya. Jadi, hati tersebut bersih dari selain kebenaran.

Adapun hati yang tertutup, adalah hati orang kafir, karena hati tersebut masuk di dalam tutupnya, sehingga cahaya ilmu dan iman tidak bisa mencapainya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلا مَا يُؤْمِنُونَ

“Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (Al-Baqarah: 88)

Penutup di sini adalah yang dipasang oleh Allah di hati mereka sebagai hukuman atas penolakan mereka terhadap kebenaan dan kesombongan mereka untuk menerimanya.

وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَى أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا

“Dan apabila kamu membaca Al Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.” (Al-Israa’: 45-46)

Apabila hati semacam ini diingatkan untuk memurnikan tauhid dan mutaba’ah, para pemiliknya akan berpaling menjauh.

Beliau juga menyebutkan hati yang terbalik sebagai isyarat bagi hati orang munafik. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا أَتُرِيدُونَ أَنْ تَهْدُوا مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلا

“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barang siapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (An-Nisaa’: 88)

Artinya, Allah telah membalikkan dan mengembalikan mereka kepada kebatilan mereka semula, DISEBABKAN OLEH USAHA dan PERBUATAN MEREKA YANG BATHIL. Ini adalah hati yang paling buruk. IA MEYAKINI KEBATILAN SEBAGAI KEBENARAN dan MENCINTAI PELAKU KEBATILAN, sebaliknya MENGANGGAP KEBENARAN SEBAGAI KEBATILAN dan MEMUSUHI PARA PELAKU KEBENARAN. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

Sedangkan yang dimaksud beliau dengan hati yang memiliki dua unsur, adalah hati yang di dalamnya terdapat keimanan, akan tetapi pelita keimanan tersebut tidak menyala di dalamnya. Kebenaran yang ada di dalamnya, yang dengannya Allah mengutus Rasul-Nya, tidak murni. Di dalamnya terdapat unsur tersebut dan unsur kebalikannya. Kadang-kadang ia lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan, tetapi kadang-kadang lebih dekat kepada keimanan daripada kekafiran. Yang menentukan adalah unsur yang sedang dominan. Ke situlah ia kembali.

Wallahu a'lam.

Dikutip dari kitab Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan (Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaithan), karya Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Damaskus, 1292-1349 Masehi

Inilah Universitas Pertama dalam Sejarah Islam



Di awal sejarah Islam, masjid merangkap sebagai sekolah. Imam Masjid akan mengajar kelompok siswa tentang ilmu-ilmu Islam seperti Quran, fiqh, dan hadits.

Ketika dunia Muslim tumbuh, dirasa perlu ada lembaga formal, yang kemudian dikenal sebagai madrasah, yang didedikasikan khusus untuk pendidikan siswa.

Madrasah resmi pertama adalah al-Karaouine, didirikan pada 859 masehi oleh Fatima al-Fihri di Fes, Maroko. Sekolah ini menarik beberapa ulama terkemuka Afrika Utara, serta siswa-siswa terbaik di negara itu.

Di al-Karaouine, siswa diajarkan oleh guru selama beberapa tahun dalam berbagai mata pelajaran mulai dari pengetahuan umum hingga ilmu-ilmu agama.

Pada akhir program, jika guru menganggap siswa mereka memenuhi syarat, maka siswa akan mendapat sertifikat yang dikenal sebagai ijazah, yang mengakui bahwa siswa memahami materi dan memenuhi syarat untuk mengajar.

Pemberian gelar dari lembaga pendidikan kepada siswa ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam. Universitas Al-Azhar yang didirikan di Kairo pada 970 masehi, dan di 1000 masehi Seljuk kemudian mendirikan puluhan madrasah di seluruh Timur Tengah.

Konsep lembaga yang memberikan sertifikat akhir (ijazah) menyebar ke Eropa melalui Muslim di Spanyol.

Universitas Bologna di Italia dan Oxford di Inggris yang didirikan pada abad ke-11 dan 12 dan meneruskan tradisi Muslim, yakni pemberian gelar kepada siswa yang pantas, dan menggunakannya sebagai kualifikasi seseorang dalam mata pelajaran tertentu.

Sumber: Lost Islamic History

Orang Mukminpun Bisa Terkena Adzab

Dari Ummul Mukminin Ummu “Abdillah ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah pernah bersabda : “Nanti akan ada sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka’bah. Kemudian ketika mereka sampai di suatu tanah lapang, mereka semua mulai dari orang yang berada paling depan sampai paling belakang akan dibinasakan (ditenggelamkan ke perut bumi).
Aku bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana bisa mereka dibinasakan semuanya, dari orang yang berada di barisan terdepan sampai yang paling belakang, padahal di tengah-tengah mereka terdapat pasar-pasar mereka, dan orang-orang yang bukan dari golongan mereka?”

Beliau menjawab “Mereka dibinasakan semua, yang berada di baris terdepan sampai yang paling belakang, kemudian nanti mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat masing-masing dari mereka.”

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (IV/338-Fath) dan Imam Muslim (2884).

Kandungan Hadits :
Pelajaran untuk menjauhi orang-orang yang berbuat kezhaliman, sekaligus peringatan agar tidak bergaul dengan mereka atau bergabung dengan orang-orang jahat dan semisalnya, agar tidak mendapatkan siksaan yang ditimpakan kepada mereka.

Barangsiapa bergabung dengan suatu kaum dengan sukarela dalam kemaksiatan, maka dosa dan siksaan akan ditimpakan pula kepadanya, dan perbuatan itu dihitung berdasarkan niat pelaku.

Pemberitahuan yang disampaikan Rasulullah tentang berbagai hal ghaib yang diperlihatkan Allah kepada beliau. Dan itu termasuk masalah keimanan yang harus diyakini, dan itu tidak dapat dirancukan hanya karena disebutkan melalui khabar al-walid ash-shahiih. Karena ia merupakan hujjah bagi kita dalam masalah ‘aqidah dan hukum-hukum syari’ah, dan tidak ada perbedaan antara keduanya.

Ummul Mukminin ‘Aisyah menanyakan bagaimana suatu azab ditimpakan terhadap orang yang tidak mempunyai keinginan melakukan kerusakan. Ada yang berpendapat bahwa siksaan itu ditimpakan secara umum karena sudah saatnya ajal mereka, kemudian mereka dibangkitkan kembali berdasarkan niat mereka masing-masing. Tetapi ada juga pendapat lain.

Yang tampak jelas adalah bahwa siksaan itu ditimpakan kepada mereka secara umum, sekalipun di antara mereka terdapat orang-orang yang benci, orang-orang yang akan berbelanja, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Sebab, mereka tidak merasa takut terhadap fitnah yang tidak ditimpakan hanya kepada orang-orang zhalim secara khusus, tetapi mereka juga terseret oleh kezhaliman orang-orang tersebut, meskipun mereka sama sekali tidak menginginkannya. Oleh karena itu, mereka dipadukan dengan orang-orang zhalim.

Hal itu telah ditunjukkan oleh beberapa ayat A-Qur’an dan juga al-Hadits, bahwa siksaan itu jika ditimpakan, maka akan mencakup orang-orang shalih yang mereka tidak marah karena Allah (ketika melihat satu kemungkaran), tetapi orang yang selamat adalah mereka yang membuat perbaikan.

Ada banyak hal yang patut kita cermati dari berbagai ujian, bencana dan malapetaka yang menimpa umat di seluruh dunia saat ini. Dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengingatkan kepada kita bahwa adzab dan siksa Allah tidak khusus hanya menimpa orang-orang zhalim di antara kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya"

Ayat diatas menjelaskan siksaan yang datang dari Allah terhadap orang dzalim tidak dikhususkan kepada mereka saja, akan tetapi ketika azab sudah ditimpakan kepada orang-orang dzalim maka orang-orang mukminpun akan terkena imbasnya.

Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan hadits dari Ummu Salamah, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
“Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab (siksa) kepada mereka."
Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah tidak ada pada waktu itu orang-orang shalih?”
Beliau menjawab: ”Ada”.
Aku bertanya lagi: “Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?”
Jawab beliau: “Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapat ampunan dan keridhoan dari Robbnya.” (HR. Imam Ahmad)

Apabila suatu kaum sudah bermaksiat dan menentang perintah-perintah Allah serta mengkufuri nikmat-nikmatNya, maka sungguh Allah akan menurunkan kehinaan dan kebinasaan kepada mereka baik kehinaan di dunia maupun kehinaan di akhirat. Lalu bagaimanakah dengan mereka yang hidup di negeri yang banyak dijumpai di dalamnya kemaksiatan, kemungkaran dan penyelewengan-penyelewengan moral maupun penyelewengan material.

Firman Allah SWT (QS An Nahl : 12):
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat."

Firman Allah SWT (QS:Al 'Ankabuut: 40)
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."

Bintang Kembar Sirius (Syi’ra)

Ketika pengertian-pengertian tertentu yang disebutkan dalam Al Qur’an dikaji berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah abad ke-21, kita akan mendapati diri kita tercerahkan dengan lebih banyak keajaiban Al Qur’an.

Salah satunya adalah bintang Sirius (Syi’ra), yang disebut dalam surat An Najm ayat ke-49:

...dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi’ra (QS. An Najm, 53: 49)



Kenyataan bahwa kata Arab “syi’raa,” yang merupakan padan kata bintang Sirius, muncul hanya di Surat An Najm (yang hanya berarti “bintang”) ayat ke-49 secara khusus sangatlah menarik. Sebab, dengan mempertimbangkan ketidakteraturan dalam pergerakan bintang Sirius, yakni bintang paling terang di langit malam hari, sebagai titik awal, para ilmuwan menemukan bahwa ini adalah sebuah bintang ganda. Sirius sesungguhnya adalah sepasang dua bintang, yang dikenal sebagai Sirius A dan Sirius B. Yang lebih besar adalah Sirius A, yang juga lebih dekat ke Bumi dan bintang paling terang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Tapi Sirus B tidak dapat dilihat tanpa teropong.

Bintang ganda Sirius beredar dengan lintasan berbentuk bulat telur mengelilingi satu sama lain. Masa edar Sirius A dan B mengelilingi titik pusat gravitasi mereka yang sama adalah 49,9 tahun. Angka ilmiah ini kini diterima secara bulat oleh jurusan astronomi di universitas Harvard, Ottawa dan Leicester. Keterangan ini dilaporkan dalam berbagai sumber sebagai berikut:

Sirius, bintang yang paling terang, sebenarnya adalah bintang kembar. Peredarannya berlangsung selama 49,9 tahun.

Sebagaimana diketahui, bintang Sirius-A dan Sirius-B beredar mengelilingi satu sama lain melintasi sebuah busur ganda setiap 49,9 tahun.

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah garis edar ganda berbentuk busur dari dua bintang tersebut yang mengitari satu sama lain.

Namun, kenyataan ilmiah ini, yang ketelitiannya hanya dapat diketahui di akhir abad ke-20, secara menakjubkan telah diisyaratkan dalam Al Qur’an 1.400 tahun lalu. Ketika ayat ke-49 dan ke-9 dari surat An Najm dibaca secara bersama, keajaiban ini menjadi nyata:

dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi’ra (QS. An Najm, 53: 49)

maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An Najm, 53: 9)

Penjelasan dalam Surat An Najm ayat ke-9 tersebut mungkin pula menggambarkan bagaimana kedua bintang ini saling mendekat dalam peredaran mereka. (Wallaahu a’lam). Fakta ilmiah ini, yang tak seorang pun dapat memahami di masa pewahyuan Al Qur’an, sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah Yang Mahakuasa.

Sumber: Harun Yahya

Sejarah Masuknya Islam di Benua Amerika



Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai 'The New World' ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di Era keemasan, Amerika bukanlah sebuah 'Dunia Baru'. Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah dari Spanyol menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika.

Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus. "Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya," tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A Chronological Observation.

Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba. Sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya They Came Before Columbus membuktikan adanya kontak antara Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African Presence in Early America, Van Sertima menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika.

Van Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam. "Columbus juga tahun bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan Utara," papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi penduduk asli. Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada.

Itulah bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba. Fakta lainnya tentang kehadiran Islam di Amerika jauh sebelum Columbus datang juga diungkapkan Dr Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas Harvard. Dalam karyanya berjudul Saga America, Fell menyebutkan bahwa umat Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah membangun sebuah peradaban di benua itu. Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu yang digunakan untuk kepentingan sekolah. Temuan itu bertarikh antara tahun 700 hingga 800 M. Teks serta diagram itu berisi mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi, dan navigasi laut. Bahasa pengajaran yang ditemukan itu menggunakan tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.

Sejarawan seni berkebangsaan Jerman, Alexander Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M hingga 900 M. Wuthenau menemukan ukiran kepala yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Itu berarti, Islam telah bersemi di Amerika sekitar separuh milenium sebelum Columbus lahir. Dia juga menemukan ukiran serupa bertarik 900 M hingga 1500 M. Artifak yang ditemukan itu mirip foto orang tua yang biasa ditemui di Mesir.

Tahun 999 M: Sejarawan Muslim Abu Bakar Ibnu Umar Al-Guttiya mengisahkan pada masa kekuasaan Khalifah Muslm Spanyol bernama Hisham II (976 M -1009 M), seorang navigator Muslim bernama Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada bulan Februari 999 M menuju Atlantik. Dia berlabuh di Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.

Tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina yang bernama Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi (Amerika).

Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali melakukan serangkaian perjalanan ke negara baru.
Tahun 1312 M: Seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.

Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Kebanyakan budak itu berasal dari Fulas, Fula Jallon, Fula Toro, dan Massiona - kawasan Asia Barat. 30 persen dari jumlah budak dari Afrika itu beragama Islam.

Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor, seorang Muslim dari Maroko, mendarat di tanah Florida. Tak kurang dari dua negara bagian yakni Arizona dan New Mexico berutang pada Muslim dari Maroko ini.

Tahun 1732 M: Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri Georgia. Tahun 1790 M: Bangsa Moor dari Spanyol dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.

Pendidikan Islam di Amerika Serikat

Dimulai dengan dibukanya jalur sutra dan berkembangnya keinginan bangsa berkuasa di Eropa untuk mencari daerah baru dan memperluas wilayah jajahan, munculah nama penjelajah terkenal seperti Ibnu Batutah, Marco Polo, Zheng He (Cheng Ho), Columbus yang mengitari dunia luas ini. Dari fakta diatas, Dr Barry Fell seorang ahli bahasa dari Harvard University mengungkapkan ternyata Islam telah berkembang di Amerika sebelum nama benua Amerika untuk pertama kali disebutkan. Dirinya mendapatkan adanya sekolah sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Spring Logomorismo dan Indiana sekitar tahun tahun 700-800 masehi.

Pada tahun 1178 masehi, sebuah dokumen Cina bernama Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Amerika atau dalam bahasa Cina pada dokumen tersebut disebut Mu-Lan-Pi. Kemudian pendapat ini juga disetujui oleh Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang mengemukakan hasil penelusurannya bahwa dirinya telah menemukan bekas peninggalan seorang laksamana muslim bernama Cheng Ho di Amerika pada tahun 1421, 71 tahun lebih awal dari kedatangan Columbus di Benua itu.

Setelah sebuah penemuan benua baru yang kontroversial oleh Columbus pada tanggal 21 Oktober 1492, perdagangan budak mulai marak terjadi di Amerika dan dunia barat lain. Tahun 1530 masehi, para budak dari Afrika Barat pertama datang ke Amerika. Selama masa perbudakan yang berlangsung hingga 300 tahun itu, sekitar 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika, dan sekitar 30% adalah beragama Muslim dan merekalah yang menjadi cikal bakal kaum Muslim yang sekarang berada di Amerika. Kemudian pada tahun 1732 masehi, Ayyub bin Sulaiman Jalloh, seorang budak Muslim di Marylan dibebaskan oleh pendiri Georgia (kota kelahiran Martin Luther King) bernama James Oglethorpe. Perkembangan Islam di Amerika Serikat sekarang mengalami kemajuan pesat. Berbagai kawasan muslim kini tumbuh sedikitnya di sepuluh negara bagian AS, seperti di California, New York, Illinois, New Jersey, Indiana, Michigan, Virginia, Texas, Ohio, dan Maryland. Jumlah Muslim di AS saat ini sudah mengalahkan Episkopalian, Lutheran, Presbyterian, United Church of Christ, dan agama lainnya.