Renungan Bagi Yang Ulang Tahun

Rasulullah mengatakan bahwa umur rata-rata umatnya berkisar antara 60-70 tahun. Itu artinya, bila seseorang sudah berumur di sekitar 30-35 besar kemungkinan separuh umurnya sudah berlalu. Itu pun kalau dia diberi jatah umur sebanyak itu. Bila jatahnya kurang dari sekian tentu umur yang tersisa lebih sedikit dari yang sudah berlalu.

Dengan demikian, tidak sepantasnya lagi seseorang menghitung maju usianya bila angka 30 sudah terlewati. Seharusnya dia mulai menghitung mundur umurnya. Yang ada di dalam ingatannya adalah tinggal berapa lagi jatah yang tersisa?

Bila kita sadar hal ini, perayaan ulang tahun itu hanya indah bagi anak-anak yang belum mencapai usia baligh. Karena sampai saat itu Allah memberikan nikmat hidup kepadanya tanpa ada catatan dosa yang akan memberatkannya di akhirat.

Sedangkan bagi yang sudah lewat usia baligh, atas dasar apa dia berbahagia hingga harus merayakannya. Umur semakin berkurang, dosa semakin menumpuk, sementara bekal untuk kembali tidak seberapa.

Dari pada berbahagia dengan membakar lilin dan bernyanyi di saat bertambahnya usia, lebih baik bermandikan air mata mengenang dosa dan kesalahan, serta mengingat-ingat semakin dekatnya pertemuan dengan Malaikat Maut.

Agaknya lebih indah dan syahdu hari ulang tahun kita renungkan dengan mentadabburi ayat-ayat berikut ini:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS. An Nisa': 78)

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al Anbiya': 35)

"Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati." (QS. Al Mu'minun: 15)

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al 'Ankabut: 57)

Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan". (QS. As Sajdah 11)

Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja". (QS. Al Ahzab: 16)

"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)." (QS. Az Zumar: 30)

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." (QS. Qaf: 19)

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al Jumu'ah: 8)

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Munafiqun: 11)

Seraya berdo'a dengan do'anya Nabi Isa:
"Dan salam kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (Maryam: 33)

Dan do'a Nabi Yusuf:
"(Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS. Yusuf: 101)

Wallahu a'lam.

Al Maidah 51, Mu'jizat Al Quran

Al Quran memiliki nama lain yaitu Al Furqon yang artinya Pembeda. Melalui kasus Al-Ma'idah ayat 51, Allah SWT benar-benar telah menunjukkan kepada umat Islam perbedaan jatidiri setiap orang; siapa yang termasuk Muslim yang benar, dan siapa yang termasuk golongan munafik.

Allah SWT berfirman:
"Kalau Kami menghendaki, niscaya Kami menunjukkan mereka (kaum munafik) kepada kamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dari tanda-tanda mereka dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka." [QS. Muhammad : 30]

Imam Al-Tabari dalam tafsirnya menjelaskan, "Sungguh kamu akan mengetahui mereka dari tanda-tanda Nifaq (sifat kemunafikan) yang tampak dari mereka dalam konteks ucapan dan perbuatan lahiriah mereka."

Terkait kasus ini, setelah larangan menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin dalam QS al-Maidah ayat 51, berikutnya Allah SWT menjelaskan bahwa sikap terhadap larangan itu akhirnya mengungkap jatidiri kaum munafik.

"Lalu kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hati mereka (kaum munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata; 'Kami takut akan mendapat bencana.' Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka." [QS al-Maidah: 52]

Menurut Imam Al-Qurtubi, juga Ibn Katsir, yang dimaksud dengan penyakit dalam hati adalah keraguan, kebimbangan dan kemunafikan. Ayat ini menunjukkan bahwa sejak awal posisi orang munafik memang berada di pihak kaum kafir.

Allah SWT juga menegaskan sifat orang munafik ini:
"Kabarkanlah kepada kaum munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) kaum yang menjadikan kaum kafir sebagai teman-teman penolong dengan meninggalkan kaum Mukmin." [QS An-Nisa': 138-139]

Melalui kasus Al Maidah 51 ini, umat Islam harus mencatat dengan huruf tebal siapa saja orang, tokoh, cendekiawan, kelompok atau organisasi—melalui pendapat, sikap, perbuatan dan keberpihakan mereka—yang lebih rela membenarkan atau bahkan membela sang penista; termasuk siapa saja yang tidak merasa terusik sama sekali dengan penistaan oleh pihak tertentu; juga siapa saja yang melecehkan sikap umat Islam, nyinyir memberikan komentar negatif, rajin memberikan ragam cap negatif terhadap sikap dan gerakan umat Islam. Umat harus mencatat bahwa mereka itu—siapapun mereka—adalah kaum munafik yang telah memusuhi Islam dan kaum Muslimin.

Dengan peristiwa tersebut, mudah-mudahan Allah akan memenangkan umat Islam dan akan membongkar serta mempermalukan orang-orang munafik. Insya allah.