Nasionalis Sejati Dan Umat Islam



@TrioMacan2000

Nasionalis adalah julukan terhadap golongan aktivis pergerakan yang mengedepankan kebangsaan dalam filosofi dan ideologi perjuangannya. Bicara golongan nasionalis, tidak terlepas dari golongan aktivis pergerakan umat Islam Indonesia.

Saat pergerakan perjuangan kemerdekaan indonesia, ada 3 kelompok besar utama perjuangan: umat Islam, Komunis/Sosialis, Nasionalis. Kelompok non muslim, sangat sedikit terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Contoh : tidak ada gereja yang jadi pusat pergerakan. Tidak ada vihara yang menjadi pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Mayoritas adalah masjid yang menjadi pusat perjuangan kemerdekaan. Khusus di Bali, perjuangan kemerdekaan utamanya hanya dari kalangan Hindu Bali, Nasionalis Dan Sosialis/Komunis.

Umat Nasrani memiliki posisi gamang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Baru muncul setelah RI merdeka 17 Agustus 1945. Kenapa? Umat Nasrani (Katolik dan Protestan) sulit berhadapan dengan kolonial Belanda karena agama tersebut dibawa dan disebarkan oleh Belanda/Portugis. Ada AA Maramis, uskup Soegija Surjapranata dll, tapi itu setelah RI berdiri. Fakta sejarah membuktikan mayoritas Nasrani lebih pro Belanda. Dan umat Nasrani dan WNI keturunan saat penjajahan dan perjuangan kemerdekaan lebih memilih 'bekerjasama' dengan penjajah Belanda. Kenyataan sejarah menulis apa adanya. Tidak ada organisasi non Islam yang intens dalam perjuangan.

Perjuangan melawan kolonialisme secara terorganisir dan terstruktur hanya dilakukan ormas Islam/nasionalis (Muhammadiyah, NU, PSI, dll). Kaum Nasionalis terdiri dari kelompok Islam moderat yang ingin identitas perjuangannya lebih 'soft' dan kelompok Islam abangan (jawa). Berbeda dengan mayoritas umat Islam yang menganggap Belanda sebagai penjajah, kelompok Nasrani memiliki perspektif yang berbeda terhadap Belanda. Bagaimana dengan kelompok rakyat keturunan Timur Jauh (China dll) ? Mereka mayoritas komprador kolonial Belanda. Langka yang cinta Indonesia. Dapat dikatakan Republik Indonesia berdiri adalah karena kaum mayoritas Islam dan Nasionalis (yang mayoritas Islam juga). Oleh sebab itu, diawal perjuangan keindonesiaan sering diterjemahkan dengan keIslaman plus Nasionalisme Indonesia.

Umat Islam berjuang melawan penjajahan Belanda didasarkan pada perintah Allah dalam kitab suci Al Quran yang mewajibkan perang terhadap penjajahan. Kaum Sosialis/Komunis berjuang melawan penjajahan Belanda karena semangat dan jiwa ideloginya yang menentang kelas/strata dalam masyarakat. Militansi Islam yang melahirkan negara Indonesia. Peran umat Nasrani baru mulai ada paska proklamasi.

Sila pertama Pancasila, ketuhanan yang Maha Esa, adalah pengejewantahan Tauhid dalam Islam. Penghapusan 7 kata dalam sila pertama = toleransi. Kesediaan kelompok mayoritas Islam Indonesia menghilangkan 7 kata adalah demi NKRI. Implementasi keinginan berbangsa dan bernegara secara utuh.

Fakta sejarah itu jika kita bandingkan dengan realitas negara kita saat mulai merdeka sampai saat ini, sungguh mengenaskan. Kenapa? Siapa sesungguhnya penikmat kemerdekaan Indonesia yang diperjuangan oleh mayoritas Islam? Umat Islam? NO! Kenapa kesejahteraan rakyat RI malah lebih dominan dan menumpuk di tangan WNI keturunan, bukan umat Islam, sosialis, nasionalis? Adilkah? Umat Islam hanya sebentar merasakan "kemerdekaan politik dan ekonomi" ketika Suharto mulai dekat dengan Islam tahun 1990 s/d 1998.

Kini, umat Islam kembali 'tertindas' dengan rekayasa opini sesat yang dibangun kekuatan non Islam dan asing melalui penguasaan jaringan media. Terorisme diciptakan oleh elit terutama militer, yang berambisi jadi penguasa/presiden dengan mengharapkan dukungan AS paska WTC 11-9-2001.

Teroris diciptakan, anak-anak muda yang kurang pengetahuan agama disesatkan, dididik jadi 'pengantin bunuh diri', cuci otak dan doktrinasi. Elit-elit itu menciptakan terorisme berlabel Islam indonesia, membuat opini, adu domba, demi kepentingan pribadi mereka. Rekayasa itu lalu terbongkar, presiden Megawati menerima laporan dari panglima TNI. Teroris itu hanya rekayasa, lalu AS stop bantuan. Namun, peristiwa bom bali I, II, peledakan kedubes Sustralia, BEJ, JW Marriot dst, menewaskan banyak warga Australia. Akibat tekanan politik domestik Australia, dukungan pemerintah Australiapun diberikan kepada Indonesia.

Terorisme jadi proyek politik elit dengan bantuan opini dan oknum aparat yang 'salah memahami' Islam, teroris Indonesia seolah-olah jadi nyata. Anehnya semua terduga ditembak mati. Lagi, umat Islam Indonesia, mayoritas dan sebenarnya bebas, tidak mungkin menjadi teroris, tapi distigmakan sebagai teroris. Itulah sejarah yang sekarang masih kita tuliskan dan mungkin kita sendiri adalah bagian dari pelaku dan sejarah itu.

Umat Islam yang mayoritas, yang menjadi pendiri dan pejuang utama negeri malah kian terpinggirkan. Alangkah bahayanya negeri ini, seperti api dalam sekam, seperti bom waktu yang siap diledakan, jika kita semua tidak arif dan bijaksana. Umat Islam mayoritas, mayoritas miskin, mayoritas tertinggal, mayoritas pengangguran, mayoritas bodoh, mayoritas terhinakan.

Kaum nasionalis bernasib sama, mungkin lebih parah karena didiskriminasi hebat saat Orde Baru, sering distigmakan sebagai komunis. Dua anak kandung republik ini : Islam dan Nasionalis, malah menjadi tahanan dan sandera politik dan ekonomi paska RI merdeka. Umat Islam mayoritas tapi tenggelam dalam kebodohan, minder dan ketidaksadaran akan arti berbangsa dan bernegara, berhak dan berkewajiban.

Kenapa mereka yang dulu jadi kolaborator kolonial seperti warga keturunan yang malah menjadi penikmat terbesar kemerdekaan? Apa yang salah? Kenapa tidak ada tokoh dan pemimpin Islam indonesia yang berani bersuara melawan ketidakadilan? Sejarah mencatat, Umat Islam RI tidak pernah menzalimi saudara-saudaranya yang non muslim atau non pribumi, kecuali jika sudah terlalu dihinakan.

Mari renungkan arti kemerdekaan Indonesia buat mayoritas Muslim yang sedang terpinggirkan. RI ini untuk kita semua, bukan hanya untuk mereka. Negeri ini cukup untuk memenuhi dan membuat makmur dan kaya raya seluruh rakyatnya, tanpa kecuali.

Mayoritas umat Islam Indonesia sudah lama menjadi kaum paria, hanya jadi penonton ketika para konglomerat merampok negara yang mereka lahirkan. Islam itu Rahmatan Lil Alamin. KeIslaman dan Nasionalisme itu mengedepankan kebersamaan. Sesungguhnya manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling mengenal dan mencintai satu sama lainnya. Lalu kapan umat Islam dicintai di RI ini?

http://chirpstory.com/li/185171

Meraih Kebahagiaan Hakiki


Bahagia, sebuah harapan yang siapapun pasti ingin mendapatkannya. Hingga seorang penjahat yang sangat bengis pun pasti ingin hidup bahagia. Banyak orang menempuh jalan-jalan yang mereka anggap jalan menuju kebahagiaan. Apakah benar mereka menuju kebahagiaan atau jangan-jangan menuju kebinasaan? Lalu kebahagiaan macam apakah yang mereka cari? Lantas bagaiamanakah caranya agar kita benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang hakiki?

Jalan Kebahagiaan

Jalan kebahagiaan yaitu jalan yang selalu kita minta kepada Allah Ta’ala setiap kali kita shalat, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah : 6-7)

Lalu jalan siapakah yang Allah telah beri nikmat kepada mereka? Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Yaitu jalan orang-orang yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, Para shiddiiqiin (orang-orang yang teguh kepercayaannya kepada Nabi), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. AnNisaa’ : 69)

Bahagia Semu dan Bahagia Hakiki

Banyak orang tertipu akan kemilau dan gemerlapnya dunia. Ada yang berjuang mati-matian mengumpulkan harta, ada yang mencari gelar dan pangkat setinggi langit, dan ada juga yang menceburkan dirinya ke dalam ketenaran di mata manusia. Dan jika mereka semua ditanya, pasti mereka sedang mencari kebahagiaan dengan hal itu. Namun itu semua adalah bahagia yang semu, bahagia yang berujung sengsara jika telah hilang apa yang mereka cari.

Syaikh Dr. Nashir bin Sulaiman Al ‘Umar hafizhahullah mengatakan, “Betapa banyak orang yang kaya raya kemudian tiba-tiba lenyap hartanya, dan hilang kekayaannya oleh suatu sebab, kemudian sisa hidupnya penuh dengan penderitaan dan kebinasaan” (As Sa’adatu bainal wahmi wal haqiqati)

Kebahagiaan Hakiki

Kita sudah tahu, ternyata apa yang diusahakan oleh kebanyakan manusia untuk memperoleh kebahagiaan tidak mengantarkan mereka kepada kebahagiaan yang hakiki. Memangnya dengan harta, dengan jabatan, atau dengan makanan yang lezat kita bisa bahagia? Namun apakah itu semua adalah sebenar-benar kebahagiaan?

Melihat semua itu, ketahuilah bahwa bahagia ada dua macam, yaitu :

1. Kebahagiaan Inderawi, seperti berlimpahnya makanan yang lezat, minuman yang segar, pakaian, kendaraan, dan apa saja yang menjadi kebutuhan utama hidup kita dan tidak lebih dari itu. Maka kebahagiaan semacam ini bisa dirasakan baik oleh orang-orang yang beriman maupun orang kafir

2. Kebahagiaan Rohani, yaitu dengan bahagianya hati, lapangnya dada, pemandangan yang menyejukkan mata, dan ketenangan hidup. Dan inilah kebahagiaan yang seandainya bisa dibeli dengan uang niscaya orang-orang kaya pun akan berlomba untuk membelinya, samapai-sampai orang yang miskin sekalipun akan rela berhutang untuk mendapatkannya. Namun bukanlah demikian adanya, akan tetapi kebahagiaan ini hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang Dia kehendaki.(lihat Risalah ‘Ilmiyyah Syaikh Abdul Aziz As Sadhan)

Sebab-sebab Memperoleh Kebahagiaan Hakiki

Allah Ta’ala memberikan resep hidup bahagia yang sebenar-benarnya (hakiki) di dalam firman-Nya (yang artinya), “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 97)

Semua itu bisa kita dapatkan jika kita mau beramal shaleh disertai dengan penuh keimanan dan keihklasan mengharap ridha Allah dan sesuai tuntunan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Amal-amal Shaleh yang Bisa Menjadi Sebab Mendapatkan Kebahagiaan

1. Kuatnya tauhid

Maka seorang mu’min yang kuat di dalam mentauhidkan Allah Ta’ala tidak akan pernah menyandarkan nikmat dan bencana kecuali kepada-Nya. Maka sungguh indah apa yang dikatakan oleh Al Qadhi Syuraih, “Tidaklah aku ditimpa suatu musibah kecuali aku tetap memuji Allah Ta’ala karena empat perkara : Pertama, karena Allah memberikan kesabaran kepadaku untuk menghadapinya; Kedua, karena Allah memberikan aku kesempatan untuk ber-istirja’(yaitu mengatakan : ”Inna lillāhi wa innā ilaihi rāji’uun”); Ketiga, Allah tidak memberikan kepadaku musibah yang lebih besar darinya; Keempat, Allah tidak menjadikan musibah itu di dalam agamaku”

2. Berdoa dan merendahkan diri hanya kepada Allah Ta’ala semata

Seseorang yang ketika dia berdo’a hanya ditujukan kepada Allah pastilah hatinya akan merasa tenang dan yakin. Dengan hal itulah dia akan selalu bahagia. Karena dia meminta kepada Dzat yang Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan do’a setiap hamba-Nya.“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah) : bahwasanya Aku itu dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” (QS. Al Baqarah : 186)

3. Menjaga shalat fardhu lima waktu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan shalat lima waktu bagaikan sungai yang mengalir deras di depan pintu kalian, yang ia pergunakan untuk mandi lima kali sehari semalam” . Al Hasan mengatakan, “Mungkinkah ada kotoran yang tersisa?” (HR. Muslim)

Kaum muslimin rahimakumullah, marilah kita jaga shalat lima waktu kita. Dan wajib bagi kaum laki-laki berjamaah di masjid. Karena shalat yang ditegakkan dengan sebenar-benarnya itu akan mencegah sesorang dari perbuatan keji dan mungkar.

4. Memperbanyak amalan-amalan sunnah setelah yang wajib

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman : Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan atasnya. Dam hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya.”(HR. Bukhari)
5. Berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang shaleh dalam majelis-majelis ilmu

Tidaklah kita dapatkan dari orang-orang yang shaleh kecuali perkataan yang baik, akhlak yang baik, dan semua kebaikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberikan hadiah minyak wangi kepadamu, atau engkau akan membeli minyak wangi darinya, atau setidak-tidaknya engkau akan mendapatkan bau semerbak wangi (dari minyak wangi yang ia jual). Adapun bersama tukang pandai besi, bisa jadi bajumu akan terbakar, atau jika tidak engkau pasti akan mendapati bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Introspeksi diri

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya interospeksi diri termasuk perkara yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur”. Kemudian beliau melanjutkan, ”Hendaknya seseorang duduk mengingat Allah sesaat sebelum tidurnya, kemudian dia koreksi dirinya atas kerugian dan keuntungan yang dia dapatkan hari ini, lalu dia memperbaharui taubatnya kepada Allah Ta’ala, dia pun tidur dengan membawa diri yang sudah bertaubat. Dan dia lakukan setiap hari.” (Ar Ruh li Ibnil Qoyyim, 1/345)

Sebenarnya masih banyak amal-amal ibadah yang bisa mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang hakiki. Namun di sini hanya disampaikan beberapa saja yang paling besar manfaatnya. Tentunya kita tidak bisa melakukan semua usaha untuk memperoleh kebahagiaan hakiki kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala. Maka marilah kita senantiasa memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufik dan karunia-Nya sehingga kita bisa memperoleh kebahagiaan yang sebenar-benarnya. Wallahul muwaffiq.

Hasim Ikhwanudin
Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta

Allah Sibuk Mengabulkan Do'a



Kita kadang merasa mudah berputus asa dan putus harapan. Seakan-akan tidak ada yang bisa menyelesaikan setiap kesulitan kita. Padahal ada Allah yang setiap saat mendengar do’a setiap hamba-Nya, walau disampaikan dalam berbagai bahasa, walau semua makhluk menyampaikan hajat mereka dalam satu waktu. Allah selalu sibuk mengabulkan do’a-do’a mereka.

Allah Ta’ala berfirman, “Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan” (QS. Ar Rahman: 29).

Ayat di atas menunjukkan bagaimana keMahasempurnaan Allah, di mana ia tidak butuh pada makhluk-Nya, malah setiap makhluk yang butuh pada-Nya. Mereka mengeluhkan setiap hajat mereka pada Allah. Mereka menyampaikan urusan mereka dengan lisan dan menunjukkan dengan mereka yang lemah. Sungguh, Allah setiap waktu itu sangat sibuk (tak pernah beristirahat), yaitu dalam hal mengabulkan do’a hamba-Nya.

Al A’masy, dari Mujahid, dari ‘Ubaid bin ‘Umair berkata, “Setiap harinya Allah benar-benar sibuk , maksudnya adalah sibuk dalam mengabulkan do’a, Dia memberi siapa yang meminta, Dia menolong siapa yang sedang mengalami kesulitan, Dia pun menyembuhkan yang sedang mengalami derita sakit.”

Ibnu Abi Najih berkata, dari Mujahid, ia berkata, “Setiap hari Allah benar-benar sibuk dalam mengabulkan do’a hamba-Nya, Dia melepaskan kesulitan, mengabulkan hajatan orang yang sedang terhimpit (mudhtor), dan Dia-pun mengampuni dosa.”

Qotadah mengatakan, “Allah sungguh tidak butuh pada penduduk langit dan bumi. Allah menghidupkan dan mematikan, Dia pun dapat mengembangkan suatu yang kecil dan membuat segalanya mudah. Di sisi-Nya hajatan orang sholih dikeluhkan dan aduan mereka ditujukan.”

Dalam tafsir Al Jalalain karya Al Mahalli dan As Suyuthi disebutkan,
“Segala yang berada di langit dan bumi memohon pada Allah dengan lisan dan keadaan harap mereka. Mereka meminta hajat untuk dapat kuat dalam ibadah, juga diberikan karunia rizki dan ampunan Allah, serta hajat lainnya yang diminta. Setiap waktu, Allah benar-benar tersibukkan dengan segala hal yang Allah Maha Mampu, yaitu menghidupkan, mematikan, menguatkan, merendahkan, mencukupkan, membuat tidak ada, mengijabahi setiap do’a yang dipanjatkan, juga sibuk memberi yang meminta, serta sibuk dengan berbagai urusan lainnya.”

Melatih Anak Shalat



Dari Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah bersabda, "Perintahkan anak-anakmu untuk shalat pada usia 7 tahun. Dan pukullah pada usia 10 tahun. Dan pisahkan mereka (anak laki dan perempuan) pada tempat tidurnya." (HR Abu Daud)

Hadits tersebut menganjurkan orangtua mengajak anak secara terprogram mulai usia 7 tahun. Di sinilah rupanya rahasia mengapa baru pada usia 7 tahun ada anjuran kepada anak untuk shalat. Ternyata memang sulit untuk mengatur agar anak-anak tertib bila usianya masih terlalu belia. Memang terkadang ada anak balita yang bisa dengan mudah diatur atau diarahkan. Namun umumnya balita memang belum sampai pada usia yang matang untuk dibuat disiplin atas hal-hal seperti ini.

Sedangkan anak-anak usia 7 sampai 10 tahun rasanya sudah mulai bisa diarahkan dengan baik. Tentu saja pengarahan itu bukan semata-mata saat sedang shalat. Namun harus masuk juga dalam kurikulum pelajaran shalat. Yaitu adab dan sopan santun di dalam masjid. Diantaranya tidak boleh melewat di depan orang shalat, tidak boleh berisik, atau mengganggu orang lain yang sedang shalat. 

Walluhu'alam.

Ridho Suami Adalah Surga Bagi Para Istri


Suamimu dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kali rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.

Suamimu dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah dan ibunya hingga dia beranjak dewasa. Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu, perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.

Suamimu ridho menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu. Padahal dia tahu, di sisi Allah, engkau lebih harus dihormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya. Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi Allah.

Suamimu berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu padanya dengan harapan dia mampu memberi solusi, padahal bisa saja di saat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar. Namun tetap saja masalahmu diutamakan dibandingkan masalah yang sedang dia hadapi.

Suamimu berusaha memahami bahasa diammu, bahasa tangisanmu. Sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja. Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.

Bila engkau melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, engkau tidak akan pernah dituntut ke neraka karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggungjawabkannya sendiri.

Jumlah Ayat Al-Qur’an, 6666 atau 6236?



Sering terdengar orang (ustad, kiai, guru dll) menyatakan bahwa jumlah ayat di dalam al-Qur’an adalah enam ribu, enam ratus, dan enam puluh enam (6666).

Angka itu MANIS disebut, Mudah DIINGAT, dan SEDAP DIDENGAR.

Namun begitu, tidak semua yang sedap didengar dan senang diingat yang dikeluarkan daripada mulut yang manis itu benar. Haruslah diperiksa dahulu sebelum menerimanya bulat-bulat. Apalagi kalau ia mengenai agama karena syaitan juga boleh berbuat demikian – “syaitan-syaitan daripada manusia dan jin, yang mewahyukan ucapan palsu yang indah-indah kepada satu sama lain, untuk menipu” (QS. 6:112).

Untuk mengetahui jumlah 6666 itu benar atau tidak adalah tidak susah.

Ambil sebuah calculator dan sebuah kitab al-Qur’an. Mula dari surah Al Fatihah yang diakhiri dengan nomor 7. Itu adalah jumlah ayat bagi surah tersebut. Kemudian pergi ke ujung surah 2 (al-Baqarah) dan bertemu pula dengan angka 286. Teruskanlah, surah demi surah, hingga ke ujung surah terakhir, iaitu surah yang ke-114. Gabungkan semua angka itu, dan jumlah yang didapati adalah jumlah ayat-ayat al-Qur’an yang sebenarnya.

Urutan jumlah ayat dari setiap penggabungan 5 Surah:
Surah 1-5 ( 7 + 286 + 200 + 176 + 120 ) = 789 ayat
Surah 6-10 ( 165 + 206 + 75 + 129 + 109 ) = 684
Surah 11-15 ( 123 + 111 + 43 + 52 + 99 ) = 428
Surah 16-20 ( 128 + 111 + 110 + 98 + 135 ) = 582
Surah 21-25 ( 112 + 78 + 118 + 64 + 77 ) = 449
Surah 26-30 ( 227 + 93 + 88 + 69 + 60 ) = 537
Surah 31-35 ( 34 + 30 + 73 + 54 + 45 ) = 236
Surah 36-40 ( 83 + 182 + 88 + 75 + 85 ) = 513
Surah 41-45 ( 54 + 53 + 89 + 59 + 37 ) = 292
Surah 46-50 ( 35 + 38 + 29 + 18 + 45 ) = 165
Surah 51-55 ( 60 + 49 + 62 + 55 + 78 ) = 304
Surah 56-60 ( 96 + 29 + 22 + 24 + 13 ) = 184
Surah 61-65 ( 14 + 11 + 11 + 18 + 12 ) = 66
Surah 66-70 ( 12 + 30 + 52 + 52 + 44 ) = 190
Surah 71-75 ( 28 + 28 + 20 + 56 + 40 ) = 172
Surah 76-80 ( 31 + 50 + 40 + 46 + 42 ) = 209
Surah 81-85 ( 29 + 19 + 36 + 25 + 22 ) = 131
Surah 86-90 ( 17 + 19 + 26 + 30 + 20 ) = 112
Surah 91-95 ( 15 + 21 + 11 + 8 + 8 ) = 63
Surah 96-100 ( 19 + 5 + 8 + 8 + 11 ) = 51
Surah 101-105 ( 11 + 8 + 3 + 9 + 5 ) = 36
Surah 106-110 ( 4 + 7 + 3 + 6 + 3 ) = 23
Surah 111-114 ( 5 + 4 + 5 + 6 ) = 20
———————————————————–
Jumlah total = 6236 ayat
———————————————————–

Maka bilangan ayat di dalam al-Qur’an adalah 6236, bukan 6666.
Tiap-tiap surah, kecuali surah 9 (At-Taubah), bermula dengan “Bismillah.” Akan tetapi hanya Bismillah yang pertama di dalam al-Qur’an, yaitu di surah 1 (Al-Fatihah), dihitung sebagai satu ayat. Bismillah di surah lain yang berjumlah 112 diberi nomor sehingga tidak masuk dalam hitungan.

Apabila bilangan 112 itu ditambah kepada jumlah besar 6236 tadi, maka ia menjadi 6348, yang bukan juga sebanyak 6666 yang keramat itu.

Perbedaan bilangan ayat di antara dua jumlah tersebut (6236 dan 6348) dengan 6,666 adalah 430 dan 318. Perbedaannya besar. Di manakah pula tersimpannya ayat-ayat yang berlebihan itu?
Mungkin terdapat orang yang mempercayai ada unsur mistik pada nomor 6666 itu.

Ayat-ayat Allah di dalam al-Qur’an adalah JELAS DAN NYATA untuk dibaca dan dijadikan petunjuk bagi semua lapisan manusia di dunia. Mereka diturunkan Allah sebagai bukti yang jelas lagi nyata atas kebenaran.

Masihkah kita percaya ayat Al Qur’an itu ada 6666?

Hijab Itu...



Benar...
Berhijab belum tentu baik imannya.
Akan tetapi wanita yang baik iman sudah pasti berhijab bukan?

Benar...
Menutup aurat bukan jaminan tak pernah berbuat dosa.
Akan tetapi menutup aurat sudah pasti mengurangi dosa.
Minimal telah menggugurkan dosa kewajiban menutup aurat.

Benar...
Berhijab tak menjamin selalu dekat dengan Allah.
Akan tetapi yang pasti ia ingin mendekat kepada Allah.

"MENDING TAK BERHIJAB KALAU KELAKUAN MASIH PENUH MAKSIAT!"

Nah...
Ini kalimat yang menyesatkan.
Serupa dengan ajakan setan.
Yang baik diperlihatkan jelek.
Yang jelek diperlihatkan baik.

Hijab itu adalah untuk memperjelas jati diri.
Melindungi kehormatan dan kemuliaan yang tak akan tergantikan kelak.

Hijab menentukan pasangan hidupmu.
Karena wanita yang taat sangat berhak punya pendamping yang taat.
Itu janji Allah.
Bukan hanya pemanis kata-kata tanpa makna.

Hijab itu adalah penjaga diri bagi lelaki yang jahat.
Dan hijab adalah perhiasan terindah bagi lelaki yang taat.

Kenapa mesti behijab?
Karena itu adalah perintah-Nya.
Karena itu akan melindungi wanita dari lelaki yang suka maksiat...

Kisah Pencurian Jasad Nabi Muhammad SAW



Ternyata jasad nabi Muhammad SAW pernah terusik dan nyaris dicuri oleh orang kafir. Sebelum akhirnya Allah menyelamatkannya dari rencana jahat yang mengancam sang nabi tercinta. Peristiwa yang memilukan dan nyaris menampar wajah umat Islam ini terjadi pada tahun 1164 M atau 557 H, sebagaimana telah dicatat oleh sejarawan Ali Hafidz dalam kitab Fusul min Tarikhi Al-Madinah Al Munawaroh.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa hampir dapat dipastikan jika sebagian besar orang yang berziarah ke masjid Nabawi pasti tak pernah lupa untuk menghampiri makam Rasulullah yang diapit oleh makam Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar. Mereka berbondong-bondong menuju makam sang nabi Fenomenal itu. Untuk sekedar melihat atau berdoa.

Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh kondisi umat islam pada masa dinasti Abbasiyah di Baghdad dimana kondisi umat Islam yang semakin melemah dan berdiri beberapa kerajaan Islam di beberapa daerah. Tentunya hal ini tak disia-siakan begitu saja oleh orang-orang nasrani yang merasa kesempatan emas mencoreng wajah umat Islam dan membuat umat Islam jatuh ada di depan mata. Karena ternyata diam-diam mereka telah menyusun rencana untuk mencuri jasad Nabi. Setelah terjadi kesepakatan para penguasa Eropa, mereka pun mengutus dua orang nasrani untuk menjalankan misi keji itu. Misi itu mereka laksanakan bertepatan dengan musim haji. Di mana pada musim itu banyak jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk melaksanakan ibadah haji. Kedua orang nasrani ini menyamar sebagai jamaah haji dari Andalusia yang memakai pakaian khas Maroko. Kedua spionase itu ditugaskan melakukan pengintaian awal kemungkinan untuk mencari kesempatan mencuri jasad Nabi SAW.

Setelah melakukan kajian lapangan, keduanya memberanikan diri untuk menyewa sebuah penginapan yang lokasinya dekat dengan makam Rasulullah. Mereka membuat lubang dari dalam kamarnya menuju makam Rasulullah.

Belum sampai pada akhir penggalian, rencara tersebut telah digagalkan oleh Allah melalui seorang hamba yang akhirnya mengetahui rencana busuk itu

Sultan Nuruddin Mahmud bin Zanki, adalah seorang hamba sekaligus penguasa Islam kala itu yang mendapatkan petunjuk melalui mimpi akan ancaman terhadap makam Rasulullah.

Sultan mengaku bermimpi bertemu dengan Rasulullah sambil menunjuk dua orang lelaki berambut pirang dan berujar: “ Wahai Mahmud, selamatkan jasadku dari maksud jahat kedua orang ini.” Sultan terbangun dalam keadaan gelisah lalu beliau melaksanakan sholat malam dan kembali tidur. Namun, Sultan Mahmud kembali bermimpi berjumpa Rasulullah hingga tiga kali dalam semalam.

Malam itu juga Sultan segera mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan dari Damaskus Suriah ke Madinah yang memakan waktu 16 hari, dengan mengendarai kuda bersama 20 pengawal. Sesampainya di Madinah, Sultan langsung menuju Masjid Nabawi untuk melakukan sholat di Raudhah dan berziarah ke makam Nabi SAW. Sultan bertafakur dan termenung dalam waktu yang cukup lama di depan makam Nabi SAW.

Lalu menteri Jamaluddin menanyakan sesuatu, “Apakah Baginda Sultan mengenal wajah kedua lelaki itu? “Iya”, jawab Sultan Mahmud.

Maka tidak lama kemudian Menteri Jamaludin mengumpulkan seluruh penduduk Madinah dan membagikan hadiah berupa bahan makanan sambil mencermati wajah orang yang ada dalam mimpinya. Namun sultan tidak mendapati orang yang ada di dalam mimpi itu diantara penduduk Madinah yang datang mengambil jatah makanan. Lalu menteri Jamaluddin menanyakan kepada penduduk yang masih ada di sekitar Masjid Nabawi. “Apakah diantara kalian masih ada yang belum mendapat hadiah dari Sultan?”

Tidak ada, seluruh penduduk Madinah telah mendapat hadiah dari Sultan, kecuali dua orang dari Maroko tersebut yang belum mengambil jatah sedikitpun. Keduanya orang saleh yang selalu berjamaah di Masjid Nabawi,” ujar seorang penduduk.

Kemudian Sultan memerintahkan agar kedua orang itu dipanggil. Dan alangkah terkejutnya Sultan, melihat bahwa kedua orang itu adalah yang ia lihat dalam mimpinya. Setelah ditanya, mereka mengaku sebagai jamaah dari Andalusia Spanyol. Meski Sultan sudah mendesak bertanya tentang kegiatan mereka di Madinah. Mereka tetap tidak mau mengakuinya. Sehingga Sultan meninggalkan kedua lelaki itu dalam keadaan penjagaan yang ketat.

Kemudian Sultan bersama menteri dan pengawalnya pergi menuju ke penginapan kedua orang tersebut. Sesampainya di rumah itu yang ditemuinya adalah tumpukan harta, sejumlah buku dalam rak dan dua buah mushaf al-Qur’an. Lalu Sultan berkeliling ke kamar sebelah. Saat itu Allah memberikan ilham, sultan Mahmud tiba-tiba berinisiatif membuka tikar yang menghampar di lantai kamar tersebut. Masya Allah, Subhanallah, ditemukan sebuah papan yang di dalamnya menganga sebuah lorong panjang, dan setelah diikuti ternyata lorong itu menuju ke makam Nabi Muhammad.

Seketika itu juga, Sultan segera menghampiri kedua lelaki berambut pirang tersebut dan memukulnya dengan keras. Setelah bukti ditemukan, mereka mengaku diutus oleh raja Nasrani di Eropa untuk mencuri jasad Nabi SAW. Pada pagi harinya, keduanya dijatuhi hukum penggal di dekat pintu timur makam Nabi SAW. Kemudian Sultan Mahmud memerintahkan penggalian parit di sekitar makam Rasulullah dan mengisinya dengan timah. Setelah pembangunan selesai, Sultan Mahmud dan rombongan pulang ke negeri Syam untuk kembali memimpin kerajaannya.