Israel dan Serangan 11 September

BAGAIMANA TERORISME ISRAEL DAN SUBVERSI AMERIKA MENYEBABKAN SERANGAN 11 SEPTEMBER
Oleh: David Duke
(Presiden Nasional European-American Unity and Rights Organization)
www.davidduke.com

Apabila Osama bin Laden adalah pelaku di balik serangan yang menyebabkan kematian ribuan warga Amerika pada 11 September, maka saya seperti sebagian besar warga Amerika menghendakinya menjalani hukuman mati atas kejahatan yang dilakukannya.
Tidak satupun orang atau bangsa yang melakukan kegiatan terorisme atas negara Amerika akan terhindari dari tindakan penghukuman.

Akan tetapi sekarang saya akan membuat sebuah pernyataan dimana dapat membuat Anda shock mendalam. Apabila Anda setuju bahwa mereka yang melakukan tindak terorisme terhadap Amerika harus dihukum, maka Amerika
harus menempatkan Israel di posisi teratas dari daftar target itu karena pada artikel ini saya akan membuktikan Israel telah melakukan tindakan terorisme dan subversi secara sadar atas rakyat Amerika.


Tindakan terorisme dan subversi Israel terhadap Amerika tidak hanya berlangsung tanpa penghukuman tetapi juga dipuji oleh para politisi yang telah mengkhianati bangsa Amerika.

Saya akan mengungkapkan data dan informasi bahwa Israel telah melakukan kegiatan terorisme jauh lebih terus menerus pada setengah abad terakhir daripada bangsa-bangsa lainnya di atas bumi ini. Kemudian, saya akan mengungkapkan tindakan terorisme dan suberversi Israel terhadap Amerika Serikat. Pada akhirnya saya akan membuka fakta yang membuat shock dimana membuktikan Israel secara sengaja berupaya menimbulkan kematian kepada warga Amerika pada tanggal 11 September 2001.

Mengapa Amerika Diserang?

Tidak seorangpun akan berbeda pendapat bahwa apapun motivasinya, bila Osama bin Laden berada di balik horor serangan WTC, maka dia pantas dihukum untuk pembunuhan begitu banyak warga sipil. Pada waktu bersamaan, kita begitu tahu mengapa bin Laden dan jutaan orang lainnya di seluruh dunia begitu membenci Amerika. Mengapa begitu banyak orang yang ingin mengambil resiko atau bahkan mengorbankan jiwanya untuk menyerang kita? Saya sangat berharap tidak satupun akan membaca fenomena ini begitu naïf dengan meyakini tumbuhnya jutaan orang yang membenci Amerika karena kita adalah “masyarakat bebas”. Berbagai bentuk rumor harus merupakan pengertian yang paling jelek yang dijual kepada rakyat Amerika sejak demam musik melanda Amerika.

Untuk mengakhiri ancaman terorisme terhadap rakyat Amerika, maka kita harus mengetahui alasan yang sebenarnya mengapa kita begitu dibenci. Teknologi modern membuat pembunuhan massal dan tindakan terorisme begitu mudah dilakukan sehingga setiap orang dapat melakukannya. Hal ini tidak dapat dihentikan dengan kekuatan militer. Bahkan dengan kekuatan yang dahsyat yang kita gunakan di Afghanistan dengan tujuan untuk menumpas teror - sudah menunjukkan tanda-tanda berkobarnya kebencian di seluruh dunia terhadap Amerika untuk membangkitkan seribu anggota teroris baru untuk setiap satu teroris yang kita dapat bunuh.

Saya juga bertanya seberapa besar rasio pembunuhan di Afghanistan itu. Apakah satu anggota dari jaringan Al-Qaida dibunuh untuk setiap 10 tentara dan warga sipil Afghanistan yang berusaha melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka seperti kita. Atau apakah 1 orang teroris untuk 100 orang Afghanistan. Saya curiga angka riil bahkan lebih besar, seperti 100 kematian non-teroris untuk nyawa 1 teroris sebenarnya yang bahkan dapat mengusik eksistensi Amerika.

Agaknya kita seharusnya mempunyai cukup keberanian untuk mempertimbangkan berbagai alasan yang mungkin mengapa begitu banyak orang membenci kita. Hanya bila kita punya seluruh fakta yang ada, kenyataan ini agaknya lebih dari pernyataan klise seperti “Mereka sedang menyerang kebebasan,” maka kita dapat memutuskan cara terbaik yang kita dapat lakukan untuk melindungi rakyat Amerika di masa depan.

Oleh karena itu, bagaimana kita mendefinisikan suatu “serangan atas kebebasan Amerika?” Saya dapat katakan “serangan yang sebenarnya atas kebebasan” adalah meruntuhkan Bill of Rights dan Konstitusi Amerika Serikat. Ten Amendments adalah inti kebebasan Amerika sebenarnya. George Bush dan Kongres Amerika Serikat dengan corong baru Amerika UU Patriot Act, secara tidak terbatas telah mencabut kebebasan Konstitusi daripada yang dapat lakukan oleh Osama bin Laden.

Alasan Riil Kita Mengalami Tindakan Terorisme dengan serangan atas WTC sangatlah sederhana. Terlalu banyak politisi Amerika telah mengkhianati rakyat Amerika dengan sepenuh hati mendukung bangsa teroris utama di permukaan bumi ini: ISRAEL, negara Zionis Yahudi.

Media massa dan pemerintah Amerika tidak dapat kedua-duanya. Apabila mereka termotivasi untuk menyerang Afghanistan karena memberikan bantuan dan wilayah bagi para teroris, maka sebagian rakyat Palestina sebenarnya mempunyai motivasi yang sama untuk menyerang Amerika karena memberikan bantuan dan bahkan dukungan militer atas Israel, sebuah bangsa yang telah melakukan tindakan terorisme yang terus menerus atas mereka.

Para pengkhianat bangsa Amerika Serikat telah memungkinkan sebuah bangsa asing teroris mengontrol Pemerintahan Amerika Serikat. Sebagian pembaca mungkin menganggap suatu yang tidak masuk akal saya menyatakan sebuah bangsa asing mengontrol bangsa Amerika. Tetapi, dengan mempertimbangkan fakta yang ada mantan Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat, William Fulbright, berkata tentang hal ini dengan tepat. Dia menegaskan di program televisi nasional ABC, Face the Nation bahwa “Israel Mengontrol Senat Amerika Serikat.”(1) Dan, Senator Fulbright bukanlah boneka dimana namanya diabadikan dalam program beasiswa “Fulbright” bagi para mahasiswa yang berotak brilian. Tidak hanya Senator Fulbright membuat tuduhan seperti ini, tetapi juga mantan Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, George Brown dan tokoh-tokoh lainnya menyatakan pada dasarnya hal yang sama.

Kita dapat katakan kita tidak mungkin percaya melihat Kongres begitu mendukung sebuah program Israel seperti ini. Dan mereka berkata jangan kuatir dengan Kongres. Kita akan urus Kongres ini. Kongres ini sosok dari negara lain. Tetapi mereka dapat melakukan hal ini. Mereka memiliki, seperti Anda ketahui, bank-bank di negara ini, surat kabar. Coba lihat dimana uang bangsa Yahudi itu. - (2) (Jenderal George S. Brown, mantan Kepala Staf Gabungan)

Tentunya, Jenderal Brown agaknya meremehkan kontrol Yahudi atas media massa Amerika. Yang benar mereka mengontrol surat kabar yang paling berpengaruh di Amerika Serikat: The New York Times, the Washington Post dan the Wall Street Journal. Mereka juga memiliki tiga majalah berita utama Time, Newsweek dan U.S. News and World Report. Tetapi, bahkan lebih penting lagi, mereka secara keseluruhan mendominasi media televisi dan penyiaran Amerika, dua konglomerat terbesar - Time-Warner dan Disney, dan dominasi Yahudi mencakup jaringan eksekutif berita di tiga jaringan utama: ABC,CBS dan NBC. Kontrol media oleh partisan pro-Israel adalah subjek lain; tetapi apabila akan melihat data yang lebih lengkap, harap lihat situs saya www.davidduke.com dan lihat bab dari My Awakening dengan judul “Who Runs the Media.” Sikap media massa pro-Israel yang sangat berat sebelah adalah mengapa sebagian besar rakyat Amerika begitu mengabaikan catatan tindakan teroris Israel. Yang harus dilakukan oleh artikel ini adalah menusukkan peniti di balon propaganda Israel karena hal ini akan tepat menghantam jatuh balon kebohongan di sekitar propaganda Israel.

Saya akan memperlihatkan kepada Anda bukti bahwa selama 50 tahun terakhir Israel telah melakukan lebih banyak tindak terorisme pembunuhan daripada bangsa-bangsa lainnya di atas permukaan dunia ini; dan dengan mendukung perilaku kriminal Israel, Amerika sekarang ini menanggung kebencian fanatik ratusan juta orang di seluruh permukaan bumi ini. Dukungan atas terorisme Israel secara langsung mengarah kepada tindakan terorisme yang sekarang ini terjadi terhadap bangsa Amerika Serikat. Sebagian besar rakyat Amerika bahkan tidak menyadari besar dan luas tindakan terorisme Israel karena kontrol media massa Yahudi yang disebutkan oleh Jenderal Brown. Sebuah contoh kekuatan media massa Yahudi itu adalah kemampuan untuk membuat propaganda Kebohongan Besar (Big Lie) bahwa serangan atas WTC sama sekali tidak berkaitan dengan Israel; para penyerang kamikaze dan rakyat Amerika yang diserang karena bangsa Amerika adalah “bangsa yang memperjuangkan kebebasan”.

Kebohongan Besar

Media massa Amerika yang didominasi Yahudi dan para politisi yang dikontrol Israel tidak menghendaki bangsa Amerika untuk sepenuhnya menyadari harga yang begitu mahal yang harus dibayar oleh bangsa Amerika karena dukungan membabi buta kepada Israel. Setelah serangan pada 11 September 2001, bahkan Presiden Bush berulang-ulang menyatakan kebohongan yang absurd ini dengan menuduh serangan WTC itu karena mereka membenci fakta bahwa bangsa Amerika adalah bangsa yang memperjuangkan kebebasan. Apabila, seperti yang media katakan, Osama bin Laden berada di balik tindakan terorisme ini, maka mereka tahu serangan ini terjadi bukan karena dia membenci kebebasan. Hanya tiga tahun lalu, televisi ABC dan PBS Frontline mewawancarai Osama bin Laden selama masa pemerintahan Clinton. Bin Laden dengan tegas menyatakan mengapa dia menentang Amerika:

Mereka (bangsa Amerika) menyerahkan dirinya kepada belas kasihan sebuah pemerintahan yang tidak loyal .Israel berada di dalam tubuh bangsa Amerika. Dengan mengambil kursi berbagai kementerian yang sensitif, seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan CIA, Anda dapat lihat bahwa bangsa Yahudi mempunyai kekuatan kontrol yang kuat atas bangsa ini. Mereka mempergunakan Amerika untuk melanjutkan rencana-rencana mereka di atas dunia ini .”
Selama lebih dari setengah abad, umat Muslim di Palestina telah (oleh bangsa Yahudi) dibantai, diserang dan dirampok kehormatan dan harta bendanya. Rumah-rumah mereka telah diledakkan, hasil pertanian mereka dihancurkan.

Inilah pesan saya kepada bangsa Amerika: mencari sebuah pemerintah yang serius dimana menyikapi dengan hati-hati kepentingan bangsa ini dan tidak menyerang tanah air atau kehormatan rakyat bangsa lainnya .”(3))

Walaupun dengan tuduhan kejahatan atas dirinya, Osama bin Laden dalam seluruh hidupnya tidak pernah mengucapkan kata menentang Demokrasi! Media massa Yahudi menciptakan kebohongan tentang penyerangan atas Demokrasi untuk menyembunyikan kebenaran riil; bahwa bangsa Amerika sedang diserang sebagai balasan atas dukungan pemerintah Amerika atas berbagai kebijakan teroris Israel di Timur Tengah. Kebulatan suara media massa dalam mempropagandakan kebohongan besar ini tanpa perlawanan seharusnya membuat setiap orang yang berpikir curiga bahwa bangsa Amerika tidak mendpatkan seluruh kebenaran dari media massa yang ada.

Pertama, kita akan membahas tindakan terorisme Israel atas bangsa Palestina Israel: Pelaku Pembunuhan Massal sebagai Kepala Negara PM Israel, Ariel Sharon, adalah salah seorang teroris berdarah dingin di dunia ini. Dia bertanggungjawab atas pembantaian berdarah dingin atas 1500 pria, wanita dan anak-anak di kamp-kamp pengungsi di Beirut, Chatila dan Sabra. Bahkan sebuah komisi resmi Israel menemukan Sharon secara pribadi bertanggungjawab atas pembunuhan massal di Lebanon. (4)

Pada tahun 1982, sebagai menteri pertahanan Israel, Sharon memimpin invasi ke Lebanon dan melakukan pemboman dan penghancuran kota Beirut (Di Lebanon lima kali lebih banyak wanita dan anak-anak meninggal daripada dalam serangan September di New York). Pemboman teror ini dilakukan oleh bangsa Yahudi dengan mempergunakan pesawat tempur dan bom-bom yang disuplai oleh Amerika Serikat.

Setelah penghancuran dan pendudukan militer Israel, Sharon secara paksa mengusir para pejuang perlawanan Palestina dari Lebanon. Banyak wanita, anak-anak dan orang lanjut usia ditinggalkan di kamp-kamp pengungsi dekat Beirut. Amerika Serikat secara terbuka menjamin keselamatan mereka dan berjanji mereka secepatnya akan disatukan kembali dengan orang-orang yang dicintainya. Ketika Sharon memplot pembunuhan atas mereka, dia tidak hanya merencanakan tindakan terorisme berdarah atas para pengungsi ini; dia mengetahunya hal ini sebuah tindakan subversi terhadap Amerika Serikat yang akan menimbulkan kebencian yang mendalam terhadap bangsa Amerika.

Pada malam 16 September 1982, Sharon mengirim skuad pembunuh milisi Phalangist ke dalam dua kamp pengungsi Palestina, Sabra dan Shatila. Dengan tank-tank dan tentara Israel yang menutup seluruh kamp ini untuk mencegah warga Palestina dari upaya menyelamatkan diri, maka skuad pembunuh dengan senjata mesin, bayonet dan pemukul membantai rakyat Palestina sepanjang malam, hari berikutnya dan malam berikutnya;kemudian, ketika bangsa Israel yang mengelilingi kamp ini mendengar gembira tembakan senapan mesin dan jeritan yang datang dari dalam kamp-kamp itu. Kemudian, Sharon mengirim buldozer untuk menyembunyikan sebanyak mungkin kekejaman yang dapat dilakukannya.

Sekurang-kurangnya 1500 pria, wanita dan anak-anak Palestina dibantai, dan mungkin sebanyak 2500 jiwa. (Sebuah investigasi resmi pemerintah Lebanon menyebutkan angka 2500 jiwa). Bahkan setelah upaya buldozer Sharon, banyak warga Palestina tidak terkuburkan dan para pekerja Palang Merah menemukan seluruh keluarga-keluarga itu, termasuk ratusan anak-anak dan orang lanjut usia, dengan leher terpotong atau keluar isi perutnya. Jumlah wanita dan anak gadis yang tidak terhitung jumlahnya diperkosa sebelum mereka dibantai.

Ariel Sharon dicari untuk diadili oleh Hague Tribunal, badan yang sama ini berhasil mengekstradisi mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic atas tuduhan berbagai kejahatan kemanusiaan di Kosovo. Sharon tidak akan pergi ke Belgia karena takut ditangkap oleh International Court for the massacre.(5)

Walaupun dia dicari karena pembunuhan massal di kamp pengungsi Sabra dan Chatila, tetapi Sharon dapat diadili oleh puluhan korban pembantaian lainnya yang dilakukan selama karir cemerlangnya, kejahatan terhadap kemanusiaan yang sekurang-kurangnya dapat ditarik hingga tahun 1953. Harian Israel, Ha'aretz, menyebutkan Sharon yang memimpin sebuah pembunuhan massal di desa Kibya pada tahun 1953, “Tentara Mayor Ariel Sharon membunuh 70 warga Palestina dalam serangan balasan dendam, sebagian besar mereka adalah anak-anak dan wanita (6)

Amerika dimana menuntut kepada Hague Tribunal untuk menangkap dan mengadili Milosevic, berpura-pura tidak menyadari pembunuhan massal yang dilakukan Sharon. Dengan tidak mengeluarkan surat penahanan kepada Sharon karena pembunuhan massal dan menempatkannya dalam penjara yang sepantasnya dia jalani, sebaliknya Presiden Bush menyambut secara terbuka Ariel Sharon dengan jabatan tangan dan rangkulan! Bagaimana dunia harus mentertawakan keanehan ini bila Bush berunding dengan Sharon tentang “cara-cara memerangi terorisme.”

Apabila Presiden Bush benar-benar serius untuk menghukum bangsa-bangsa yang mendukung sarang teroris,maka dia harus memulainya dengan ISRAEL, sebuah bangsa yang terpilih menjadi salah satu teroris dan pembunuh massal terburuk di dunia sebagai Kepala Negaranya. Apakah Senat Amerika yang dikontrol Amerika dapat menghukum Israel karena menjadi sarang teroris? Jawabnya, Tidak. Sebaliknya, kita mensuplai para teroris mereka dengan milyaran dolar uang wajib pajak Amerika dan senjata-senjata yang sangat canggih dengan itu mereka akan melakukan pembunuhan!

Pembunuhan massal Israel atas para pengungsi Palestina setelah Amerika Serikat secara terbuka menjamin keselamatannya tidak hanya suatu kejahatan atas kemanusiaan, tetapi juga salah satu tindakan subversi terhadap bangsa Amerika. Sharon dan orang-orang yang terlibat itu sepenuhnya menyadari janji yang diberikan secara terbuka oleh pemerintah Amerika atas keselamatan para pengungsi itu.

Pembunuhan Massal di Kamp Pengungsi Sabra dan Chatila di Beirut adakah motivasi utama serangan pemboman bunuh diri di Lebanon yang membunuh 241 Marinir Amerika di Beirut kurang dari setahun kemudian, dan hal ini dengan jelas bagaimana dukungan Amerika atas tindakan terorisme Israel menyebabkan konsekuensi yang pahit bagi Amerika Serikat. Harian The Los Angeles Times, dalam diskusi sebuah buku yang mengungkapkan misteri ini oleh seorang mantan agen badan intelijen Israel Mossad, mengungkapkan bahwa Mossad telah mengetahui terlebih dahulu serangan teroris itu atas barak-barak Marinir AS di Lebanon pada tahun 1983, tetapi secara subversi mereka tidak memperingatkan pihak Amerika. (7)

Di antara tuduhan yang lebih mengejutkan dari pernyataan Ostrovsky adalah Mossad tidak memberikan informasi kepada pihak Amerika data intelijen secara terinci yang dapat mencegah pembomanan bunuh diri tahun 1983 atas barak-barak Marinir di Beirut yang membunuh 241 marinir Amerika;.

Israel: Negara yang Didirikan dengan Teror atas Inggris dan Bangsa Palestina

Dalam upaya untuk mengambil alih kontrol atas tanah Palestina dari Inggris, para pendukung gerakan Zionis melakukan kampanye teror yang terus menerus, termasuk pemboman King Daving Hotel, dimana membunuh 93 orang. Mereka membunuh para pejabat dan tentara Inggris. Pendukung gerakan Zionis ini membunuh setiap orang yang menghalangi jalannya, termasuk mediator PBB, Count Folke Bernadotte, yang berani mengungkapkan kepada dunia tentang kampanye teror dan pembunuhan Zionis. Sebuah taktik favorit gang teroris Zionis, Irgun dan Stern, adalah menculik tentara Inggris dan secara perlahan-lahan menyiksa mereka hingga meninggal. Israel juga bangsa pertama yang mempergunakan teknik teroris modern, yaitu bom surat; dan selama bertahun-tahun mereka mengirimkan ratusan surat, membunuh puluhan musuhnya dan banyak pejalan kaki di seluruh dunia. Tindakan terorisme pengiriman surat yang terinfeksi Antrax hanyalah salah satu cara bom surat itu.

Teror Deir Yassin

Rakyat Palestina tentunya korban terbesar selama setengah abad teror Israel ini. Sebenarnya Israel merencanakan terornya dengan mengeluarkan rakyat Palestina melalui kebijakan teror massal. Dengan metode ini, Israel mengusir 800.000 di antara rakyat Palestina dari rumah, tempat usaha dan lahan pertanian mereka(9). Dalam bukunya, The Revolt (10), mantan PM Israel, Menachem Begin, membanggakan perannya dalam pembunuhan massal atas 254 rakyat Palestina di Deir Yassin. (Sebagian besar korban adalah orang lanjut usia, wanita dan anak-anak yang tinggal di desa yang diduduki Israel). Dalam bukunya itu, Begin menyatakan Deir Yassin dan pembunuhan massal lainnya menyebabkan kepanikan di antara penduduk Palestina, menyebabkan mereka melarikan diri karena teror terhadap rumah-rumah mereka. Teror massal yang direncanakan ini memungkinkan pendukung gerakan Zionis untuk mengambil kontrol atas tanah air Palestina. Juga perlu ditegaskan, para pengungsi masih tidak diizinkan untuk kembali ke rumah setelah lebih dari setengah abad!

Apa yang dilakukan para teroris Zionis ini di Deir Yassin dan di desa-desa lainnya yang menyebabkan rakyat Palestina melarikan diri? Seorang dokter Palang Merah, Jacques de Reynier, kepala wakil Komite Internasional Palang Merah di Jerusalem memberikan laporan yang mengejutkan tentang pembunuhan massal dalam laporan resminya. (11)

De Reynier tiba di desa ini pada hari kedua dan melihat “tindakan pembersihan oleh tentara,” karena salah seorang anggota teroris Israel memperlihatkan kepadanya. Pembunuhan massal ini dilakukan dengan senjata mesin, kemudian granat dan diakhiri dengan tubuh-tubuh korban disayat pisau. Bangsa Yahudi itu memenggal sebagian kepala korban dan secara fatal memotong anggota tubuh 52 anak di depan ibu-ibu mereka. Mereka merobek rahim-rahim 25 wanita hamil dan membantai bayi-bayi di depan ibu-ibu mereka.

Orang-orang Israel yang berada di Deir Yassin telah memperkuat fakta pembunuhan massal ini. Setelah pensiun tahun 1972, seorang perwira Haganah, Kolonel Meir Pa'el, menyatakan hal berikut ini tentang Deir Yassin di Yediot Ahronot, sebuah terbitan Yahudi yang terkemuka:

Para anggota Irgun dan LEHI keluar dari persembunyian dan mulai melakukan 'pembersihan' rumah-rumah warga Palestina. Mereka menembaki siapapun yang mereka lihat, termasuk wanita dan anak-anak, para komandan tidak berupaya menghentikan pembunuhan itu . mereka dibawa ke lubang pembantaian yang terletak di antara Deir Yassin dan Giv'at Shaul, kemudian dibunuh secara kejam... (12)

Komandan unit Haganah yang mengontrol wilayah Deir Yassin setelah pembantaian massal itu, Zvi Ankori,membuat pernyataan ini dalam harian Israel, Davar: “Saya memasuki enam hingga delapan rumah warga Palestina. Saya melihat alat kelamin yang dipotong dan perut-perut wanita Palestina yang dirobek-robek. Menurut tanda-tanda penembakan di tubuh-tubuh korban, hal ini adalah pembunuhan langsung.” (13)

Pernahkah Anda melihat film dokumenter televisi atau film-film Hollywood tentang teror Israel di Deir Yassin atau ribuan tindakan teror Israel lainnya terhadap rakyat Palestina? Anda telah mendengar banyak cerita tentang korban-korban warga Yahudi oleh Hitler, tetapi pernahkah Anda mendengar suara wanita-wanita di Deir Yassin dimana bayi-bayi mereka dipotong dari rahim-rahim mereka oleh para pendukung Supremasi Kaum Yahudi? Pernahkah Anda mendengar suara-suara salah satu dari ribuan korban rakyat Palestina lainnya oleh Begin, Shamir, Barak dan Sharon? Sesuai dengan catatan panjang tindakan terorisme Israel terhadap rakyat Palestina, Israel mempunyai kebiasaan keji memilih dan mengangkat pelaku teror dan pelaku pembunuhan massal yang paling kejam sebagai Kepala Negaranya.

Amerika Serikat memiliki divisi Departemen Kehakiman ang mempunyai kemampuan untuk memburu orang-orang Nazi yang telah melakukan berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Ketika Amerika secara bersungguh-sungguh mengejar para tersangka pelaku kejahatan perang Jerman, presiden-presiden Amerika mengadakan jamuan malam kenegaraan untuk menghormati presiden-presiden bangsa Yahudi!

Mr. Bush begitu giat berbicara tentang pemberantasan para teroris jahat, tetapi bukan pembunuhan massal, seperti Deir Yassin yang terlihat gamblang sebagai sebuah tindakan kejahatan yang sempurna?

Seperti Begin ungkapkan dalam bukunya, The Revolt, teror terhadap bangsa Palestina merupakan sebuah faktor penting dalam pendirian negara Israel. Tindakan teror ini merupakan fondasi pendirian negara Yahudi dan sudah berlangsung selama setengah abad berbagai bentuk tindakan teror atas rakyat Palestina itu.

52 Tahun Teror Terhadap Rakyat Palestina

Sejak tahun 1948, rakyat Palestina menghadapi tindakan terorisme secara terus menerus dari pihak Israel. Ratusan perkampungan telah dihancurkan dan secara literal dihapuskan dari atas peta. Puluhan ribu rumah telah dibom, dibuldoser atau didinamit selama proses perdamaian! Puluhan ribu pria, wanita dan anak-anak telah dibunuh. Bahkan jumlah yang lebih banyak telah dibutakan, dibuat cacat, dibunuh dan dipotong anggota tubuhnya. Ratusan ribu telah dipenjarakan dan atau disiksa. Yang terjadi setelah gerakan perlawanan Palestina atas pendudukan Israel, Israel tidak pernah malu melakukan pemboman atas kamp-kamp pengungsi yang dipenuhi anak-anak dan wanita. Tank-tank, helikopter dan bahkan pesawat tempur Israel digunakan untuk menjatuhkan bom-bom atau menembakkan rudal ke dalam jantung pemukiman Palestina dan kamp-kamp pengungsi yang didiami wanita dan anak-anak. Senjata-senjata ini tidak dapat membedakan di antara orang yang diduga sebagai seorang teroris atau seorang anak kecil yang berusia delapan tahun. Sebuah senjata dapat membunuh seorang anak sama pastinya dengan membunuh musuh-musuh negara Israel itu.

Rakyat Palestina yang dicurigai secara aktif melakukan perlawanan atas pendudukan Israel di Tepi Barat atau Jalur Gaza, mendapatkan serangan dari laras-laras tank, rudal-rudal atau bom-bom Israel ke rumah-rumah dan keluarga-keluarga tersangka. Dan setelah tersangkanya dibunuh atau dipenjarakan, maka tentara Israel membuldozer atau mendinamit rumah-rumah keluarganya. Ribuan rumah telah dihancurkan dengan cara ini.

Israel juga telah membunuh ratusan pemimpin Palestina dengan pembunuhan dan serangan teroris. Berbagai serangan ini acapkali membunuh pejalan yang tidak berdosa yang berada di tempat kejadian. Banyak mereka yang dibunuh tidak pernah terkait dengan tindakan teror atau kekerasan apapun juga; mereka hanya pengarang, penulis atau ulama yang dengan kata-kata mereka telah menginspirasi rakyat Palestina untuk berjuang membebaskan bangsa dan negaranya. PM Israel sebelum Ariel Sharon adalah Ehud Barak. Pada tahun 1972, selama masa perdamaian antara Israel dan Lebanon, ia memimpin sebuah skuad pasukan komando pencabut nyawa ke kota Beirut, Lebanon dimana dia secara pribadi membunuh penulis Palestina Kamal Edwan. Di tengah malam itu, dengan mempergunakan senjata-senjata semi-mesin otomatis dengan peredam suara, dia dan timnya, membunuh Edwan ketika korban sedang tidur pulas. Ketika PM Israel yang baru terpilih, Ehud Barak, berkunjung ke New York dan Washington, media massa yang dikontrol Yahudi memperlakukan pembunuh ini, seolah-olah sebagai seorang pahlawan perang.

Kebijakan standar ganda ini agaknya tidak pernah berakhir. Ketika seorang pejabat kabinet Israel, Rechavam Zeevi, dibunuh warga Palestina pada bulan Oktober 2001, Sharon dan sejumlah pejabat Amerika Serikat menyatakan tindakan ini sebagai “terorisme.” Apabila penembakan Zeevi memang tindakan terorisme, maka apa yang seharusnya kita ingat bertahun-tahun tindakan pembunuhan Israel atas ratusan pemimpin politik, akademisi, ulama dan pengarang Palestina? Mengapa media massa tidak mengungkapkan bahwa Zeevi sendiri seorang pendukung Supremasi Bangsa Yahudi yang menyebut warga Palestina yang tinggal dan bekerja secara ilegal di Israel sebagai “kuman” dan “kanker di tengah-tengah bangsa Yahudi.(14)” Zeevi sendiri seorang teroris yang menyerukan pengusiran paksa seluruh warga Palestina dari wilayah pendudukan dan pembunuhan seluruh mereka yang menentang pendudukan Israel. Dia bahkan secara terbuka menyerukan pembunuhan Yassir Arafat. Namun, media massa yang sama yang menyebutkan pembunuhannya “terorisme” tidak pernah menyebutkan Zeevi pro-pembunuhan seorang teroris atau bahkan seorang pendukung Supremasi Bangsa Yahudi. Pembunuhan Zeevi sendiri merupakan respons langsung terhadap pembunuhan rejim Israel atas seorang pemimpin Palestina beberapa minggu sebelumnya.

Pada tahun 1991, di sebuah pertemuan kabinet Israel, Zeevi berkata bahwa Presiden George Bush, dengan menekan Israel untuk masuk dalam pembicaraan perdamaian, adalah “musuh Israel” dan “Amerika sedang memplot Holocaust Kedua bagi bangsa Yahudi.(15)” Dengan sebuah “negara sekutu seperti ini”, apakah Amerika harus menghadapi begitu banyak musuh-musuhnya?

Kekuatan bangsa Yahudi di media dunia telah menutup-nutupi ratusan teror dan pembantaian yang dilakukan oleh rejim Israel. Sebenarnya bahkan sebelum serangan teror WTC di bulan September, BBC menginstruksikan para reporternya untuk melaporkan pembantaian musuh-musuh Israel sebagai “target pembunuhan” daripada sebenanrya apa yang mereka lakukan: pembantaian. (16) Akan tetapi, BBC (seorang staf eksekutifnya pro-Yahudi) menyebutkan pembunuhan Zeevi sebagai pembantaian (assassination) dan bukan sebuah “target pembunuhan.” Fenomena Israel yang berkembang di masyarakat telah didistorsi oleh media massa selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, hanya segelintir orang Inggris dan bahkan lebih sedikit lagi orang Amerika menyadari catatan terorisme Israel. Oleh karena itu, saya tidak dapat mengutuk sebagian besar pemerintah Amerika atas pengabaian terorisme Israel.

Teror Penyiksaan Israel: Jatuh Korban Sekitar 150.000 Jiwa

Penyiksaan brutal atas ribuan musuh-musuh sebuah negara harus diklasifikasikan sebagai bentuk terorisme yang paling kejam. Puluhan ribu rakyat Palestina telah disiksa di penjara-penjara Israel. Sebuah kelompok pejuang HAM di Israel dalam laporan setebal 60 halaman melaporkan sekitar 85% tahanan Palestina mengalami penyiksaan.(17) Dan tidak salah lagi; banyak penyiksaan yang dialami oleh korban Palestina ini lebih dari mimpi paling buruk. Penyiksaan Israel mencakup dari menyumbat para korban dengan air seni dan kotoran manusia di kantong-kantong yang di ikat di atas kepalanya hingga mempergunakan alat cemeti listrik untuk perkosaan anal dan pemotongan bagian-bagian tubuh. Israel juga tidak pernah mengakui siapa yang ditahannya hingga tindakan pembunuhan atau penyiksaan seorang warga Palestina yang menyebabkan kematian korban, maka jasadnya tidak pernah ditemukan atau diklaim mati dalam pertempuran dengan pihak polisi Israel sebelum ditangkap. Puluhan ribu warga Palestina dan Lebanon meninggal ketika dalam tahanan Israel.

Sebuah artikel feature yang ditulis Joel Greenburg di harian pro-Israel New York Times mengungkapkan rejim Israel menyiksa 500 hingga 600 warga Palestina setiap bulan.(18) Angka yang kemungkinan besar begitu rendah itu karena berasal dari harian pro-Israel New York Times, berarti bahwa setiap tahun dari sebenarnya paling sedikit 6000 orang Palestina disiksa Israel. Penyiksaan ini telah berlangsung sejak tahun 1948 (53 tahun terakhir). Apabila angka ini setengah dari pengakuan Greenburg dan berlangsung setiap tahun - maka sekurang-kurangnya 150.000 jiwa telah disiksa di penjara-penjara Israel sejak berdirinya negara Yahudi ini.

Untuk mengatasi berbagai masalah humas Israel karena legalisasi penyiksaan negeri Yahudi ini, pada tahun 1999 Mahkamah Agung Israel menetapkan sebuah undang-undang dengan niat yang kabur dimana kebijakan penyiksaan Israel ini kadang-kadang suatu bentuk kebijakan ilegal, tetapi kelompok HAM Israel dan Palestina memberikan banyak bukti bahwa undang-undang itu hanyalah suatu gincu hubungan kemasyarakatan. Mereka memberikan bukti bahwa kebijakan penyiksaan terus menerus dilakukan seperti sebelum undang-undang itu ditetapkan. (19)

Di belakang kebijakan penyiksaan Israel ini, sekarang para wartawan Yahudi mulai menyerukan penggunaan penyiksaan di Amerika! Sebuah artikel di Newsweek berjudul 'Time to think about torture' dan para tahanan yang selamat perlu merasakan teknik lama yang agaknya sudah tidak dipertanyakan lagi.” (20) Bahkan pembela kebebasan hak-hak sipil pendukung Yahudi, Alan Dershowitz, sekarang ini menyerukan penggunaan penyiksaan. (21)

Victor Ostrovsky, mantan agen Mossad Israel, menulis dua buku mengenai teror Israel terhadap musuh-musuhnya. Pada salah satu bukunya, dia membahas nasib warga Palestina yang secara ilegal menyeberangi tapal batas untuk mencari pekerjaan di Israel. Puluhan ribu orang-orang muda ini hampir sama sekali tidak terdengar lagi setelah ditangkap oleh tentara Israel. Sebagian mereka yang tertangkap dibawa ke fasilitas penelitian ABC dimana mereka akan mengalami tindakan teror kimia, nuklir atau perang biologi yang sangat kejam.

Fasilitas ABC didirikan untuk penelitian atom, bakteriologi dan kimia.

Para ahli epidemologi Israel mengembangkan berbagai mesin perang paling modern ini seharusnya untuk sebuah perang total dimana jenis senjata ini sangat dibutuhkan; tidak ada celah untuk kesalahan sedikitpun. Para infiltrator Palestina akan menjadi kelinci percobaan mesin ini. Sebagai guinea pigs manusia, mereka dapat memastikan senjata yang sedang dikembangkan para ahli bekerja dengan baik dan dapat memverifikasi seberapa cepat dan jauh lebih efisien mesin perang ini berfungsi. (22)

Teror atas Rakyat Lebanon
Selama invasi dan pendudukan Israel di Lebanon (1978-2000), sekitar 15.000 warga sipil meninggal. Contoh teror itu adalah pembomanan secara sengaja PBB center di Qana, Lebanon yang terjadi hanya lima tahun lalu. Artikel berikut ini tidak ditulis oleh seorang Palestina, Arab atau bahkan seorang Muslim, tetapi seorang warga Inggris, Robert Fisk, salah seorang wartawan Inggris yang paling dihormati dimana bekerja di Timur Tengah. Dia menulis untuk harian London, The Independent. Apabila seorang warga Amerika mau memahami kebencian yang dilakukan Israel terhadap bangsa Amerika, maka dia harus berani membaca laporan ini dan berani untuk melihat secara mendalam gambaran yang memperlihatkan realitas teror Israel tersebut.

Qana, Lebanon Selatan - Ini sebuah pembunuhan massal. Tidak hanya sejak pembunuhan massal di kamp pengungsi Sabra dan Chatila saya melihat warga sipil yang dibantai seperti ini. Wanita, anak-anak dan pria pengungsi Lebanon tergeletak tidak bernyawa dalam tumpukan-tumpukan dengan telapan tangan, lengan atau kaki korban-korban hilang, dipotong atau disayat. Ada lebih dari ratusan jumlahnya. Seorang bayi tergeletak di tanah tanpa kepala. Rudal-rudal Israel telah mencabik-cabik mereka ketike berlindung di bunker PBB, yang dipercaya aman di bawah perlindungan dunia. Seperti umat muslim di Srebrenica, anggapan umat muslim di Qana juga tidak benar.

Di depan sebuah gedung yang terbakar dimana menjadi markas besar batalion PBB asal Fiji, seorang anak perempuan menggotong tubuh di kedua tangannya, tubuh seorang pria yang rambutnya sudah beruban dimana kedua matanya menerawang ke anak perempuan itu, dan dia mengunjang-gunjangkan tubuh pria itu ke depan dan ke belakang, bersimpuh, menangis dan berteriak dengan kata yang sama berulang-ulang: “Ayah saya, ayah saya.” Seorang tentara PBB asal Fiji berdiri di tengah lautan tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa dan tanpa dapat berkata apa-apa, mengangkat tubuh seorang anak tanpa kepala.

.Ketika saya berjalan ke arah tubuh-tubuh yang tidak bernyawa itu, saya terjatuh di atas potongan lengan manusia...

Pembantaian massal Israel atas warga sipil dalam serangan ofensif selama 10 hari yang kejam - 206 orang tewas sekitar malam terakhir - dengan begitu biadab dan kejam, tidak satupun seorang rakyat Lebanon akan melupakan pembunuhan massal ini. Sebuah mobil ambulans diserang pada hari Sabtu, kakak beradik yang terbunuh di Yohmor hari sebelumnya, seorang anak berusia dua tahun hancur kepalanya oleh sebuah rudal Israel empat hari kemudian. Dan kemarin pagi, tentara Israel membantai sebuah keluarga yang terdiri dari 12 jiwa - paling muda bayi berusia empat hari - ketika pilot-pilot Israel menembakkan rudal ke dalam rumah mereka. Tidak lama kemudian, tiga jet Israel menjatuhkan bom-bom hanya 250 meter dari sebuah konvoi PBB dimana saya sedang melaju di atas sebuah kendaraan, menghancurkan sebuah rumah dan kepingan rumah itu terbang hingga 30 kaki di depan mata saya. Ketika pulang ke Beirut untuk menulis laporan saya tentang pembunuhan Qana untuk harian Independent malam itu, saya melihat dua kapal bersenjata Israel menembaki mobil-mobil warga sipil di jembatan sungai di utara kota Sidon .

Seorang tentara PBB asal Perancis menggumamkan janji kepada dirinya ketika dia membuka sebuah tas dimana dia menjatuhkan kaki-kaki, jari-jari, potongan lengan-lengan manusia .

Kami tiba-tiba bukan menjadi tentara PBB maupun wartawan tetapi orang-orang Barat, sekutu Israel, sasaran kebencian dan kemarahan. Seorang pria bercambang dengan kedua matanya berkaca-kaca memandang kepada kami, wajahnya kelam karena kemarahan yang mendalam. “Anda orang Amerika “, dia berteriak kepada kami. “ Amerika itu anjing. Anda lakukan ini. Amerika itu anjing.”

Presiden Bill Clinton telah menjadikan dirinya sekutu Israel dalam perang terhadap “terorisme” dan bangsa Lebanon dalam kesedihan yang mendalam tidak melupakan kenyataan ini. Ekspresi duka Israel secara resmi menumpahkan garam di atas luka mereka. “Saya ingin menjadi bom hidup dan meledakkan diri saya di tengah tentara Israel”, kata seorang pria tua .(23)

Apabila setiap orang Amerika membaca artikel Robert Fisk di atas, maka laporan ini dapat membantu mereka memahami mengapa Amerika dibenci dan mengapa sekarang kita menghadapi kamikaze teroris. Apabila Anda ingin mengetahui motivasi riil para teroris seperti Osama bin Laden, maka majalah The Nation, ketika melakukan sebuah wawancara dengannya pada 12 September 1998. Hal ini menjelaskan reaksinya terhadap pembunuhan massal Israel di Qana.

Ketika pada akhirnya saya melihat Osama bin Laden, dia masih terobsesi dengan pembunuhan massal Israel atas 107 pengungsi Lebanon yang berlindung di bawah kamp PBB di Qana pada bulan April 1996. Israel mengklaim hal ini sebagai 'kesalahan,' PBB mengakui sebaliknya dan Presiden Clinton menyebut ini hanya sebuah 'tragedi'-seolah-olah sebuah bencana alam. Hal ini, kata bin Laden, sebuah tindakan 'terorisme internasional.' Oleh karena itu, harus ada keadilan, katanya dan persidangan bagi para pelaku kejahatan Israel. Clinton mempergunakan hampir pernyataan yang sama tentang bin Laden dan para pendukungnya pada bulan Agustus. Akan tetapi, orang tuli biasanya berbicara dengan orang tuli.” (24)

Sebagian besar orang Amerika tidak pernah akan melihat laporan seperti Laporan Robert Fisk tentang pembantaian massal di Qana. Kontrol Israel atas media massa dan pemerintahan Amerika Serikat berhasil mengaburkan sebagian besar cerita yang berkembang tentang terorisme Israel terhadap rakyat Palestina. Sekarang ini saya akan mengungkap bahwa mereka juga mampu menutupi tindakan perang dan terorisme yang berlumuran darah terhadap Amerika Serikat.

Terorisme Israel terhadap Amerika

Pada tahun 1954, pemerintah Israel menggelar sebuah operasi teror rahasia terhadap Amerika Serikat dengan sandi Operation Suzannah. Operasi ini memplot membunuh warga Amerika dan meledakkan berbagai instalasi Amerika di Mesir. Rencana Israel adalah meninggalkan barang bukti yang keliru bahwa rejim Mesir melakukan sabotase ini sehingga Amerika di belakang Israel berperang dengan Mesir. Agen-agen Yahudi berhasil meledakkan sejumlah kantor pos dan perpustakaan Amerika di Kairo dan Alexandria. Ketika akan meledakkan bioskop Amerika, Metro-Goldwyn-Mayer Theater, bom agen Israel meledak premature. Oleh karena itu, baik Mesir dan Amerika berhasil mengungkap dan menghentikan plot ini pada tahap-tahap awal.

Karena penangkapan agen-agen Israel itu, dunia tahu tentang tindakan subversi Israel dan Menlu Israel, Pinhas Lavon, kemudian dipaksa untuk mengundurkan diri. Seluruh episode ini menjadi terkenal sebagai Lavon Affair. Pada saat ini, media massa dan penerbitan Amerika yang didominasi Yahudi secara jitu membungkus tindakan subvesi Israel ini terhadap bangsa Amerika. Sebagian besar orang Amerika tidak mengetahui sama sekali kasus ini. Misalnya, hanya sedikit sebutan Lavon Affair ditemukan dalam Encarta Encyclopedia popular. Hal ini berada dalam sebuah artikel tentang Ben Gurion yang ditulis oleh Bernard Reich yang pro-Yahudi. Dengan cara ini, penulis artikel ini mengilustrasikan sebuah pola media yang khas. Walaupun warga Amerika menganggap mereka sedang membaca laporan Encyclopedia atau majalah berita yang berpandangan jenih, tetapi lebih sering lagi mereka membaca laporan yang distorsif yang ditulis oleh para pendukung Yahudi.

Ben-Gurion kembali ke panggung politik pada tahun 1955 untuk menggantikan Menhankam Israel, Pinhas Lavon-yang mengundurkan diri setelah suatu upaya yang gagal untuk mensabotase hubungan Mesir dengan Barat. (25)

Yang perlu dicatat di sini adalah bagaimana artikel ini secara halus menulis, 'sebuah percobaan yang gagal untuk mensabotase hubungan Mesir dengan Barat.” Apa artinya? “Mensabotase hubungan” berarti seolah-olah Israel mengatakan ada kebusukan di balik hubungan bilateral Mesir dan Amerika Serikat. Pemutarbalikan fakta secara sengaja yang digunakan dalam artikel ini oleh penulis Yahudi ini merupakan ciri khas distorsi pemberitaan media massa yang berlangsung terus menerus.

Satu alinea dalam Encarta Encyclopedia popular itu seharusnya dibaca:

“-- orang yang dipaksa untuk mengundurkan diri setelah Israel tertangkap basah melakukan pengeboman teroris terhadap Amerika Serikat untuk memicu dengan cara memfitnah Amerika berperang melawan musuh Israel.”

Penulis yakin sembilan puluh persen mereka yang membaca artikel ini tidak pernah mendengar kasus ini. Sebagian pembaca mungkin berpikir saya mengarang semua cerita ini. Baiklah, bila Anda masih ragu bahwa Israel telah melakukan tindakan teroris ini terhadap Amerika di Mesir, maka di bawah ini ada sebuah kutipan dari artikel terbaru yang terbit di majalah Yahudi, Moment, yang ditulis oleh Samuel Katz dan berarti ditujukan kepada sejumlah kecil sidang pembaca Yahudi. Artikel ini lebih maju walaupun tidak mempergunakan kata provokatif, terorisme, sebuah kata yang digunakan pihak Israel bila para pejuang Palestina meledakkan perpustakaan-perpustakaan dan biosko-bioskop.

Dan kegagalan sama lazimnya dengan keberhasilan spektakuler. Pada pertengahan tahun 1950-an, A'man (Badan Pertahanan Yahudi) mengalami kemunduran yang serius selama “Operation Suzannah” yang terkenal itu ketika agen-agen Israel memprovokasi orang-orang Yahudi di Mesir untuk menyerang target-target Amerika dan Mesir dan membangkitkan sentimen anti-Barat. Banyak orang Yahudi ditangkap dan sebagian di antaranya dieksekusi. Operasi yang gagal ini suatu tamparan berat bagi pemerintahan PM David Ben-Gurion dan Menhankam Pinhas Lavon(26)

Dengan demikian, dalam Lavon Affair ini kita belajar bagaimana “teman baik” Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah,” Israel, membalas dukungan militer dan moneter yang tanpa syarat kepada Amerika Serikat: dengan melakukan terorisme terhadap bangsa Amerika! Perlu Anda ketahui sebagian besar rakyat Amerika tidak pernah mendengar mengenai serangan teroris Israel ini terhadap bangsa Amerika.

Apabila pemerintah Mesir berada di balik teror terhadap Amerika, maka kita berhak menganggap serangan ini sebagai sebuah isyarat perang dan kita mungkin sudah menyerang balik Mesir, seperti yang kita telah lakukan terhadap bangsa Afghanistan. Dan media massa; corong Yahudi ini pasti akan mendesak serangan ini seperti tuntutan mereka dengan serangan terhadap bangsa Afghanistan. Sebenarnya kita menyerang Afghanistan dengan alasan yang jauh lebih tidak dapat diterima daripada yang kita alami dari serangan Israel tersebut. Belum ada bukti pasti bahwa Afghanistan terbukti atau bahkan mengetahui segala sesuatu tentang serangan terhadap gedung kembar World Trade Center; tetapi dalam kasus Lavon Affair, pemerintah Israel melakukan sebuah tindakan perang langsung terhadap bangsa Amerika Serikat. Tentu, kita tidak membom Tel Aviv sebagai tindakan pembalasan. Kita tidak memutuskan hubungan diplomatis. Bahkan kita tidak mengakhiri bantuan militer dan moneter yang bernilai milyaran dolar tersebut!

Setiap pejabat pemerintah Amerika Serikat yang telah memberikan bantuan kepada bangsa Jepang setelah serangan terhadap Pearl Harbor akan dihukum sebagai seorang pengkhianat terhadap bangsa Amerika Serikat.

Sungguh sama sekali saya tidak mengerti. Orang-orang Amerika di jajaran pemerintahanan yang terus menerus memberikan dukungan terhadap Israel setelah negara Yahudi itu melakukan tindakan teroris terhadap rakyat Amerika - jelas melakukan pengkhianatan terhadap bangsa kita.

Apabila para pemimpin Amerika, setelah serangan teroris Israel terhadap bangsa Amerika dalam kasus Lavon Affair, akan menghentikan bantuan pengkhianatan mereka terhadap Israel, maka tidak akan ada tindakan teror berikutnya terhadap bangsa Amerika, seperti serangan terhadap World Trade Center dan Pentagon.

Serangan Teroris Israel terhadap USS Liberty

Pada tahun 1967, selama Perang Enam Hari, Israel juga melakukan tindakan teroris yang serius terhadap Amerika Serikat. Pada tanggal 8 Juni, Israel mempergunakan pesawat tempur dan kapal-kapal torpedo tanpa identitas untuk melancarakan serangan satu setengah jam terhadap kapal AL Amerika Serikat, USS Liberty yang mengakibatkan tewas 34 orang dan 171 lainnya luka-luka.(27) Israel pertama-tama menyerang tower radio USS Liberty agar Armada Keenam Amerika Serikat tidak mengetahui bahwa pihak Israel adalah pelaku penyerangan ini. Setelah pesawat-pesawat tempur Israel yang tanpa identitas itu dengan gencar membom dan menyerang USS Liberty, kemudian Israel mengirim kapal-kapal torpedo untuk menuntaskan misi ini. Mereka bahkan menembaki dengan senjata mesin perahu-perahu penyelamat yang sudah diturunkan dalam upaya untuk memastikan tidak satupun yang selamat (para saksi) yang dapat mengungkapkan pelaku serangan tersebut.

Hanya karena heroisme dan kemampuan kapten dan kru kapal USS Liberty membuat rencana Israel itu gagal total. Mereka mampu mempertahankan kapal itu tetap mengapung dan juga mengkontak dan memberi tahu Armada Keenam bahwa pihak Israel daripada Mesir yang telah menyerang kapal tersebut. Mengetahui rencanannya telah terungkap, Israel menarik mundur dan dengan diam-diam mengklaim serangan itu merupakan kasus salah identifikasi. Pihak Israel menyatakan mereka salah mengira USS Liberty adalah sebuah kapal perang Mesir.

Menlu Amerika Serikat pada waktu itu, Dean Rusk, dan Kepala Staf Gabungan AS, Laksamana Thomas Moorer, keduanya menyatakan serangan itu bukanlah kecelakaan, Israel secara sengaja menyerang USS Liberty. Misalnya, hari itu langit sangat cerah dan kecepatan angin normal serta USS Liberty memasang bendara Amerika yang berukuran besar dan nomor identitas internasional yang ditulis dalam ukuran besar di lambung kapal tersebut. Pesawat-pesawat tempur Israel melintas di atas kapal USS Liberty lama sebelum serangan itu dilakukan, terbang sangat dekat sehingga anggota kru USS Liberty bahkan dapat melihat lambaian tangan-tangan mereka ketika melintas. Seperti dalam kasus Lavon Affair, Israel berharap menyalahkan tindakan perang ini kepada musuhnya, Mesir. Pada kesempatan ini, hanya keberanian dan kemampuan kru USS Liberty mencegah serangan siluman berikutnya.

Media massa Amerika yang didominasi Amerika tidak mengungkapkan kemarahan atas serangan itu dan secara tersamar menerima alasan Israel atas kasus ini. Walaupun menteri luar negeri dan kepala staf gabungan Amerika Serikat keduanya menyatakan serangan Israel itu disengaja, tetapi lobi Yahudi dapat mencegah penyelidikan formal Kongres atas serangan itu. Sebaliknya, kapal perang se-tipe USS Liberty, yaitu USS Pueblo, ditangkap oleh Korea Utara pada tahun berikutnya (1968) dengan korban hanya satu orang, tetapi dalam waktu satu tahun Kongres Amerika Serikat melakukan penyelidikan formal atas serangan itu.

Komandan USS Liberty, Kapten William McGonagle, menerima medali America's highest honor, medali kehormatan kongres karena keberaniannya selama Israel tersebut. Tetapi, pemberian medali itu diselenggarakan dalam sebuah upacara tersembunyi di US Navy Yard dan bukan di Gedung Putih (sebagaimana biasanya), agar tidak mencoreng citra musuh utamanya yang membunuh 34 tentara Amerika dan melukai 174 lainnya di atas USS Liberty!

Bagaimana para pemimpin politik Amerika Serikat merespons tindakan perang Israel ini terhadap bangsa Amerika? Apakah Amerika membom Israel sebagaimana yang dilakukannya atas Kabul, Afghanistan? Tidak, pemerintah Amerika yang dikontrol Israel bersama dengan media masa yang dikontrol Yahudi melakukan tindakan subversi terhadap bangsa Amerika dengan menutup-nutupi serangan teroris yang jahat itu dan terus menerus mengirimkan milyaran dolar pajak Amerika dalam bentuk bantuan moneter dan militer ke Israel.

Saya juga ingat kasus Pearl Harbor. Setiap pejabat pemerintah Amerika yang memberikan bantuan atau bersimpati kepada Jepang setelah serangan pada tahun 1941 akan dihukum sebagai seorang pengkhianat bangsa Amerika Serikat. Saya menuding bahwa para pejabat pemerintah Amerika yang berkolaborasi dengan lobi dan media Yahudi dengan terus menerus mendukung Israel setelah serangan negeri Yahudi ini terhadap kapal perang Amerika USS Liberty - adalah para pengkhianat bangsa Amerika Serikat!

Apabila, setelah serangan subversif Israel terhadap kapal perang Amerika, kita dapat menghentikan secara subversi dukungan negara teroris Israel; dengan demikian, kita pasti tidak akan mengalami tindakan terorisme 11 September 2001.

Israel: Bangsa yang Memata-matai Amerika dan Menjual Informasi Rahasia Kita kepada Musuh-musuh Amerika Serikat

Pada tahun 1980-an, Israel merekrut seorang Yahudi Amerika, Jonathan Pollard, untuk memata-matai bangsa Amerika Serikat. Setelah Pollard ditahan, para pejabat Israel pertama-tama mengklaimnya sebagai “agen rahasia yang tidak dapat dipercaya,” tetapi kemudian mengakui Pollard itu bekerja untuk negara Israel sejak awal. Walaupun mata-mata Yahudi, Ethel dan Julius Rosenberg menyerahkan informasi rahasia bom atom Amerika kepada Uni Soviet, tetapi tidak satupun mata-mata yang telah menyebabkan kerusakan lebih besar kepada negara ini daripada yang dilakukan oleh mata-mata Israel: Jonathan Pollard.

Informasi Pollard yang digunakan oleh Israel tidak hanya menghancurkan kegiatan operasi intelijen Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah; informasi ini di lapangan menghancurkan perangkat intelijen Amerika di Uni Soviet dan Blok Timur.(28) Banyak agen terbaik Amerika Serikat dan begitu loyal di dunia komunis dieksekusi karena Israel menjual atau membarter informasi ke pihak Uni Soviet.(29)

Sebagaimana artikel di bawah ini yang ditulis oleh Eric Margolis, “sekutu dan teman dekat Amerika Serikat ini” Israel bahkan tidak akan mengizinkan pihak Amerika Serikat menginterogasi agen-agen Mossad yang menangani kegiatan mata-mata Pollard agar dapat menentukan kerusakan yang diderita Amerika Serikat dan bahaya yang mungkin dialami agen-agen Amerika di luar negeri.

Sebagian rahasia paling sensitif yang dicuri oleh Pollard mungkin telah dijual atau dibarter oleh pihak Israel ke Uni Soviet.

Sejumlah agen kunci CIA di Blok Timur diduga dieksekusi sebagai akibat kegiatan mata-mata Pollard. KGB kemungkinan besar mendapatkan akses ke kode-kode Amerika Serikat yang sangat rahasia - baik secara langsung dari Israel atau melalui kegiatan mata-mata dalam pemerintahan Israel. Dengan kata lain, tindakan subversi Pollard menyebabkan salah satu bencana keamanan paling buruk dalam sejarah modern Amerika Serikat .

Dengan demikian, Israel yang menerima milyaran dolar bantuan Amerika, secara subversif telah memata-matai dan membahayakan keamanan Amerika Serikat. Untuk memperlihatkan lebih lanjut kebencian mereka kepada bangsa Amerika, mereka bahkan membarter informasi yang sangat rahasia dimana mereka telah curi dari kita - kepada musuh Amerika. Bahkan setelah public relations Israel meminta maaf atas kasus kegiatan mata-mata Pollard, negeri Yahudi ini terus menerus melakukan kegiatan mata-mata atas Amerika Serikat.

Harian Los Angeles Times pada tahun 1997 melaporkan bahwa seorang Yahudi Amerika bernama David A. Tenenbaum “mengakui menyerahkan informasi rahasia kepada Israel.”(30) Mengutip artikel harian Los Angeles Times itu, “Seorang insinyur sipil yang bekerja di fasilitas komando Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dekat Detroit telah mengakui menyerahkan informasi militer rahasia kepada para pejabat Israel selama 10 tahun terakhir.”

Bahkan setelah Israel terbukti keinginannya untuk memata-mata kita dan secara kritis merusak kegiatan operasi intelijen Amerika, Presiden Clinton menunjuk seorang Yahudi Zionis yang penuh dedikasi untuk menjabat sebagai Kepala Dewan Keamanan Nasional, posisi intelijen tertinggi di Gedung Putih. Bahkan harian Israeli, Maariv, menyebut Berger sebagai seorang “Yahudi yang bersahabat,” berarti dia mengabdi pertama-tama kepada Israel.(31) Dengan menunjuk Berger sebagai kepala Dewan Keamanan Nasional setelah Kasus Mata-mata Pollard merupakan kegilaan.

Kenyataan Israel dapat melakukan tindakan kekerasan ini terhadap Amerika Serikat tanpa mengalami serangan media massa atau bahkan pengakhiran bantuan kepada Israel, menunjukkan kekuatan Israel yang begitu besar terhadap negara dan bangsa Amerika dan tindakan subversif yang telah menancap dalam hingga eselon paling tinggi dalam birokrasi pemerintahan Amerika Serikat. Oleh karena itu, dapat dipastikan Ariel Sharon dapat mengeluarkan pernyataan berikut ini kepada Simon Peres yang menyatakan Israeldapat kehilangan bantuan Amerika bila negeri ini tidak menghentikan berbagai serangan terakhirnya. Sharon menjawab:

“Setiap waktu kita melakukan sesuatu Anda mengatakan kepada saya Amerika akan melakukan ini dan itu . . . Saya tegaskan kepada Anda: Jangan kuatir dengan tekanan Amerika kepada Israel. Kita, bangsa Yahudi, mengontrol Amerika dan bangsa Amerika tahu hal ini” ---Ariel Sharon, 3 Oktober 2001 (32)

Tidak hanya Jonathan Pollard melakukan pengkhianatan terhadap bangsa Amerika. Seluruh mereka yang berada di dalam pemerintahan Amerika yang akan terus menerus memberikan dukungan secara militer dan moneter kepada sebuah bangsa asing yang memata-matai kita dan melakukan kerusakan secara parah terhadap operasi intelijen kita (dan menyebabkan kematian agen-agen Amerika) telah melakukan pengkhianatan kepada bangsa Amerika Serikat. Merespons terhadap tindakan subversi yang terus menerus terhadap Amerika Serikat, sebuah Pemerintahan Amerika yang patriotis akan (paling minimal) mengakhiri dukungan kita kepada Israel. Mendukung sebuah bangsa asing setelah negara tersebut dengan sengaja melakukan tindakan subversi terhadap bangsa Amerika adalah bentuk pengkhianatan.

Serangan atas World Trade Center

Dengan demikian, catatan ini sudah jelas. ISRAEL adalah NEGARA TERORIS yang paling buruk di muka bumi. Israel dan para pemimpin terorisnya seperti Begin, Shamir dan Sharon telah melakukan pembersihan etnik, pemboman, penembakan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap rakyat Palestina selama setengah abad terakhir. Israel juga telah melakukan berbagai tindakan subversi dan terorisme terhadap Amerika Seriakt seperti kasus Lavon Affair.

Israel juga telah melakukan berbagai tindakan subversi dan terorisme terhadap bangsa Amerika Serikat sebagaimana saya dengan jelas mengungkapkan dalam dokumentasi kasus Lavon Affair, Skandal Mata-mata Pollard dan Serangan terhadap kapal perang USS Liberty.

Karena kekuatan Israel yang begitu besar di media massa dan pemerintahan, para pengkhianat terhadap negara Amerika Serikat terus menerus mendukung, dengan sedikit rasa takut untuk dihukum, bangsa teroris yang paling kejam ini.

Sebenarnya para pengkhianat terhadap negara Amerika Serikat mensuplai Israel dengan berbagai senjata canggih yang digunakan untuk melakukan serangan teroris atas Kebebasan!

Walaupun berbagai upaya Yahudi dan para pengkhianat lainnya terhadap Amerika Serikat, pemerintah Amerika telah mengungkapkan kebijakan luar negeri yang berulang-ulang mengkhianati kepentingan dasar bangsa Amerika. Dukungan moneter dan militer Amerika telah memungkinkan Israel melanjutkan serangan terorisme yang terus menerus terhadap warga Palestina. Dukungan pengkhianat Amerika atas teror Israel menyebabkan kebencian yang mendalam atas Amerika Serikat, terutama kepentingan strategis dan ekonomi Amerika dan termasuk benih terorisme yang sekarang ini berkembang biak terhadap negara Amerika.

Para pengkhianat yang menjual Amerika kepada Israel sama salahnya dengan menyebabkan melayangnya 5000 nyawa orang Amerika pada 11 September seperti mereka yang membajak dan menabrakkan pesawat-pesawatnya ke gedung kembar World Trade Center dan Pentagon.

Israel menginginkan tindakan terorisme Arab melawan bangsa-bangsa Barat.

Selama dua tahun terakhir, Israel mengalami bencana hubungan masyarakat yang paling buruk dalam sejarahnya. Terpilihnya pelaku pembunuhan massal, Ariel Sharon sebagai perdana menteri Israel merupakan upaya terakhir bagi jutaan orang yang berpikir lugu di seluruh dunia. Konferensi PBB tentang Rasisme, dimana menyebut Israel sebagai sebuah “Negara Apartheid,” juga menandakan semakin tumbuhnya sikap berseberangan dengan Israel. Kemudian, tiba-tiba serangan atas World Trade Center telah merubah sikap berseberangan dunia atas Israel. Apakah hal ini hanya suatu kebetulan bagi Israel?

Sebagaimana saya ungkapkan di artikel ini, para pemimpin Israel telah meluncurkan sejumlah serangan teroris terhadap bangsa Amerika dengan menuding sebagai serangan Arab, karena mereka tahu setiap serangan teroris Arab terhadap negara Amerika akan mengusung kepentingan Israel sendiri. Mereka sepenuhnya sadar bahwa lebih besar serangan terhadap Amerika; semakin banyak pembunuhan massal, maka lebih baik lagi bagi Israel. Ariel Sharon mempelajari sebuah pelajaran penting di Beirut. Agaknya lebih dari melakukan tindakan subversi secara langsung terhadap Amerika seperti kasus Lavon Affair dan serangan atas kapal perang USS Liberty, maka jauh lebih mudah dan lebih aman bagi Israel untuk terus melakukan tindakan subversif, seperti di kamp pengungsi Sabra dan Shatila atas rakyat Arab agar dapat mendorong musuh-musuh Islam mereka melakukan tindakan terorisme atas Barat. Apa yang terjadi dalam pemboman balas dendam atas Marinir Amerika dan Pasukan Para Perancis di Beirut, dan teror Israel yang telah memotivasi serangan atas Gedung Kembar WTC.

Apakah Peran Israel dalam Serangan WTC?

Harian Washington Times menurunkan sebuah artikel pada 10 September 2001 mengenai kajian 68 halaman yang dikeluarkan oleh U.S. Army School for Advanced Military Studies (SAMS). Kajian ini yang dikeluarkan oleh sekolah pasukan khusus Amerika Serikat, menjelaskan secara terinci kemungkinan bahaya kekuatan pendudukan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Di bawah ini komentar artikel tentang pandangan kajian ini atas Mossad Israel:

Tentang Mossad, dinas intelijen Israel, para perwira SAMS berkata: “Bengis, licik dan sukar ditebak. Dinas rahasia ini mempunyai kemampuan menyerang pasukan tempur Amerika Serikat dan menjadikan Amerika dan menjadikannya seperti tindakan mereka atas rakyat Palestina/Arab.”

Yang ironis, dalam waktu 24 jam dari penerbitan artikel itu, gedung kembar World Trade Center dan Pentagon diserang. Dapatkah “Mossad yang sukar ditebak dan licik itu,” seperti penjelasan para Perwira Angkatan Bersenjata Amerika itu, secara rahasia berada di belakang serangan itu?

Mossad adalah ORGANISASI TERORIS yang paling kejam di seluruh dunia. Dinas intelijen Israel ini juga salah satu organisasi intelijen yang paling besar dan canggih. Tidak satupun negara mendekati luas dan kekuatannya di wilayah Timur Tengah. Dinas rahasia ini membanggakan dirinya karena mampu menginfiltrasi setiap organisasi militan Arab dan Palestina di dunia ini. Dengan mengetahui fakta ini, dapat dipastikan Mossad telah mempenetrasi secara mendalam salah satu organisasi teroris Arab yang paling berbahaya dan paling luas di dunia; Al Qaida di bawah bin Laden.

Kemudian, FBI dan CIA dengan jelas menyatakan serangan atas Gedung WTC dan Pentagon adalah operasi rahasia berskala besar dengan mempergunakan jaringan internasional sekurang-kurangnya seratus teroris lintas tiga benua. Dapatkah agen-agen Mossad di Al-Qaida maupun jaringan ribuan infiltrator dan informan Mossad tidak mengetahui tentang operasi teroris Arab yang paling luas dan ambisius ini dalam sejarah itu?

Tentunya sangat sulit untuk membuktikan peranan yang tepat dari sebuah organisasi luar negeri dan rahasia itu, seperti Mossad, dalam sebuah tindakan teroris; mereka tidak mau mengungkapkan seluk-beluk ini di Internet. Tetapi, bukti-bukti yang kuat terlihat bahwa pihak Israel telah mengetahui sebelum serangan 11 September atas Amerika itu. Dan apabila mereka sebelumnya mengetahui tindakan terorisme ini - dan kemudian dengan mentalitas berdarah dingin tidak memperingatkan Amerika Serikat karena mereka melihat pembunuhan massal ribuan warga Amrika sebagai hal yang baik bagi Israel - oleh karena itu, mereka tidak merasa punya tekanan sebenarnya menghasut dan secara tersamar membantu rencana teroris ini melalui agent provocateurs negara Zionis ini. Coba lihat berbagai bukti kuat yang mengindikasikan Mossad mengetahui sebelumnya serangan 11 September tersebut.

Bukti Tindakan Subversif Mossad dalam Serangan WTC

Hari setelah serangan atas Gedung World Trade Center, harian Israel Jerusalem Post, melaporkan 4000 orang Israel hilang dalam serangan di WTC. Kementerian Luar Negeri Israel mengumpulkan jumlah korban itu dari para keluarga Israel yang dalam beberapa jam pertama setelah serangan itu, mengontak Kementerian Luar Negeri Israel dan memberikan nama-nama teman dan saudara yang bekerja di Gedung Kembar WTC atau yang mempunyai kegiatan bisnis yang dijadwalkan di gedung tersebut atau gedung-gedung sekitarnya. Bahkan tanpa membaca artikel ini di Jerusalem Post itu, akal sehat kita dapat mengungkapkan bahwa akan ada ratusan, bila tidak ribuan orang Israel di gedung WTC pada waktu serangan itu berlangsung.

Keterlibatan Yahudi internasionall dalam bidang perbankan dan keuangan sudah menjadi legenda. Misalnya, dua firma terkaya di New York adalah Goldman-Sachs dan Solomon Brothers; dan keduanya berkantor di Gedung Kembar WTC itu. Banyak eksekutif di kedua firma itu secara regular pulang pergi Israel. New York adalah pusat kekuatan keuangan Yahudi yang terbesar di dunia dan Gedung World Trade Center berada di pusat kekuatan Yahudi itu. Dapat diduga jumlah kematian orang Israel akan begitu besar. Harian Jerusalem Post dengan pasti memperkirakan pada 12 September 2001. Di bawah ini permulaan dari artikel tersebut:

Ribuan Warga Israel Hilang dekat Gedung Kembar WTC,Pentagon

Kementerian Luar Negeri Israel di Jerusalem sejauh ini telah menerima nama-nama 4000 warga Israel yang diyakini berada di area Gedung Kembar World Trade Center dan Pentagon pada waktu serangan itu terjadi. (Headline dan kalimat pertama pada artikel yang terbit di harian Jerusalem Post) (33)

Ketika George Bush membuat pernyataannya di depan Kongres, dia membuat kesalahan yang mendalam selain menyatakan bahwa para penyerang WTC melakukan hal ini “karena membenci kebebasan”. Bush juga membuat pernyataan selain ribuan warga Amerika, 130 Israel meninggal di WTC. Mendengar jumlah 130 warga Israel yang meninggal, terlihat begitu rendah bagi penulis. Apabila 4000 warga Israel berada di Gedung WTC dan jumlah korban WTC sekitar 4500 (sekitar 10 persen dari 45.000 orang yang umumnya bekerja di gedung ini pada waktu itu), maka jumlah korban warga Israel secara statistik seharusnya sekitar 400 dan bukan 130 jiwa.

Sebagai pusat kegiatan bisnis dan gedung perkantoran, Gedung Kembar World Trade Center bukanlah jenis gedung semacam MacDonald atau gedung bagi para pekerja berupah rendah; gedung ini ditempati para pegawai eksekutif dan jenis pekerjaan berlevel tinggi dan teknologi tinggi serta bergaji tinggi, terutama dalam bidang keuangan, perbankan dan saham. Saya bertanya pada diri sendiri bagaimana hanya dapat ada 130 warga Israel yang meninggal, sedangkan 199 warga Kolombia dan 428 warga Filipina meninggal.

Pada berbagai artikel penulis lainnya tentang teror 11 September, penulis tidak mengungkapkan kecurigaan ini karena saya selalu berupaya tidak menulis segala sesuatu yang saya tidak dapat dengan tegas meyakininya. Tetapi, ketika meneliti artikel tentang terorisme Israel terhadap Palestina dan Amerika, saya menemukan fakta yang sangat mencengangkan dari yang saya telah lihat selama bertahun-tahun melakukan penelitian dan penulisan. Saya menemukan fakta sederhana dengan implikasi yang begitu mendalam berkenaan dengan serangan teror September tersebut.

Penelitian atas ratusan artikel yang mencoba melacak jumlah sebenarnya warga Israel yang meninggal itu, saya menemukan sebuah berita di harian New York Times yang mengklarifikasi bahwa jumlah yang tepat warga Israel yang meninggal dalam serangan atas Gedung World Trade Center. Artikel ini mengungkapkan bahwa di antara 130 warga Israel yang diklaim Presiden Bush mati di Gedung World Trade Center, sekitar 129 di antaranya masih hidup. Hanya satu warga Israel sebenarnya meninggal. Saya tidak percaya. “Tuhan Yang Maha Baik,” kata saya dalam hati, hanya satu orang Israel meninggal!” Berikut ini cuplikan dari artikel di harian di New York Times tersebut:

Tetapi berbagai wawancara dengan banyak pejabat konsulat Israel, hari Jum'at lalu, mengungkapkan daftar orang-orang yang sudah dikumpulkan dari berbagai pihak. Misalnya, kota ini telah menerima berbagai laporan tentang banyak warga Israel yang diperkirakan hilang di tempat kejadian dan Presiden Bush dalam pidato kenegaraannya ke seluruh negeri pada hari Kamis malam menyebutkan sekitar 130 warga Israel mati dalam serangan WTC tersebut.

Tetapi hari Jum'at lalu, Alon Pinkas, konsul general Israel di sini, mengatakan daftar orang-orang yang hilang mencakup laporan dari orang-orang yang telah menelepon ke konsultan ini karena, misalnya, saudara-saudaranya di New York tidak menjawab sambungan telepon dari Israel. Namun, pada kenyataan hanya ada tiga orang Israel yang diyakini mati: dua orang di pesawat terbang yang ditabrakan dan satu yang sedang mengunjungi Gedung Kembar WTC ini untuk urusan bisnis dan sudah diidentifikasi dan dikuburkan. (New York Times, 22 September) (34)

Total tewas 130 jiwa yang begitu rendah mengungkapkan sejumlah orang Israel di Gedung Kembar WTC telah diberi peringatan sebelum serangan berlangsung. Ketika saya menemukan kebenaran hanya satu warga Israel mati, maka dapat dipastikan ada peringatan sebelumnya bagi banyak warga Israel. Dengan hanya korban satu warga Israel di antara 4500 orang yang tewas di WTC suatu ketidaklaziman secara statistik. Bahkan apabila kementerian luar negeri Israel dan harian Israel Jerusalem Post memperkirakan jumlah warga Israel di Gedung Kembar WTC, misalnya, 3000 orang (400 persen), maka seharusnya ada sekitar 1000 warga Israel pada waktu serangan itu berlangsung. Kemudian, apabila hanya beberapa ratus warga Israel ada pada waktu serangan itu, hanya satu warga Israel yang mati, maka secara statistik realitas itu suatu yang sangat tidak masuk akal. Tanggal 11 September mesti merupakan sebuah hari libur bagi kaum Yahudi atau sejumlah warga Israel telah diberi peringatan terlebih dahulu tentang serangan yang akan terjadi.

Peringatan Dini bagi Warga Israel

Poin berikutnya yang penulis teliti adalah melihat apabila ada konfirmasi peringatan dini terhadap warga Israel sebelum serangan 11 September itu. Penulis menemukan sebuah artikel di Newsbytes, sebuah layanan berita dari harian Washington Post, berjudul “Instant Messages To Israel Warned of WTC attack.”(35) Harian Israel, Ha'aretz, juga mengkonfirmasi peringatan dini bagi Israel dan menegaskan FBI sedang menginvestigasi berbagai peringatan dini tersebut.(36) Artikel ini menjelaskan bahwa sebuah firma jasa pemberi kabar Israel, Odigo, dengan kantor di Gedung Kembar WTC dan Israel, menerima sejumlah peringatan dini ini tepat dua jam sebelum serangan tersebut terjadi.

Instant Messages To Israel Warned Of WTC Attack

Sejumlah direktur perusahaan Yahudi Odigo, firma jasa pemberi kabar, mengkonfirmasi hari ini bahwa dua pegawainya menerima telegram peringatan tentang sebuah serangan di Gedung Kembar World Trade Center dua jam sebelum para teroris menabrakkan pesawat-pesawat terbang komersial ke gedung ciri khas kota New York itu.

Tetapi Alex Diamandis, wakil presiden pemasaran dan penjualan, mengkonfirmasi bahwa para pegawai di kantor litbang dan penjualan internasional perusahaan Odigo di Israel menerima sebuah peringatan dari seorang pelanggan Odigo sekitar dua jam sebelum serangan pertama terjadi. (Dari Newsbytes harian Washington Post)

Oleh karena itu, sekarang kita mempunyai bukti yang sangat jelas dan meyakinkan dari sumber-sumber yang tidak diragukan bahwa Israel sudah mengetahui sebelumnya tentang serangan ini. Pertama, tanpa peringatan dini, tidak mungkin hanya jatuh korban satu orang Israel di Gedung Kembar World Trade Center. Kedua, ada konfirmasi yang jelas bahwa sebuah perusahaan dengan kantor-kantor baik di Israel dan WTC menerima berbagai peringantan tepat sebelum serangan itu berlangsung.

Siapa yang mungkin telah memberikan peringatan dini kepada warga Israel tentang serangan yang akan berlangsung, mungkinkah bukan Mossad Israel? Kenyataan menunjukkan pemerintah Israel telah mendapatkan informasi sebelumnya tentang serangan ini dan telah memperingatkan warga Israel yang kemungkinan besar menjadi korban, tetapi kemudian secara sadar membiarkan ribuan warga Amerika meninggal - membuat warga Israel sama bertanggungjawabnya dalam tindakan pembunuhan ini seperti para penyerang Arab terhadap gedung WTC tersebut.

Apa yang baik bagi Israel buruk bagi Amerika

Anda dapat pastikan tumbuh berkembang rasa suka cita dalam hati-hati seluruh teroris Israel ketika menyaksikan keluarnya awan putih dari gedung kembar tersebut. FBI bahkan menahan lima warga Israel di sebuah atap gedung dekat gedung jangkung tersebut ketika men-videotape-kan dan bergembira ria dengan seluruh peristiwa tersebut.(37) Mereka tahu bahwa bangsa perlawanan dunia dan Amerika terhadap Supremasisme dan terorisme Israel itu keliru dengan runtuhnya gedung kembar tersebut. Agaknya, pernyataan yang paling tepat adalah ketika seorang reporter harian NY Times mengajukan pertanyaan kepada mantan PM Israel, Benjamin Netanyahu, seorang pemimpin yang sama radikalnya dengan Ariel Sharon. Berikut ini pernyataan yang mengejutkan dari mantan PM Israel tersebut:

Ketika ditanya malam itu tentang apakah serangan itu punya makna dalam hubungan antara Amerika dan Israel, Benjamin Netanyahu, mantan perdana menteri itu, menjawab “Sangat baik sekali.” Kemudian dia meralat sendiri pernyataannya itu: “Baik, tidak sangat baik, tetapi peristiwa ini akan menumbuhkan rasa simpati. (38)

Gedung Kembar World Trade Center Attack jelas sangat baik bagi Israel; sebenarnya Israel itu satu-satunya bangsa yang mendapatkan manfaat dari peristiwa tragis ini. Catatan tindakan terorisme Israel yang terus menerus selama lima puluh tahun terakhir menjadi sama sekali terselubungi dan tertutupi oleh horor dan gambaran visual serangan teroris yang luar biasa ini. Ketika media massa Amerika yang didominasi Yahudi berulang-ulang mengungkapkan beberapa warga Palestina yang lama menderita serangan ini merayakan serangan itu, rakyat Palestina digambarkan secara kurang adil di balik teror gedung WTC ini, walaupun setiap organisasi Palestina mengutuk serangan tersebut dan tidak satupun warga Palestina terbukti terkait dengan peristiwa ini.

Tentunya bangsa Amerika Serikat yang paling menderita dari semua hal ini, dengan korban hampir mencapai 5000 jiwa, kehancuran ekonomi dan reaksi paling buruk terhadap kebebasan Konstitusi dalam sejarah Amerika. Kasus Lavon Affair, Serangan terhadap kapal perang USS Liberty dan kegiatan mata-mata Jonathan Pollard serta pembunuhan 5000 warga Amerika dalam serangan 11 September - seluruhnya baik bagi Israel, tetapi begitu buruk bagi Amerika Serikat.

Kapan Amerika Serikat akan sepenuhnya memahami apa yang baik bagi negara teroris Israel suatu yang destruktif dan bahkan mematikan bagi bangsa dan negara Amerika Serikat?

Kapan kita akan menghentikan sama sekali agen mata-mata Israel dan para pengkhianat Amerika yang telah mendukung selama 50 tahun tindakan terorisme Israel dan 50 tahun tindakan subversi terhadap bangsa dan negaranya sendiri?

Dedikasi hidup saya dipersembahkan bagi sebuah bangsa dan negara Amerika yang bebas, aman dan berdaulat, seorang anak bangsa Amerika yang berdedikasi kepada rakyat dan kepentingan Amerika sendiri; bukan untuk berbagai tujuan kriminal dari sebuah bangsa teroris.

Berapapun biaya yang akan ditanggung oleh saya secara pribadi, saya akan terus berjuang di jalan ini.

Saya berharap Anda akan bergabung dengan saya. Saya berharap Anda tidak membeli keamanan Anda dengan mengorbankan kebebasan dan kehormatan Anda.

Marilah dengan berani menyebarkan informasi artikel ini kepada orang-orang Amerika lainnya dan bagian dunia lainnya. Berikanlah informasi tentang sebuah bangsa teroris yang paling buruk di atas permukaan bumi ini: Israel. Dengan demikian, Anda akan membantu menyelamatkan tidak hanya rakyat Palestina, tetapi juga jiwa dan kebebasan rakyat Amerika.

David Duke (Mantan Anggota DPR Negara Bagian Louisiana, Amerika Serikat. www.davidduke.com)

Biografi Singkat David Duke:

Mendapat gelar BA dalam bidang Sejarah tahun 1974 dari LSU. Mendapat ROTC Outstanding Basic Cadet Award di LSU mengalahkan 3000 saingan lainnya. Mencapai nilai tertinggi untuk setiap mata pelajaran dasar.

Bekerja di Deplu Amerika Serikat di Laos selama Perang Vietnam dimana dia menginstruksikan para perwira militer anti komunis Laos.

Dia mendapat “Most Respected Instructor Award.” Juga sukarelawan pada misi Air America untuk mensuplai pasukan anti-komunis.

Mendapatkan beasiswa belajar di Goethe Institute di Salzburg, Austria.

Mengajar di berbagai universitas di Amerika dan luar negeri, termasuk Oxford dan Cambridge di England, Harvard, USC, Vanderbilt.

Dia terpilih baru-baru ini sebagai Ketua Republican Parish Executive Committee di Louisiana.

No comments:

Post a Comment